Pengetahuan Gizi Pengetahuan Merokok

4.5. Status Gizi Balita

Pengukuran status gizi balita dalam penelitian ini yaitu balita berusia 1-4 tahun, diukur dengan indeks antopometri BBTB berdasarkan baku WHO 2005 dalam simpangan baku standart deviation score = Z – score, status gizi dapat dibagi enam kategori : sangat gemuk jika skor simpangan baku 3,0 SD, gemuk jika skor simpangan baku 2,0 Z 3,0 SD, risiko gemuk jika skor simpangan baku 1,0 Z 2,0 SD, normal jika skor simpangan baku -2,0 Z 1,0 SD, kurus jika skor simpangan baku -3,0 Z -2,0 SD, sangat kurus jika nilai Z skor -3,0 SD, dengan cara penibangan Berat Badan BB dengan menggunakan timbangan dacin dan Tinggi Badan TB dengan menggunakan microtoise. Berdasarkan hasil pengukuran status gizi balita tertinggi terdapat pada kategori normal yaitu sebesar 73, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi balita dalam keadaan baik. Hasil penelitian dengan kategori yang telah ditentukan dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut ini : Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Status Gizi berdasarkan Pengukuran Antopometri di Kecamatan Berastagi Tahun 2014 No Status Gizi Jumlah N Presentase 1 Gemuk 1 1 2 Resiko Gemuk 3 3 3 Normal 73 73 4 Kurus 17 17 5 Sangat Kurus 6 6 Jumlah 100 100

4.6. Pengetahuan Responden

Pengetahuan yang akan dinyatakan dalam penelitian ini meliputi pengetahuan gizi dan pengetahuan merokok responden.

4.6.1. Pengetahuan Gizi

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada umumnya responden berada pada pengetahuan gizi dalam kategori baik yaitu sebanyak 71. Aspek pengukuran yang digunakan untuk menentukan kategori pengetahuan gizi yaitu ibu telah mengetahui manfaat gizi yang baik untuk anak yaitu sebesar 82, mengetahui keunggulan ASI yaitu sebesar 70, mengetahui manfaat pemberian vitamin A yaitu sebesar 65, mengetahui manfaat garam beriodium yaitu sebesar 82 dan mengetahui tanda-tanda anak yang sehat yaitu sebesar 75. Hasil penelitian perhitungan jawaban responden dengan menggunakan kuesioner untuk kategori pengetahuan gizi dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini: Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan Gizi Responden di Kecamatan Berastagi Tahun 2014 No Pengetahuan Gizi Jumlah N Presentase 1 Baik 71 71 2 Sedang 29 29 Jumlah 100 100

4.6.2. Pengetahuan Merokok

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada umumnya responden berada pada pengetahuan merokok dalam kategori baik yaitu sebanyak 69. Aspek pengukuran yang digunakan untuk menentukan kategori pengetahuan merokok yaitu mengetahui tentang istilah perokok pasif yaitu sebesar 80, mengetahui bahaya menjadi perokok pasif yaitu sebesar 60, mengetahui jika salah satu anggota keluarga merokok di dalam rumah dapat memperbesar resiko anggota keluarga menderita sakit yaitu sebesar 60, mengetahui bahwa sebatang rokok dapat memicu terjadinya kerusakan paru-paru yaitu sebesar 60, dan Universitas Sumatera Utara mengetahui bahwa pengeluaran rokok cukup besar dari pengeluaran non pangan yaitu sebesar 60. Hasil penelitian perhitungan jawaban responden dengan menggunakan kuesioner untuk kategori pengetahuan gizi dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut ini: Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan Merokok Responden di Kecamatan Berastagi Tahun 2014 No Pengetahuan Merokok Jumlah N Presentase 1 Baik 69 69 2 Sedang 31 31 Jumlah 100 100 Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Keluarga Balita

Pendidikan ibu akan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan ibu dalam pengasuhan anak yang selanjutnya mempengaruhi keadaan gizi anaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan ibu berada pada tingkat menengah yaitu tamat SMP dan tamat SMA sebesar 69. Selain pendidikan, pekerjaan ibu juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak. Dari hasil penelitian diperoleh 23 ibu yang tidak bekerja ibu rumah tangga, sementara ibu lainnya bekerja sebagai PNS, wiraswasta, pedagang, petani dan buruh tani, sehingga ibu yang mempunyai pekerjaan akan berkurang waktunya bersama keluarga dan waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan sendiri makanan bagi anaknya berkurang dan akan mempengaruhi status gizi anak tersebut. Hubungan pendapatan dan gizi dalam keluarga didorong oleh pengaruh yang menguntungkan dari peningkatan pendapatan untuk perbaikan kesehatan dan gizi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan keluarga per bulan lebih besar dari UMP Rp.1.505.000 yaitu sebanyak 58. Jumlah anggota keluarga dan gizi juga mempunyai hubungan yang sangat nyata pada hubungan masing-masing keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak sebesar 65. Jumlah anggota keluarga yang banyak memperburuk keadaan dan menimbulkan masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan ketidak cukupan pangan dan gizi. Universitas Sumatera Utara