Latar Belakang Masalah Pusat Pengembangan Pendidikan Anak (Studi Etnografi Tentang Pengembanan Pendidikan Anak di Yayasan Bukit Doa Tuntungan Pancur Batu Medan)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi saat ini tengah merisaukan berbagai kalangan di dunia. Seluruh aktivitas perekonomian di dunia telah merasakan dampaknya. Krisis ekonomi global telah menyebabkan perekonomian beberapa Negara menjadi morat-marit. Menurut Farid Wajidi, krisis ini disebabkan oleh rapuhnya sistem ekonomi yang selama ini digunakan dunia. Dimana setiap kajian tentang pembangunan ekonomi selalu saja di dominasi oleh pandangan yang sangat materialistik. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 dan pertengahan 1998 Indonesia menempati ke dalam masa-masa sulit. Angka kemiskinan meningkat, penganguran membengkak, kualitas pendidikan menurun, pelayanan sosial semakin buruk, kekurangan gizi terjadi dilapisan bawah, angka kemiskinan merangkak naik secara mengkhawatirkan , kerusuhan dan konflik sosial terjadi di beberapa wilayah di Tanah Air Bamualim dalam Prihatna, 2005 : 13. Sadar atau tidak sadar , akibat yang ditimbulkan krisis ekonomi global saat ini sudah jauh lebih besar adalah masalah kemiskinan. Masalah kemiskinan merupakan sebuah realitas kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti propinsi Sumatera Utara menunjukkan lonjokan angka kemiskinan yang di perkirakan sebesar 15,66 waspada dalam aulia,6 Maret 2007. Oleh sebab itu upaya untuk menyelesaikan problem kemiskinan telah dilakukan pemerintah dengan berbagai program, seperti melalui bantuan operasional sekolah BOS, bantuan langsung tunai BLT, dan lain-lain. Jadi dari dampak angka kemiskinan 2 yang semakin meningkat isinilah, Negara sangat membutuhkan pihak-pihak lain yang bisa membantu. Dengan salah satu cara untuk mengurangi angka kemiskinan khususnya di Medan, Sumatera utara ialah kemunculan pusat pengembangan anak, dan ini memiliki pengaruh besar bagi pengembangan pendidikan anak masyarakat. Zaman sekarang disebut sebagai zaman kompetisi atau persaingan. Implikasinya orang lain dianggap sebagai kompetitif dalam meraih sesuatu ada kalanya menjadi persaingan berat, karena masing-masing berkompetisi. Wajar jika ada yang menang dan ada yang kalah. Oleh sebab itu, untuk menyelesaikannya diperlukan berbagai pendekatan seperti, keagamaan, politik, sosial, budaya dan ekonomi Prof.Dr.H.Mudjia Rahardjo.M.Si. Tradisi rasa sosial sudah menjadi kebiasaan masyarakat dan ini sering dikatakan dari ajaran agama, dan nilai-nilai budaya yang telah ada ratusan tahun yang lalu. Seperti halnya berdirinya pusat pengembangan anak yang dinaungi oleh Amerika. PPA Pusat Pengembangan Anak ini berdiri pada tahun 1979 yang memiliki visi dan misi sebagai berikut : “Visinya adalah “membangun anak yang memiliki kerohanian, fisik, sosial emosional yang maksimal hingga anak yang bersaksi dimanapun berada”. Misinya adalah “melaksanakan pelayanan secara holistik berdasarkan kasih. Yayasan PPA Pusat Pengembangan Anak Medan hadir sebagai bentuk dari perwakilan akan adanya program pengembangan pendidikan anak masyarakat. Dan yayasan PPA ini bukan hanya di Indonesia akan tetapi terpencar di berbagai Negara seperti, Eropa, Amerika, Singapura dan lain-lain. Yayasan ini selain dari pada memperhatikan pengenbangan pendidikan anak, juga memperhatikan ibu dan anak atau disebut PPIA yang mana dari ibu hamil hingga melahirkan ditanggung oleh pihak 3 yayasan, dengan ketentuan apabila sianak berusua 3 tahun si ibu lepas dari tanggungan yayasan dan sianak akan tetap dibiayai atau ditanggung hingga dia besar hingga sampai keperguruan tinggi. Menurut informan saya, yang mana dia dikatakn sebagai bendahara yayasn tersebut mengatakan setiap bulannya yang untuk PPIA Pusat Pengembangan Ibu dan Anak dikeluarkan biaya mencapai Rp 13.000.000 juta setiap bulannya, akan tetapi pihak yayasan tidak bisa memberikan uang tunai untuk mereka, tetapi mereka memberikannya dengan carai lain seperti, perawatan kesehatan, makanan-makan yang bergizi dan kebutuhan-kebutuhan lainya. Selain dari pusat pengembangan anak PPA, dan pusat pengembangan ibu dan anak PPIA, juga memperhatikan orang-orang yang telah memakai sabu-sabu, ganja, dan lain-lain. Ini biasanya bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab yayasan akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama antara yayasan dan orang tua yang bersangkutan hingga sipenderita sehat dan sadar betul. Sejalan dengan penjelasan di atas, secara khusus tulisan ini akan mencoba menceritakan apa saja strategi atau program yang di gunakan dalam mengelola PPA tersebut sehingga dapat berkembang dan tetap bertahan. Karena jika membahas masalah starategi atau program dalam mengelola PPA tidak hanya menjelaskan bagaimana PPA tersebut bisa bertahan dan berkembang atau berhasil akan tetapi bagaimana juga program yang digunakan dalam menghadapi anak-anak, ibu, dan masyarakat umum serta bagaimana juga tindakan-tindakan atau aturan-aturan yang berlaku yang disahkan oleh yayasan,interaksi para karyawan-karyawan terhadap anak-anak,oarngtua dan masyarakat lainnya. Berdasarkan observasi yang saya amati dalam melayani dan menghadapi masyarakat para staff pegawai PPA tesebut terlihat, ramah, sopan dan menggunakan aturan-aturan yang di tetapkan oleh pihak yayasan. 4 Sejalan dari penjelasan-penjelasan diatas peneliti merasa tertarik untuk melihat dan mengungkapkan apa saja bentuk-bentuk program yang digunakan oleh yayasan, di PPA tersebut sehingga dapat berkembang dan bertahan hingga sekarang.

1.2. Tinjauan pustaka