Replikasi II R Replikasi III R
                                                                                Gambar 7. Spektra massa senyawa hasil sintesis
Spektra massa tersebut juga menunjukkan beberapa puncak lain yang merupakan  hasil  ionisasi  dari  senyawa  hasil  sintesis  yang  terukur  sebagai
[M+H]
+
, [M+2H]
+
, 2M
+
, dan [2M+H]
+
.
M
+
[M+H]
+
[M+2H]
+
2M
+
[2M+H]
+
Gambar 8. In 2. Elusidasi  struktu
inframerah
Spektrofot informasi terkait gu
Dari  hasil  penguj diketahui  bahwa  se
ditandai dengan munc
1
dengan  intensita munculnya  pita  se
serapan  tersebut  di
ar 8. Interpretasi spektra massa senyawa hasil ktur  senyawa  hasil  sintesis
dengan  sp
ofotometri  inframerah  IR  dapat  memberi t gugus fungsional yang terdapat dalam senyaw
gujian  spektrofotometri  inframerah  senyawa senyawa  hasil  sintesis  memiliki  gugus  karboni
n munculnya pita serapan pada bilangan gelomba nsitas  kuat  dan tajam. Gugus  alkena  C=C  di
serapan  pada  panjang  gelombang  1651,06 t  diperkuat  dengan  serapan  pada  bilangan  gelom
asil sintesis spektrofotometri
berikan  gambaran awa hasil sintesis.
wa  hasil  sintesis, bonil C=O yang
bang 1643,35 cm
-
ditandai  dengan 1651,06  cm
-1
. Adanya elombang  2954,95
cm
-1
yang  merupakan  penanda  adanya  alkil  alifatis.  Kedua  pita  serapan tersebut  mempertegas  informasi  adanya  ikatan C=C  alifatis  yang  merupakan
ciri  khas  dari  senyawa  yang  diharapkan  terbentuk  yaitu α,β-unsaturated karbonil. Interpretasi  spektra inframerah senyawa  hasil  sintesis  dapat  dilihat
pada tabel VI.
Gambar 9. Spektra inframerah senyawa hasil sintesis pellet KBr
Jika  dibandingkan  dengan starting  material yang  digunakan,  tampak adanya  perbedaan pita  serapan  yang muncul. Perbedaan  tersebut terlihat pada
serapan  gugusan  karbonil sikloheksana-1,3-dion yang muncul  pada  bilangan gelombang  1566,20  cm
-1
dengan  intensitas  kuat  dan  melebar.  Bentuk peak yang melebar disebabkan oleh adanya hidrogen alfa yang diapit oleh dua gugus
keton  menyebabkan  terjadinya  fenomena  tautomerisasi,  dimana  pada  kondisi asam  ataupun  basa  berair,  sikloheksana-1,3-dion  akan  berada  dalam  bentuk
keto dan enol. Pita serapan lainnya yang merupakan ciri khas sikloheksana-1,3- dion  adalah  bilangan  gelombang  2553,75  cm
-1
dan  3433,29  cm
-1
yang
mempunyai  karakteristik  intensitas sedang dan  melebar  merupakan  ciri  khas untuk  serapan  gugus –OH  bentuk  enol  yang  dimiliki  oleh  sikloheksana-1,3-
dion Silverstein, et al., 2005. Untuk spektra pada senyawa hasil sintesis, tidak ditemukan adanya peak di daerah bilangan gelombang 2500 cm
-1
. Hal tersebut menegaskan  bahwa  senyawa  hasil  sintesis  merupakan  senyawa  yang  berbeda
dengan starting material-nya, yakni sikloheksana-1,3-dion.
Gambar 10. Spektra inframerah sikloheksana-1,3-dion pellet KBr
Pada  spektra  inframerah  4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida  yang  juga merupakan starting  material,  serapan  gugus  karbonil  muncul  pada  bilangan
gelombang  1666,50  cm
-1
dengan  intensitas  kuat.  Pita  serapan  tersebut didukung  dengan  pita  serapan  lemah  pada  bilangan  gelombang  2378,92  cm
-1
dan  2854,85  cm
-1
yang  merupakan  serapan  untuk  C-H  aldehida.  Sedangkan pada  spektra  inframerah  senyawa  hasil  sintesis,  tidak  ditemukan  adanya
serapan  2850-2750  cm
-1
yang  menandakan  bahwa  gugusan  karbonil  pada senyawa hasil sintesis bukan suatu gugusan karbonil untuk senyawa aldehida.
                                            
                