penelitian maka peneliti menentukan posttest dilaksanakan 1 bulan dan 2 bulan setelah intervensi. Posttest 1 bulan setelah intervensi dilakukan dengan
mengumpulkan kembali responden ke Pendopo Kelurahan Kricak, Kecamtan Tegalrejo. Kegiatan posttest diawali dengan pembukaan oleh peneliti untuk
menyampaikan kembali tujuan dilakukannya kegiatan penelitian. Selanjutnya, reponden diminta untuk mengisi soal posttest dan diberikan waktu selama 25
menit. Kegiatan yang terakhir adalah penutupan oleh peneliti. Namun, pada posttest 2 bulan setelah intervensi, peneliti dibantu oleh ketua komisi lansia
kecamatan membagikan kuesioner kepada masing-masing responden.
K. Tata Cara Analisis Hasil
Agar keakuratan data terjamin maka dilakukan beberapa kegiatan prosess manajemen data editing, processing, cleaning dan analisis data.
1. Manajemen data
a. Editing Pemeriksaan kuesioner hasil penelitian terkait kelengkapan isi serta
jawaban. Hanya kuesioner yang telah lengkap terisi yang digunakan untuk analisa hasil penelitian.
b. Processing Memberikan nilai dari setiap aitem pertanyaan yang dijawab oleh
responden pada kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakan. Setelah itu, melakukan pemindahan isi data ke Microsoft excel.
c. Cleaning Memeriksa kebenaran data yang telah dimasukkan ke Microsoft
excel, word dan program statistik.
2. Analisis data
a. Uji normalitas data Uji ini dilakukan dengan memasukkan masing-masing data jumlah
nilai responden bukan penderita diabetes melitus kuesioner pengetahuan serta sikap pre, post-1, post-2, dan post-3. Pada penelitian ini dilakukan
uji Shapiro-Wilk dikarenakan sampel berjumlah 30 kurang dari 50. Apabila p-value 0,05 maka distribusi normal. Hasil uji Shapiro-Wilk
menunjukkan bahwa data yang berdistribusi normal adalah hasil uji kuesioner post-2 aspek pengetahuan p-value= 0,30, post-1 aspek sikap
p-value= 0,06 serta post-2 aspek sikap p-value= 0,23. Selain itu, hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal
adalah hasil uji kuesioner pre aspek pengetahuan p-value= 0,01, post-1 aspek pengetahuan p-value= 0,01, post-3 aspek pengetahuan p-value=
0,01, pre aspek sikap p-value= 0,05, serta post-3 aspek sikap p- value= 0,04.
b. Uji Wilcoxon Uji Wilcoxon dilakukan untuk mengetahui pengaruh edukasi
terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap responden bukan penderita Diabetes Melitus, pada data berdistribusi tidak normal. Pada hasil uji
sebelumnya menunjukkan bahwa data yang berdistribusi tidak normal
adalah hasil uji kuesioner pre, post-1, post-3 aspek pengetahuan, pre aspek sikap serta post-3 aspek sikap. Data yang akan di uji Wilcoxon
harus memiliki distribusi tidak normal pada salah satu data ataupun pada kedua data. Oleh karena itu, pada data pre-post-1, pre-post-2, pre-post-3
aspek pengetahuan dan sikap dilakukan uji Wilcoxon. Uji Wilcoxon yang dilakukan adalah uji Wilcoxon satu arah dengan
taraf kepercayaan 95. Digunakan pengujian satu arah dikarenakan peneliti mengasumsikan bahwa hasil post, baik itu post-1, post-2, maupun
post-3 memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan pre. Selain itu, taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95 yang berarti
bahwa tingkat keyakinan untuk menolak atau mendukung hipotesis nol dengan benar adalah 95. Jika nilai p-value 0,05 maka H1 ditolak serta
Ho diterima dan sebaliknya. Hasil uji wilcoxon dengan p-value 0,05 terdapat pada data pre-
post-1 aspek pengetahuan p-value=0,44, pre-post-2 aspek pengetahuan p-value=0,28, maupun pre-post-3 aspek pengetahuan p-value= 0,35
serta pre-post-1 aspek sikap p-value= 0,08 sedangkan untuk pre-post-2 aspek sikap menunjukkan bahwa p-value 0,05 p-value=0,00 dan pre-
post-3 aspek sikap menunjukkan bahwa p-value 0,05 p-value= 0,03.
L. Kelemahan Penelitian