Upaya Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Usia

D. Upaya Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan

Upaya peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan cara persuasi, bujukan, imbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran melalui kegiatan yang disebut pendidikan Notoatmodjo, 2007. Menurut Notoatmodjo cit Utari, Arneliawati, Novayelinda, 2014, dalam upaya meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu promosi kesehatan berupa alat bantu dengar dan alat bantu lihat. Berdasarkan penelitian oleh Yusyaf cit Utari, Arneliawati, Novayelinda, 2014, didapatkan bahwa lebih efektif untuk menggunakan alat bantu lihat berupa lembar pertanyaan terhadap pengetahuan tentang materi edukasi untuk meningkatkan pengetahuan. Upaya mempengaruhi berkembangnya sikap yang diinginkan adalah melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan suatu usaha yang disadari dan terencana yang mampu mempengaruhi sikap Nursalam dan Efendi, 2008. Upaya dalam meningkatkan tindakan dapat dilakukan dengan cara pemberian informasi. Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan dan cara menghindari penyakit akan meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga akan berdampak pada tindakan seseorang. Cara lain adalah diskusi partisipasi sebagai cara pemberian informasi tentang kesehatan yang tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Artinya masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktif berpartisifasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya Achmadi, 2013. Menurut Anonim cit., Kristina, 2010 metode yang paling efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan adalah CBIA. Dengan metode ini pengetahuan dapat berubah sesuai dengan yang diharapkan dibandingkan dengan metode ceramah atau penyuluhan.

E. Usia

Menurut Depkes RI cit, Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi dan Batubara, 2008, lanjut usia diklasifikasikan dalam lima klasifikasi yaitu pralansia seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia risiko tinggi seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan, lansia potensial lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang jasa dan lansia tidak potensial lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Dengan bertambahnya usia, begitu banyak perubahan fisik yang terjadi sehingga sulit untuk menetapkan batas-batas normal. Perubahan fungsi fisiologis dapat menyebabkan perubahan tambahan pada kemampuan belajar. Perubahan kemampuan tangkap indra yang paling erat hubungannya dengan kapasitas pembelajaran adalah perubahan pengelihatan dan pendengaran. Selain itu, perubahan fisiologis lain yang mempengaruhi fungsi organ yang berakibat menurunnya curah jantung, kinerja paru, dan laju metabolisme, dengan sendirinya akan mengurangi kemampuan mengatasi stres. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertambahan usia dapat menurunkan kemampuan belajar. Penurunan kemampuan belajar dapat mempengaruhi proses edukasi kesehatan. Jadi, semakin betambahnya umur seseorang maka peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakannya semakin rendah dikarenakan terdapat banyak hambatan dalam proses pembelajaran Nursalam dan Efendi, 2008. Untuk mengoptimalkan proses edukasi kesehatan pada usia lanjut menurut Cross dan Abdulhak, cit, Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007 diperlukan penyajian suatu topik yang hendaknya disampaikan pada satu kesempatan dan diberikan evaluasi secara langsung untuk memperkuat daya nalar.

F. Diabetes Melitus