Perizinan Pembuatan kuesioner Tata Cara Penelitian 1. Penentuan subjek penelitian

melakukakan tindakan tidak sesuai dengan literartur dan buruk jika responden tidak melakukan tindakan sama sekali. Masing-masing tingkatan tindakan tiap soal dijumlahkan, sehingga tingkatan dengan jumlah terbanyak mewakili tindakan responden. Kuesioner dibuat menggunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami dan tidak terjadi perbedaan penafsiran yang dapat memengaruhi hasil penelitian. Kuesioner yang digunakan sudah melalui tahap pengujian yaitu meliputi uji pemahaman bahasa, uji validitas dan uji reliabilitas dengan menghitung nilai cronbach alpha.

J. Tata Cara Penelitian 1. Penentuan subjek penelitian

Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan cara pembagian wilayah kecamatan berdasarkan payung dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan peneliti juga dilakukan oleh lima peneliti lainnya, yaitu mengedukasi masyarakat mengenai Diabetes Melitus. Untuk meminimalisir terpengaruhnya hasil penelitian karena adanya sumber informasi dari luar kegiatan edukasi, maka dipilih lokasi kecamatan yang berjauhan antara satu dengan yang lainnya.

2. Perizinan

Tahapan perizinan dimulai dengan meminta surat pengantar penelitian dari Universitas Sanata Dharma untuk di serahkan kepada Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Tahapan selanjutnya adalah memasukkan permohonan izin dan proposal penelitian ke kantor Dinas Perizinan Kota Yogyakarta. Surat izin yang dikeluarkan oleh Dinas Perizinan Kota Yogyakarta diteruskan ke Kecamatan Tegalrejo dan masing-masing kelurahan serta ketua komisi lansia Kecamatan Tegalrejo. Peneliti juga melakukan perpanjangan izin penelitian dengan tahapan sama seperti perizinan penelitian yang pertama kali. Namun, pada perpanjangan penelitian, peneliti tidak melampirkan proposal. 3. Penelusuran data populasi Penelusuran data populasi dilakukan di kecamatan Tegalrejo. Peneliti menghubungi pengurus Ketua Komisi Lansia Kecamatan Tegalrejo untuk meminta data populasi pria usia lanjut sehingga peneliti dapat memilih responden yang sesuai dengan kriteria inklusi serta bersedia mengikuti intervensi yang diadakan oleh peneliti. Hasilnya, diputuskan untuk mengundang 50 orang responden sesuai dengan kriteria penelitian yang diperkirakan akan bersedia hadir dalam penelitian. Jumlah yang ditentukan adalah 50 responden karena mengingat adanya kemungkinan ketidakhadiran responden yang diundang.

4. Pembuatan kuesioner

Terdapat empat tahapan dalam pembuatan kuesioner yaitu pembuatan pertanyaan, uji validitas, uji pemahaman bahasa serta uji reliabilitas. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian telah divalidasi instrumen sebelumnya, namun karena penelitian ini dipengaruhi faktor usia maka perlu dilakukan uji validitas konten, uji pemahaman bahasa serta uji reliabilitas terhadap populasi yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Oleh sebab itu, peneliti melakukan uji validitas konten, uji pemahaman bahasa dan uji reliabilitas pada pria usia 55-65 tahun yang diharapkan dapat mewakili profil responden yang akan diteliti dalam penelitian. a. Uji validitas konten Pada uji validitas konten pertama-tama dilakukan expert judgment yang oleh seorang apoteker yang ahli dalam bidangnya Herlanti, 2014. Pada penelitian ini adalah apoteker yang ahli mengenai Diabetes Melitus. Hal yang dilakukan pada tahap ini adalah memastikan apakah kuesioner sesuai dan relevan dengan tujuan penelitian dimana ahli melakukan penilaian kuesioner untuk dapat memberikan rekomendasi perbaikan kata- kata, penegasan pernyataan serta penegasan kalimat Lampiran 3-6. Pada penelitian ini hanya dilakukan uji validitas konten dan tidak dilakukan uji validitas instrumen karena instrumen yang digunakan merupakan instrumen yang pernah digunakan pada penelitian oleh Hartayu yang berjudul Improving of Type 2 Diabetic Patients’ Knowledge, Attitude and Practice Towards Diabetes Self-care by Implementing Community-Based Interactive Approach-Diabetes Mellitus Strategy. Uji validitas konten dilakukan karena pada penelitian sebelumnya memiliki karakteristik demografi responden yang berbeda dengan karakteristik demografi responden yang digunakan peneliti. b. Uji pemahaman bahasa pada lay people Menurut Crocker dan Aligna cit. Supratiknya, 2014, uji pemahaman bahasa dilakukan pada sekelompok responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan sasaran penelitian. Pada kuesioner pre maupun post intervensi yang telah dinyatakan valid secara konten terdapat 15 aitem pernyataan untuk aspek pengetahuan, 15 aitem pernyataan untuk aspek sikap dan 14 aitem pertanyaan untuk aspek tindakan. Kemudian, keempat puluh empat aitem dalam kuesioner diujikan ke lay people yang diharapkan dapat mewakili profil responden, melalui uji pemahaman bahasa. Lay people yang digunakan dalam uji pemahaman bahasa ini adalah pria usia 55-65 tahun. Pengujian pada lay people ini dilakukan di daerah Karangwuni, Kramat, Magelang. Jumlah lay people yaitu 30 orang, yang merupakan pria lanjut usia dengan rentang usia 55-65 tahun. Kuesioner untuk uji pemahaman bahasa terdapat pada lampiran 8 sampai 12. Pada kuesioner tersebut responden diinstruksikan untuk membaca soal dan memahami kalimatnya, apabila responden tidak paham atau sulit mengerti makna dari kalimat tersebut responden diminta untuk melingkari nomor soal dan menggaris bawahi atau melingkari kata-kata atau kalimat yang sulit dipahami. Menurut Supratiknya, 2014, pada uji pemahaman bahasa seluruh masukan yang diperoleh perlu ditindaklanjuti seperlunya dalam rangka menyempurnakan bentuk kuesioner. Jika dari ketigapuluh responden terdapat lebih dari 5 responden yang tidak memahami kalimat maupun kata dalam pernyataan, maka pernyataan dinyatakan sulit dipahami oleh lay people sehingga peneliti akan memodifikasi kata-kata agar lebih mudah dipahami oleh responden Kinanti, 2014. Dari 44 item kuesioner yang diujikan terdapat beberapa aitem yang sulit dipahami. Dibawah ini adalah hasil uji pemahaman bahasa pada lay people yang dipaparkan pada Tabel III dan Tabel IV. Tabel III. Pernyataan pada Aspek Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Kuesioner Preintervensi yang Sulit Dipahami oleh Lay People No. Aspek Pernyataan 1. Pengetahuan 2 dan 14 2. Sikap 9 3. Tindakan 8 Tabel IV. Pernyataan pada Aspek Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Kuesioner Postintervensi yang Sulit Dipahami oleh Lay People No. Aspek Pernyataan 1. Pengetahuan 8 2. Sikap 6 dan 9 3. Tindakan 8 Setelah diketahui terdapat beberapa pernyataan yang sukar dipahami, maka tahap selanjutnya adalah melakukan perbaikan aitem dengan menuliskannya dalam kata-kata yang lebih sederhana. Pada tahap kedua dalam pengujian bahasa tidak ditemukan pernyataan yang sulit dipahami oleh lay people. Hasilnya, 44 item pernyataan dan pertanyaan yang terlah dimodifikasi kata-katanya menjadi lebih sederhana dalam kuesioner dilanjutkan ke tahap uji reliabilitas. c. Uji reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan di Kramat, Magelang dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Ketiga puluh orang tersebut merupakan pria usia lanjut dengan rentang usia 55-65 tahun. Hasil pengukuran uji reliabilitas untuk aspek pengetahuan kuesioner preintervensi menggunakan program komputer dengan analisis koefisien Cronbach Alpha adalah 0,524. Hasil tersebut belum memenuhi syarat realibilitas suatu kuesioner, sehingga harus dilakukan eliminasi pada aitem yang memiliki nilai korelasi point biserial terendah. Dilihat dari ke lima belas aitem yang diujikan, aitem nomer lima memiliki nilai koreasi point biserial paling rendah sehingga harus di eliminasi. Setelah aitem nomer lima di eliminasi hasil nilai Cronbach alpha adalah 0,608, hasil ini sudah memenuhi syarat realibilitas suatu kuesioner yaitu 0,6. Menurut Hair et al, 2005 cit. Sumaedi et al.,2014, syarat reliabilitas adalah memiliki nilai cronbach alpha 0,6. Pada aspek sikap kuesioner preintervensi didapatkan hasil nilai pengukuran sebesar 0,606. Hal tersebut sudah memenuhi syarat realibilitas suatu kuesioner sehingga tidak perlu dilakukan seleksi aitem. Pada aspek pengetahuan kuesioner post intervensi, hasil pengukuran uji reliabilitas menggunakan program komputer dengan analisis koefisien Cronbach Alpha adalah 0,573. Hasil tersebut belum memenuhi syarat realibilitas suatu kuesioner, sehingga harus dilakukan eliminasi pada aitem yang memiliki nilai korelasi point biserial terrendah. Dilihat dari ke limabelas aitem yang diujikan, aitem nomer satu memiliki nilai koreasi point biserial paling rendah sehingga harus di eliminasi. Setelah aitem nomer satu di eliminasi hasil nilai Cronbach alpha adalah 0,607, hasil ini sudah memenuhi syarat realibilitas suatu kuesioner yaitu 0,6. Untuk aspek sikap kuesioner postintervensi didapatkan hasil nilai pengukuran sebesar 0,635. Hal tersebut sudah memenuhi syarat realibilitas suatu kuesioner sehingga tidak perlu dilakukan seleksi aitem.

5. Ethical clearance