Indeks Antropometri
Pengukuran  status  gizi  anak  berdasarkan  antropometri  adalah  jenis pengukuran yang paling sederhana dan praktis karena mudah dilakukan dan dapat
dilakukan  dalam  jumlah  sampel  yang  besar.  Secara  umum  antropometri  adalah ukuran  tubuh  manusia.  Antropometri  merupakan  pengukuran  dimensi  tubuh  dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap  Berat  Badan  BB,  Tinggi  Badan  TB  dan  lingkaran  bagian-bagian
tubuh serta tebal lemak dibawah kulit Supariasa, dkk, 2001. Sampai saat ini, ada beberapa kegiatan penilaian status gizi yang dilakukan
yaitu  kegiatan  Pemantauan  Status  Gizi  PSG,  kegiatan  bulan  penimbangan  dan dalam kegiatan penelitian. Jenis pengukuran yang paling sering dilakukan adalah
antropometri, karena mudah, prosedurnya sederhana dan dapat dilakukan berulang serta cukup peka untuk mengetahui adanya perubahan pertumbuhan tertentu pada
anak balita. Cara  pengukuran  dengan  antopometri  dilakukan  dengan  mengukur
beberapa parameter  antara lain : umur, berat  badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.
Kombinasi  antara  beberapa  parameter  disebut  indeks  antropometri.  Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah Berat Badan
menurut  umur  BBU,  Tinggi  Badan  menurut  Umur  TBU,  dan  Berat  Badan menurut Tinggi Badan BBTB.
1. Indeks Berat Badan menurut Umur BBU
Pilihan  indeks  antropometri  tergantung  pada  tujuan  penilaian  status  gizi. Indeks BBU menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini saat diukur karena
Universitas Sumatera Utara
mudah berubah namun  tidak spesifik  karena berat  badan selain dipengaruhi  oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan.
2. Indeks Tinggi Badan menurut Umur
Indeks TBU menggambarkan status gizi masa lalu karena dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan denganbertambahnya umur. Pertambahan
tinggi badan atau panjang badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu  yang  singkat.  Pengaruh  kurang  gizi  terhadap  perrtumbuhan  tinggi  badan
baru terlihat dalam waktu yang cukup lama.
3.         Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan
Indeks tunggal  BBTB  merupakan indikator  yang baik  untuk  menyatakan status  gizi  saat  ini  seperti  halnya  dengan  BBU  yang  digunakan  bila  data  umur
yang  akurat  sulit  diperoleh.  Oleh  karena  itu,  indeks  BBTB  termasuk  indikator status  gizi  yang  independen  terhadap  umur.  Indeks  BBTB  menggambarkan
secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini, dapat dikategarikan sebagai kurus merupakan pengukuran antropometri yang terbaik Soekirman, 2000.
Menurut  Soekirman  2000,  untuk  menilai  status  gizi  balita  dengan menggunakan  indeks  Berat  BadanTinggi  Badan  BBTB  yang  dikonversikan
dengan baku rujukan WHO Anthro 2005, status gizi dapat dibagi enam kategori : 1.
Sangat Gemuk   : jika skor simpangan baku  3,0 SD 2.
Gemuk               : jika skor simpangan baku 2,0  Z  3,0 3.
Risiko Gemuk    : jika skor simpangan baku 1,0  Z  2,0 4.
Normal               : jika skor simpangan baku -2,0  Z  1,0 5.
Kurus                 : jika skor simpangan baku -3,0  Z  -2,0 6.
Sangat kurus      : jika nilai Z skor  -3,0 SD
Universitas Sumatera Utara
2.3.      Keluarga Perokok
Menurut Departemen Kesehatan RI 1998: Keluarga  adalah unit terkecil dari  masyarakat  yang  terdiri  atas  kepala  keluarga  dan  beberapa  orang  yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut  Dufall  dan  Logan  1986,  keluarga  adalah  sekumpulan  dengan ikatan
perkawinan, dan
adopsi yang
bertujuan untuk
menciptakan, mempertahankan  budaya  dan  meningkatkan  perkembangan  fisik,  mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga. Keluarga  juga  berperan  atau  berfungsi  sebagai  tempat  belajar  berbagai
dasar kehidupan bermasyarakat sangat  tepat  dijadikan sebagai  filter utama untuk membentuk  pola  hidup  sehat  guna  menjaga  ketahanan  keluarga.  Keluarga  yang
dibangun dengan dasar yang kuat dan memiliki individu yang sehat akan menjadi keluarga  yang  berperngaruh  kuat  dalam  pembangunan  semua  bidang.  Karena
dengan  kondisi  keluarga  yang  sehat,  sebuah  keluarga  akan  mencapai  tahap kesejahteraan Sudaryati, 2013.
Menurut  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia  2008,  merokok  didefenisikan sebagai  menghisap  rokok,  sedangkan  rokok  itu  sendiri  diartikan  gulungan
tembakau kira-kira sebesar kelingking ynag dibungkus daun nipah, kertas, dsb. Keluarga  perokok  adalah  sebuah  rumah  tangga  atau  keluarga  yang
mempunyai  salah  satu  anggota  keuarga  yang  merokok  baik  perempuan  maupun pria  yang  tinggal  serumah  dalam  satu  atap.  Merokok  merupakan  salah  satu
kebiasaan  yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Merokok merupakan bagian  hidup  masyarakat.  Dari  segi  kesehatan,  tidak  ada  satu  titik  yang
Universitas Sumatera Utara