Pola Asuh Anak PEMBAHASAN

Selain itu aktivitas merokok anggota keluarga yang sering dilakukan di dalam rumah juga dapat mengakibatkan anggota keluarga lainnya menjadi perokok pasif dan tidak jarang juga pengeluaran biaya rokok tanpa disadari lebih besar dari pengeluaran non pangan. Hal ini dapat mempengaruhi pola asuh dan status gizi anak pada keluarga perokok, dimana pola asuh ibu pada keluarga perokok harus lebih diperhatikan yang selanjutnya akan mempengaruhi status gizi anak.

5.2. Pola Asuh Anak

Menurut Engle 1997, pola asuh adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial dari anak yang sedang tumbuh. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.10 menunjukkan bahwa 77 status ibu adalah pekerja. Meskipun status ibu adalah pekerja, namun pola asuh pada praktek pemberian makanan termasuk dalam kategori baik. Hal ini di tunjukkan pada Tabel 4.13 presentase kategori baik adalah sebesar 64 dengan aspek pengukuran distribusi frekuensi responden berdasarkan praktek pemberian makanan, dapat diilihat pada Lampiran 7. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sejenis yang dilakukan oleh Damanik 2011 di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa pola asuh berdasarkan perhatiandukungan ibu terhadap anak dalam pemberian makanan sebagian besar berada pada kategori baik 94, sedangkan pada kategori tidak baik 6. Hal ini menunjukka bahwa ketersediaan waktu ibu memberi dukungan pada anak dalam hal praktek pemberian makanan sudah cukup baik. Universitas Sumatera Utara Sebagian besar ibu pada keluarga perokok memiliki praktek pemberian makanan yang baik dalam hal menyiapkan sendiri kebutuhan makan anak yaitu sebesar 100, menu makan anak terdiri dari 4 sehat 5 sempurna yaitu sebesar 80, menganjurkan untuk menghabiskan makanan yaitu sebesar 70, memberi makanan tahutempe 2 kali seminggu yaitu sebesar 60, memberikan buah selama seminggu terakhir yaitu sebesar 50, mendampingi anak pada saat makan yaitu sebesar 50 , makanan yang diberikan pada anak bervariasi yaitu sebesar 60, mengutamakan makanan anak dari pada anggota kelurga lainnya yaitu sebesar 80, mendorong anak untuk bicara pada saat makan yaitu sebesar 60, dan jika anak makan tidak berdekatan dengan anggota keluarga yang sedang merokok yaitu sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa ibu tidak hanya memperhatikan pola makan anak tetapi juga menjaga kebersihan dengan baik. Hasil penelitian pada Tabel 4.14 diketahui bahwa pola asuh ibu pada keluarga perokok berdasarkan praktek kebersihanhigieni dan sanitasi lingkungan yang termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 64. Ini artinya sebagian besar ibu sudah memperhatikan kesehatan dan kebersihan makanan anak serta lingkungan dengan baik. Pola asuh yang baik dalam hal praktek kebersihanhigiene dan sanitasi lingkungan terdiri dari beberapa aspek, dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sejenis yang dilakukan oleh Panjaitan 2012 di Kecamatan Pollung menunjukkan bahwa praktek kebersihanhigieni dan sanitasi lingkungan sebagian besar dalam kategori baik dengan presentase 55,2. Pada prakteknya sebagian besar ibu menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan dengan baik. Universitas Sumatera Utara Sebagian besar ibu pada keluarga perokok memiliki praktek kebersihanhigieni dan sanitasi lngkungan yang baik dalam hal mengganti pakaian anak setiap hari yaitu sebesar 70, mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan yaitu sebesar 70, mengajarkan anak ketika BAB di jamban yaitu sebesar 80, membersihkan gigi anak setiap hari yaitu sebesar 60, membersihkan kuku anak secara teratur yaitu sebesar 50, jendela atau pintu dibuka pada saat salah satu anggota keluarga merokok di dalam rumah yaitu sebesar 70, dan pada saat merokok anggota keluarga tidak berdekatan dengan anak yaitu sebesar 75. Hal ini dapat dilihat juga dari hasil pengamatan di lapangan dimana ditemukan sebagian lingkungan tempat tinggal umumnya dalam keadaan bersih, bangunan rumah mempunyai lantai, ventilasi, jamban, membuang sampah pada bak sampah yang disediakan pemerintah, dan lingkungan dalam rumah memiliki penampungan air masak dan menutup tempat penampungan. Soetjiningsih 1995 mengemukakan bahwa kesehatan anak harus mendapat perhatian dari para orang tua yaitu dengan segera membawa anaknya yang sakit ketempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Masa balita sangat rentan terhadap penyakit seperti : flu, diare atau penyakit infeksi lainnya. Salah satu faktor yang mempermudah anak balita terserang penyakit adalah keadaan lingkungan. Menurut Sulistijani 2001 menyatakan bahwa lingkungan yang sehat perlu diupayakan dan dibiasakan tetapi tidak dilakukan sekaligus, harus perlahan- lahan dan terus menerus. Lingkungan sehat terkait dengan keadaan bersih, rapi dan teratur. Oleh karena itu, anak perlu dilatih untuk mengembangkan sifat-sifat sehat seperti mandi, cuci tangan sebelum makan dan menyikat gigi. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian pada Tabel 4.15 diketahui bahwa pola asuh ibu pada keluaraga perokok berdasarkan perawatan anak dan keluarga dalam keadaan sakit lebih banyak pada kategori baik yaitu sebesar 67, sedangkan pada kategori tidak baik sebesar 33. Pola asuh yang baik dalam hal perawatan anak dan keluarga dalam keadaan sakit terdiri dari beberapa aspek, dapat dilihat pada Lampiran 9. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sejenis yang dilakukan oleh Damanik 2011 di Kecamatan Kutambaru Kabupaten Langkat, pola asuh anak menurut perawatan anak dalam keadaan sakit, berada dalam kategori baik sebesar 70. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa kebanyakan ibu tidak teratur membawa anaknya ke posyandu tetapi immunisasi anak sebagian besar lengkap. Ini menunjukkan ibu tidak lagijarang membawa anak ke posyandu setelah imunisasi anak lengkap. Sebagian besar ibu pada keluarga perokok memiliki praktek perawatan anak dan keluarga dalam keadaan sakit yang baik dalam hal anak telah mendapatkan imunisasi lengkap yaitu sebesar 100, pada saat anak sakit tidak dibiarkan berdekatan dengan salah satu anggota keluarga yang sedang merokok yaitu sebesar 60, mendampingi anak selama sakit yaitu sebesar 80 , membawa anak ke pelayanan kesehatan terdekat jika anak sakit yaitu sebesar 70, ibu merawat anak pada saat saki yaitu sebesar 100 dan ibu memberikan suplemen selama anak sakit yaitu sebesar 50. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu masih meluangkan waktu untuk memperhatikan kesehatan anak dan keluarga. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa walaupun kebanyakan status pekerjaan ibu adalah bekerja yaitu sebesar 77, tetapi mereka masih mampu menerapkan pola asuh yang baik di dalam keluarga. Walaupun rata-rata Universitas Sumatera Utara tingkat pendidikan ibu berada pada kategori menengah yaitu sebesar 69, ibu tetap dapat lebih mudah menyerap apa yang dilihat dan didengarnya. Hal ini dapat disebabkan karena ibu sering mendapat informasi kesehatan melalui penyuluhan di posyandu di mana posyandu di lingkungan ini teratur pelaksanaannya. Faktor lain mungkin disebabkan oleh tingkat pendapatan keluarga dimana tingkat pendapatan keluarga di Kecamatan Berastagi sekitar 58 berada dalam kategori lebih besar dari UMP, sehingga ibu dapat melengkapi kebutuhan gizi anak. Jumlah anggota keluarga yang sebagian besar keluarga memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak yaitu sebesar 65, hal ini tetap menjadikan ibu lebih mengutamakan kebutuhan anak karena sebagian besar ibu telah memahami bahwa anak sangat membutuhkan asupan gizi yang seimbang untuk tumbuh kembang anak. Selain itu aktivitas merokok salah satu anggota keluarga yaitu ayah, sering dilakukan didalam rumah dan juga berdekatan lagsung dengan anak. Hal ini membuat ibu lebih memperhatikan pola asuh anak, karena sebagian besar ibu telah memahami bahaya perokok pasif yang akan ditimbulkan pada anak ataupun keluarga lainnya.

5.3. Status Gizi Balita