Proses Internalisasi Budaya Pusat Pengembangan Pendidikan Anak (Studi Etnografi Tentang Pengembanan Pendidikan Anak di Yayasan Bukit Doa Tuntungan Pancur Batu Medan)

62 5. Dalam interaksi belajar-mengajar, miss berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing ini miss harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Miss harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar-mengajar, sehingga miss akan merupakan tokoh yang akan dilihat dan akan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Miss “akan lebih baik bersama anak-anak” sebagai designer akan memimpin terjadinya interaksi belajar-mengajar. 6. Di dalam interaksi belajar-mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin dalam interaksi belajar-mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak dengan secara sadar, baik pihak miss maupun pihak anak-anak. Mekanisme konkrit dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib ini akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jagi langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator pelanggaran disiplin 1

4.2. Proses Internalisasi Budaya

. Internalisasi budaya berarti proses menanamkan dan menumbuh kembangkan suatu nilai atau budaya menjadi bagian diri self orang yang bersangkutan. Jika sosialisasi lebih kesamping horizontal dan lebih kuantitatif, maka internalisasi lebih bersifat vertical dan kualitatif Ndraha, 1997 : 83 Proses internalisasi adalah proses penting sejak seorang individu dilahirkan sampai meninggal dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala 1 http:eksan.web.idarchives235 63 perasaan hasrat, nafsu, serta emosi yang diperlukannya sepanjang hidupnya Koentjaraningrat, 1980 : 228. Dalam penelitian ini, proses internalisasi yang dimaksudkan adalah proses pembelajaran anak-anak PPA dalam menanamkan segala perasaaan emosi dan kehendak dalam kepribadiannyakarakter. Anak-anak PPA memiliki usia yang bervariasi ketika pertama kali masuk menjadi bagian anggota PPA di Yayasan Bukui Doa mereka masih berusia balita. Mis dan staf lainnya di Yayassan Bukit Doa adalah agen yang menngajarkan kepribadian kepada anak-anak PPA tersebut. Hal ini disebabkan karena anak yang berusia balita atau masih kecil adalah anak-anak yang belum begitu banyak menanamkan perasaan emosi dan kehendak dalam kepribadiannya. Pada usia balita 0-5 anak-anak masih dalam tahap penanaman rasa dicintai, rasa nyaman, dan aman, rasa bahagia dengan seluruh anggota keluarga dan lingkungan tempat tinggalnya. Namun bagi anak-anak asuh yang menjadi bagian dari Yayasan Bukit Doa ketika berusia sudah remaja atau lebih dewasa, tentunya kepribadiannya sedikit banyaknya sudah terbentuk dari orang tua, saudara, teman, dan lingkingannya terdahulu. Berkaitan dengan pembelajaran kepribadian yang terjadi pada saat pengasuhan berlangsung. Sunarti 2004:10 mengatakan bahwa dalam pengasuhan, selaian anak dapat berinteraksi untuk pengembangan konsep diri, anak juga mendapatkan arahan agar memiliki keterampilan hidup berupa kognitif, emosionalkepribadian dan sosial. Dimana arahan tersebut adalah disiplin, yaitu bagaimana orang tua mengajarkan tingkah laku dan moral pada anak agar anak dapat diterima dalam kelompoknya. Arahan dan bimbingan yang baik dari orang tua dapat anak mengontrol dirinya sendiri. Gnagey dan Woyson mengatakan bahwa kepemilikan disiplin memerlukan 64 proses belajar. Pada awal proses belajar perlu adanya upaya orang tua. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melatih dan membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai- nilai berdasarkan acuan norma Dalam pembentukan karakter, anak-anak PPA mendaptkan pengajaran terutama dari mis dan kakaknya di rumah mereka. Para mis guru dan kakak yang lebih senioran adalah orang yang sangat berperan penting dalam pembentukan karakter, bagi anak-anak PPA. Mis akan meminta anak yang sudah remaja untuk membantu mengajarkan hal-hal seperti dalam bertingkah laku dan bersikap yang baik yang boleh dilakukan serta juga tingkah laku dan sikap yang buruk tidak boleh dilakukan. Sebagai manusia biasa terkadang emosi tidak ddapat dibendung oleh mis guru melihat kelakuan anak yang tidak diinginkannya. Namun, anak tidaklah salah, mereka umumnya belum tahu, mereka dalam proses belajar. Oleh karena itu tanyakan kepana mereka berbuat demikian, beri kesempatan untuk mengemukakan alasan- alasan, berikanlah contoh-contoh, ajaklah berpikir, jagan didikte atau dipaksa, biarkan mereka memperbaikinya dengan caranya sendiri Ayuningsih, 2010 : 92. Guru mis memiliki peran sebagai pengajar pendidikan moral kepada anak- anak PPA karena biasanya mis akan meminta saudara yang sudah remaja untuk mengajari hal-hal baik kepada adik-adiknya posisi kakak tertua dalam rumahnya juga adalah orang yang dihormati dandisegani setelah posisi guru mis. Peran guru mis dalam pembentukan karakter terhadap anak-anak PPA adalah sangat penting mengingat mis yang terintegrasi layaknya ibu kandung adalah orang yang dihormati dan disegani oleh anak-anak PPA. Sehingga anak-anak PPA pasti lebih taat dan 65 mendengarkan nasihat dan pengajaran dari orang yang dihormati dan diseganinya yang tidak lain gurunya mis.

4.3. Proses Internalisasi Di Rumah