24
E. Tata Cara Penelitian a.
Sintesis 2-4hidroksi-3’-metoksibenzilidenasikloheksana-1,3-dion
Senyawa 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida ditimbang sebanyak 0,608 g 4 mmol ditambah HCl pekat sebanyak 5 tetes di dalam mortir kecil kemudian
diaduk  dengan  stamper  hingga  tercampur  merata.  Setelah  kedua  senyawa bercampur  kemudian  ditambah sikloheksana-1,3-dion sebanyak  0,448  g  4
mmol.  Campuran  tersebut  diaduk selama  5  menit hingga  homogen  dan  terjadi perubahan  warna  campuran. Setelah  itu,  campuran  ditambahkan  natrium
bikarbonat  10  hingga  mencapai  pH  netral. Campuran  direkristalisasi  dengan menggunakan etanol 96 didalam beker gelas dan dipanaskan di atas penangas
air  dengan  bantuan magnetic  stirrer hingga  larut.  Larutan  tersebut  kemudian didinginkan hingga suhu ruangan dan ditutup dengan parafilm. Beker gelas yang
berisi larutan tersebut didinginkan dalam lemari es selama 48 jam. Endapan  yang  terbentuk  dari  hasil  rekristalisasi  disaring menggunakan
corong Buchner dengan  bantuan  pompa  vakum  kemudian  direkristalisasi  ulang dengan etanol 96 panas. Kristal yang terbentuk dikeringkan didalam desikator
selama 24 jam. Setelah kering kristal ditimbang dan dihitung rendemennya.
b. Analisis senyawa hasil sintesis
a. Uji organoleptis
Senyawa hasil sintesis diamati sifat fisiknya  yang meliputi bentuk, warna, dan bau, dibandingkan dengan starting material yang digunakan.
25
b. Uji kelarutan dari senyawa hasil sintesis
Senyawa  hasil  sintesis sebanyak  10  mg dimasukkan  ke  dalam tabung  reaksi,  kemudian  ditambahkan  dengan  aquades  tetes  demi  tetes,
amati  kelarutannya.  Prosedur  in  dilakukan  juga  pada  pelarut  etanol  96, kloroform,  n-heksan,  etil  asetat,  larutan  natrium  hidroksida  3N,  dan  larutan
asam  klorida  3N. kemudian  dibandingkan  kelarutannya  dengan starting material yang digunakan.
c. Uji titik lebur
Sejumlah  serbuk  hasil  sintesis  diisikan  ke  dalam electrotherma capillary  tubes,  kemudian  dimasukan  dalam  alat  pengukur  titik  lebur.
Diamati  peleburan  kristalnya  dan dicatat  suhu  waktu  pertama  kali  melebur hingga  serbuk  melebur  seluruhnya.  Hasil  pengukuran  kemudian
dibandingkan  dengan  hasil  pengukuran  titik  lebur  pada starting  material yang digunakan.
d. Kromatografi lapis tipis KLT
Senyawa  hasil  sintesis  dan starting material masing-masing dilarutkan  dalam  DMSO  dengan co-solvent etil  asetat.  Masing-masing
senyawa tersebut ditotolkan sebanyak 20 µL menggunakan mikropipet pada lempeng  silika  gel  F
254
yang  telah  diaktifkan  pada  suhu  125°C  selama  30 menit.  Setelah  totolan  kering,  dielusi  dengan  fase  gerak  etil  asetat  :
kloroform 1:5 dan dikembangkan dengan jarak rambat 10 cm. Pengamatan