Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Setelah Edukasi CBIA-DM

Pada pre CBIA aspek tindakan jumlah responden penderita Diabetes dengan kategori baik adalah 5 orang 62,50, tidak ada responden dengan kategori sedang dan kategori buruk adalah 3 orang 37,50. Banyaknya jumlah responden dengan kategori baik kemungkinan disebabkan oleh adanya faktor pendorong untuk mengelola penyakitnya. Menurut Green cit., Notoatmodjo, 2010, tindakan seseorang juga dipengaruhi oleh adanya faktor pendorong baik dari sendiri maupun petugas kesehatan.

C. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden Setelah Edukasi CBIA-DM

Pada sub bab ini, fokus pembahasan akan terdapat pada kategori baik untuk masing-masing aspek pengetahuan, sikap dan tindakan. Hal ini dikarenakan fokus penelitian adalah mengikuti perjalanan peningkatan pengetahuan, sikap maupun tindakan responden dengan kategori baik. Pada aspek pengetahuan pre-post 1 CBIA diperoleh p-value 0,05 0,45. Artinya, tidak terjadi peningkatan pengetahuan pada post-1 CBIA, meskipun hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa, secara keseluruhan dibandingkan dengan pre CBIA terdapat peningkatan jumlah responden dengan kategori sedang pada post-1 CBIA. Perbandingan jumlah responden bukan penderita Diabetes dengan kategori baik pada aspek pengetahuan antara pre CBIA dengan post-1 CBIA tidak mengalami perubahan yaitu tetap berjumlah 8 orang 26,67, kategori sedang mengalami peningkatan dari 17 orang 56,67 menjadi 21 orang 70,00 dan kategori buruk mengalami penurunan dari 5 orang 16,67 menjadi 1 orang 3,33. Tidak terjadinya peningkatan pengetahuan pada post-1 CBIA kemungkinan disebabkan oleh kurangnya waktu diskusi yang dilakukan baik pada diskusi kelompok kecil maupun diskusi kelompok besar. Menurut Suryawati 2012, diskusi dalam kelompok kecil pada kegiatan CBIA-DM dilakukan selama 90 menit dan diskusi kelompok besar selama 90 menit. Dalam penelitian ini waktu diskusi kelompok kecil yang dialokasikan peneliti sebanyak 45 menit dan diskusi kelompok besar sebanyak 30 menit, kurangnya waktu berdiskusi ini tidak dapat memenuhi besarnya gairah berdiskusi dari para responden sehingga terdapat pertanyaan dari temuan responden yang belum terjawab oleh narasumber pada proses diskusi kelompok besar. Pada aspek pengetahuan pre-post-2 CBIA diperoleh p-value 0,05 0,28. Artinya, tidak terjadi peningkatan pengetahuan pada post-2 CBIA, meskipun hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa, secara keseluruhan dibandingkan dengan pre CBIA terdapat peningkatan jumlah responden dengan kategori baik dan sedang pada post-2 CBIA. Perbandingan jumlah responden bukan penderita Diabetes dengan kategori baik pada aspek pengetahuan antara pre CBIA dengan post-2 CBIA mengalami peningkatan dari 8 orang 26,67 menjadi 9 orang 30, kategori sedang mengalami peningkatan dari 17 orang 56,67 menjadi 18 orang 60 dan kategori buruk mengalami penurunan dari 5 orang 16,67 menjadi 3 orang 10. Sama halnya pada post-1 CBIA, tidak terjadinya peningkatan pengetahuan pada post-2 CBIA kemungkinan disebabkan dikarenakan kurangnya waktu diskusi baik diskusi kelompok kecil maupun diskusi kelompok besar. Pada aspek pengetahuan pre-post-3 CBIA diperoleh p-value 0,05 0,35. Artinya, tidak terjadi peningkatan pengetahuan pada post-3 CBIA, meskipun hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa, secara keseluruhan, dibandingkan dengan pre CBIA terjadi peningkatan jumlah responden dengan kategori baik pada post-3 CBIA. Perbandingan jumlah responden bukan penderita Diabetes dengan kategori baik pada aspek pengetahuan antara pre CBIA dengan post-3 CBIA mengalami peningkatan dari 8 orang 26,67 menjadi 11 orang 36,67, kategori sedang mengalami penurunan dari 17 orang 56,67 menjadi 16 orang 53,33 dan kategori buruk mengalami penurunan dari 5 orang 16,67 menjadi 3 orang 10. Sama halnya dengan tidak terjadinya peningkatan pengetahuan pada post- 1 CBIA dan post-2 CBIA, tidak terjadinya peningkatan pengetahuan pada post-3 CBIA juga kemungkinan disebabkan oleh kurangnya waktu diskusi baik dikusi kelompok kecil maupun kelompok besar. Pada aspek sikap pre-post-1 CBIA diperoleh p-value 0,05 0,08. Artinya, tidak terjadi peningkatan sikap pada post-1 CBIA, meskipun hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa, secara keseluruhan, dibandingkan dengan pre CBIA terjadi peningkatan jumlah responden dengan kategori baik pada post-1 CBIA. Perbandingan jumlah responden bukan penderita Diabetes dengan kategori baik antara pre CBIA dengan post-1 CBIA mengalami peningkatan dari 4 orang 13,33 menjadi 6 orang 20, kategori sedang tidak mengalami perubahan yaitu berjumlah 24 orang 80 dan kategori buruk mengalami penurunan dari 2 orang 6,67 menjadi tidak ada responden yang memiliki sikap dengan kategori buruk. Tidak terjadinya peningkatan sikap yang pada post-1 CBIA kemungkinan di karenakan waktu diskusi yang kurang, baik pada diskusi kelompok besar maupun kelompok kecil. Pada aspek sikap pre-post-2 CBIA diperoleh p-value 0,05 0,00. Artinya, terjadi peningkatan sikap pada post-2 CBIA, hasil ini didukung oleh analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa, secara keseluruhan, dibandingkan dengan pre CBIA terjadi peningkatan jumlah responden dengan kategori baik pada post-2 CBIA. Pada aspek sikap, perbandingan jumlah responden bukan penderita Diabetes dengan kategori baik antara pre CBIA dengan post-2 CBIA mengalami peningkatan dari 4 orang 13,33 menjadi 13 orang 43,33, kategori sedang mengalami penurunan dari 24 orang 80 menjadi 17 orang 56,67 dan kategori buruk mengalami penurunan dari 2 orang 6,67 menjadi tidak ada responden yang memiliki sikap dengan kategori buruk. Sikap pada post-2 CBIA mengalami peningkatan meskipun pengetahuan pada post-2 CBIA tidak mengalami peningkatan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh akibat yang ditimbulkan dari proses pelaksanaan CBIA. Pada saat proses CBIA peserta saling berdiskusi untuk bertukar pengalaman dan informasi. Melalui pengalaman dan informasi orang lain, seseorang akan memilih informasi yang dianggapnya benar berdasarkan kepercayaannya. Selain itu, melalui kegiatan CBIA orang akan lebih aktif untuk mengevaluasi kebenaran informasi yang didapat pada saat CBIA melalui berbagai sumber karena perhatian terhadap penyakit Diabetes meningkat. Faktor yang mempengaruhi sikap seseorang adalah minat dan perhatian terhadap suatu objek Maulana, 2007. Pada pelaksanaanya, kegiatan CBIA-DM merupakan kegiatan interaktif pada kelompok kecil sehingga membuat semua anggota kelompok berdiskusi satu sama lain mengenai pengalaman dan informasi yang mereka punya. Selain itu, tujuan dari metode CBIA sendiri adalah untuk membuat masing-masing anggota dalam kelompok mencari dan mendiskusikan temuan yang ada Hartayu et al., 2012. Terjadinya peningkatan sikap pada post-2 CBIA membuktikan bahwa edukasi CBIA-DM terbukti efektif meningkatkan sikap Kristina, 2010. Pada aspek sikap pre-post-3 CBIA diperoleh p-value 0,05 0,03. Artinya, terjadi peningkatan sikap pada post-3 CBIA, hasil ini didukung oleh analisis deskriptif yang menunjukkan bahwa, secara keseluruhan, dibandingkan dengan pre CBIA terjadi peningkatan jumlah responden dengan kategori baik pada post-3 CBIA. Pada aspek sikap, perbandingan jumlah responden bukan penderita diabetes dengan kategori baik antara pre CBIA dengan post-3 CBIA mengalami peningkatan dari 4 orang 13,33 menjadi 6 orang 20,00, kategori sedang tidak mengalami perubahan yaitu berjumlah 24 orang 80 dan kategori buruk mengalami penurunan dari 2 orang 6,67 menjadi tidak ada responden yang memiliki sikap dengan kategori buruk. Sama halnya dengan peningkatan pada post-2 CBIA, peningkatan sikap pada post-3 CBIA kemungkinan juga disebabkan oleh akibat dari proses pelaksanaan CBIA dimana peserta saling bertukar pengalaman dan informasi, sehingga minat untuk mempelajari penyakit diabetes meningkat. Terjadinya peningkatan sikap pada post-3 CBIA membuktikan bahwa edukasi CBIA-DM terbukti efektif meningkatkan sikap Kristina, 2010. Perbandingan jumlah responden bukan penderita Diabetes dengan kategori baik pada aspek tindakan antara pre CBIA dengan post-2 CBIA mengalami peningkatan tindakan dari 3 orang 10,00 menjadi 7 orang 23,33, tidak ada perubahan jumlah responden dengan kategori tindakan sedang 0 dan kategori buruk mengalami penurunan dari 27 orang 90,00 menjadi 23 orang 76,67. Secara keseluruhan, dibandingkan dengan pre CBIA terdapat peningkatan tindakan pada post-2 CBIA. Adanya peningkatan tindakan pada post- 2 CBIA kemungkinan dikarenakan oleh motivasi responden untuk mengubah kebiasaannya. Motivasi tersebut muncul sebagai hasil dari proses CBIA. Menurut Hartayu et al., 2012, proses pembelajaran melalui diskusi mengenai temuan yang didapat pada saat CBIA dapat memotivasi responden untuk mengubah kebiasaannya. Perbandingan jumlah responden bukan penderita Diabetes dengan kategori baik pada aspek tindakan antara pre CBIA dengan post-3 CBIA mengalami peningkatan tindakan dari 3 orang 10,00 menjadi 8 orang 26,67, tidak ada perubahan jumlah responden dengan kategori tindakan sedang 0 dan kategori buruk mengalami penurunan dari 27 orang 90,00 menjadi 22 orang 73,33 . Secara keseluruhan, dibandingkan dengan pre CBIA terdapat peningkatan tindakan pada post-2 CBIA. Sama halnya dengan peningkatan tindakan pada post-2 CBIA, adanya peningkatan tindakan pada post-3 CBIA kemungkinan dikarenakan oleh motivasi responden untuk mengubah kebiasaannya sebagai hasil dari proses CBIA. Adanya temuan saat berdiskusi memotivasi responden untuk mengubah kebiasaannya. Gambar 3. Perbandingan Jumlah Responden dengan Kategori Pengetahuan, Sikap, Tindakan Baik Antara Pre, Post-1, Post-2 dan Post-3 CBIA Pada responden penderita Diabetes, perbandingan jumlah responden dengan kategori baik pada aspek pengetahuan antara pre CBIA dengan post-1 CBIA tidak mengalami perubahan yaitu berjumlah 4 orang 66,67, kategori sedang mengalami peningkatan dari tidak ada responden dengan kategori pengetahuan sedang menjadi 2 orang 33,33 dan kategori buruk mengalami penurunan dari 2 orang 33,33 menjadi tidak ada responden dengan kategori pengetahuan buruk. Secara keseluruhan, dibandingkan dengan pre CBIA terdapat peningkatan pengetahuan pada post-1 CBIA. Pada responden penderita Diabetes, perbandingan jumlah responden dengan kategori baik pada aspek pengetahuan antara pre CBIA dengan post-2 CBIA mengalami penurunan dari 4 orang 66,67 menjadi 2 orang 33,33, kategori sedang mengalami peningkatan dari tidak ada responden dengan kategori pengetahuan sedang menjadi 3 orang 33,33 dan kategori buruk mengalami penurunan dari 2 orang 33,33 menjadi 1 orang 16,67. Pada post-2 CBIA, 26.67 13.33 10 26.67 20 30 43.33 23.33 36.67 20 26.67 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 pengetahuan sikap :ndakan Ju m la h Re sp o n d e n pre‐CBIA post‐1 CBIA aspek :ndakan :dak dilakukan pengambilan data post‐2 CBIA post‐3 CBIA terdapat tambahan satu orang responden penderita diabetes dengan tingkat pengetahuan sedang. Secara keseluruhan, dibandingkan dengan pre CBIA terdapat peningkatan pengetahuan pada post-2 CBIA. Pada responden penderita Diabetes, perbandingan jumlah responden dengan kategori baik pada aspek pengetahuan antara pre CBIA dengan post-3 CBIA mengalami tidak perubahan yaitu tetap berjumlah 4 orang 66,67, kategori sedang mengalami peningkatan dari tidak ada responden dengan kategori pengetahuan sedang menjadi 2 orang 33,33 dan kategori buruk mengalami penurunan dari 2 orang 33,33 menjadi tidak ada responden dengan kategori pengetahuan buruk. Pada post-3 CBIA, terdapat tambahan satu orang responden penderita diabetes dengan tingkat pengetahuan sedang dan satu orang responden dengan tingkat pengetahuan buruk. Secara keseluruhan, dibandingkan dengan pre CBIA terdapat peningkatan pengetahuan pada post-3 CBIA. Pada post-1 CBIA, post-2 CBIA dan post-3 CBIA responden penderita Diabetes terjadi peningkatan pengetahuan dibandingkan pre kemungkinan disebabkan karena adanya edukasi secara CBIA yang melibatkan peran aktif dari para peserta selain itu mungkin karena tingginya minat responden penderita diabetes untuk lebih mempelajari mengenai penyakitnya. Menurut Achmadi, 2013, peningkatan pengetahuan dapat dipengaruhi oleh minat seseorang. Pada responden penderita Diabetes, perbandingan jumlah responden dengan kategori baik pada aspek sikap antara pre CBIA dengan post-1 CBIA mengalami penurunan yaitu dari 2 orang 33,33 menjadi tidak ada responden dengan kategori baik, kategori sedang mengalami peningkatan dari 4 orang 66,67 menjadi 6 orang 100 dan kategori buruk tidak mengalami perubahan yaitu tidak ada responden dengan kategori sikap buruk. Secara keseluruhan, dibandingkan dengan pre CBIA terdapat penurunan sikap pada post-1 CBIA. Pada responden penderita diabetes, perbandingan jumlah responden dengan kategori baik pada aspek sikap antara pre CBIA dengan post-2 CBIA tidak mengalami perubahan yaitu berjumlah 2 orang 33,33, kategori sedang tidak mengalami perubahan yaitu berjumlah 4 orang 66,67 dan kategori buruk juga tidak mengalami perubahan yaitu tidak ada responden dengan kategori sikap buruk. Pada post-2 CBIA, terdapat tambahan satu orang responden penderita diabetes dengan tingkat pengetahuan sedang. Secara keseluruhan, dibandingkan dengan pre CBIA tidak terjadi perubahan sikap pada post-1 CBIA. Adanya penurunan sikap responden bukan penderita diabetes pada post-1 CBIA dan tidak berubahnya sikap pada post-2 CBIA kemungkinan di karenakan waktu diskusi yang kurang, baik pada diskusi kelompok besar maupun kelompok kecil. Pada responden penderita diabetes, perbandingan jumlah responden dengan kategori baik pada aspek sikap antara pre CBIA dengan post-3 CBIA mengalami peningkatan dari 2 orang 33,33 menjadi 3 orang 50,00, kategori sedang mengalami penurunan dari 4 orang 66,67 menjadi 3 orang 50,00 dan kategori buruk tidak mengalami perubahan yaitu tidak ada responden dengan kategori sikap buruk. Pada post-3 CBIA, terdapat tambahan dua orang responden penderita diabetes dengan tingkat pengetahuan sedang. Secara keseluruhan, dibandingkan dengan pre CBIA terjadi peningkatan sikap pada post-1 CBIA. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh proses pelaksanaan CBIA dimana peserta saling bertukar pengalaman dan informasi, sehingga minat untuk mempelajari penyakit diabetes meningkat. Perbandingan jumlah responden penderita diabetes dengan kategori baik pada aspek tindakan antara pre CBIA dengan post-2 CBIA tidak mengalami perubahan yaitu berjumlah 5 orang 83,33, tidak ada perubahan jumlah responden dengan kategori tindakan sedang 0 dan kategori buruk juga tidak mengalami perubahan yaitu berjumlah 1 orang 16,67. Pada post-2 terdapat tambahan satu responden dengan tingkat tindakan baik. Secara keseluruhan, dibandingkan dengan pre CBIA tidak terjadi perubahan jumlah responden pada post-2 CBIA. Perbandingan jumlah responden penderita diabetes dengan kategori baik pada aspek tindakan antara pre CBIA dengan post-3 CBIA tidak mengalami perubahan yaitu berjumlah 5 orang 83,33, tidak ada perubahan jumlah responden dengan kategori tindakan sedang 0 dan kategori buruk juga tidak mengalami perubahan yaitu berjumlah 1 orang 16,67. Pada post-3 CBIA terdapat tambahan dua responden dengan tingkat tindakan baik. Secara keseluruhan, dibandingkan dengan pre CBIA tidak terjadi perubahan jumlah responden pada post-3 CBIA. Tidak terjadinya perubahan jumlah responden pada post-2 CBIA dan post-3 CBIA kemungkinan disebabkan karena tidak adanya dorongan baik dari diri sendiri ataupun lingkungannya untuk mengubah tindakannya atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana yang diperlukan responden untuk meningkatkan tindakannya terkait pengelolaan diabetes. Menurut Green cit., Notoatmodjo, 2012, tindakan seseorang dipengaruhi oleh faktor pendukung yaitu lingkungan atau tersedianya fasilitas atau sarana serta adanya dorongan dari diri sendiri atau lingkungan. Jumlah responden penderita diabetes pre CBIA adalah 6 orang, saat post- 2 CBIA terdapat tambahan satu orang responden penderita diabetes. Tingkat pengetahuan satu orang tersebut pada pre CBIA adalah baik, saat post-1 CBIA, post-2 CBIA dan post-3 CBIA tingkat pengetahuannya menurun menjadi sedang. Tingkat sikap satu orang tersebut pada pre CBIA, post-1 CBIA, post-2 CBIA dan post-3 CBIA adalah sedang. Kurangnya minat, kondisi fisik serta adanya faktor penghambat dari dalam diri sendiri kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya penurunan pengetahuan ataupun tidak adanya perubahan sikap responden Achmadi, 2013. Tingkat tindakan satu orang tersebut pada pre CBIA adalah buruk, dibandingkan dengan pre CBIA tingkat tindakan post-2 CBIA dan post-3 CBIA mengalami peningkatan menjadi baik. Adanya faktor pendorong dari luar misalnya adanya fasilitas atau sarana kemungkinan dapat menyebabkan peningkatan tindakan responden Notoatmodjo, 2012. Pada post-3 CBIA juga terdapat tambahan satu orang responden penderita diabetes. Tingkat pengetahuan satu orang tersebut pada pre CBIA, post- 1 CBIA, post-2 CBIA adalah sedang, saat post-3 CBIA dibandingkan pre-CBIA tingkat pengetahuan menurun menjadi buruk. Tingkat sikap satu orang tersebut pada pre CBIA, post-1 CBIA, post-2 CBIA dan post-3 CBIA adalah sedang. Kurangnya minat, kondisi fisik serta adanya faktor penghambat dari dalam diri sendiri kemungkinan dapat menyebabkan tidak adanya perubahan pengetahuan responden pada post-1 dan post-2 CBIA dan terjadinya penurunan pengetahuan pada post-3 CBIA serta tidak adanya perubahan sikap responden Achmadi, 2013. Tingkat tindakan satu orang tersebut pada pre CBIA adalah buruk, dibandingkan dengan pre CBIA tingkat tindakan post-2 CBIA dan post-3 CBIA mengalami peningkatan menjadi baik. Adanya faktor pendorong dari luar misalnya fasilitas atau sarana kemungkinan dapat menyebabkan peningkatan tindakan responden Notoatmodjo, 2012.

D. Perbandingan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Sebelum