75 moral, etika, nilai kesopanan, dan kesantunan dan lain sebagainya. Cara yang
dilakukan oleh guru mis untuk member pengajaran-pengajaran tersebut adalah dengan cara member contoh suatu perilaku dan tindakan mana yang baik dan mana
yang buruk. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Darji yang mengatakan bahwa disiplin
merupakan suatu cara atau alat dalam pendidikan yang melatih anak-anak untuk bertingkah laku menurut pola baik atau aturan-aturan yang termasuk juga untuk
memperbaiki tingkah laku yang kurang baik agar dapat terbentuk tingkah laku sesuai dengan norma Sunarti, 1989 : 63.
4.5. Sosialisasi di Luar Lingkungan Yayasan Bukit Doa
Anak-anak PPA di dalam Yayasan Bukit Doa kebanyakkan berinteraksi dengan lingkungan luar ketika anak-anak PPA pergi bersekolah dan ketika pergi
beribadah dengan meminta izin terlibih dahulu kepada Pembina di kantor yayasan. Sesuai peraturan dari Yayasan Bukit Doa, seluruh anak-anak PPA tidak
diperbolehkan keluar lingkungan yayaan kecuali jika sedang pergi sekolah dan beribadah. Anak-anak PPA juga tidak diperbolehkan bermain di luar kompleks
yayasan, sehingga anak-anak PPA praktis tidak memilki interkasi sama sekali dengan anak-anak di sekitar lingkungan kompleks yayasan.
76 Gambar 24. Pemantauan Anak Sebelum Makan
Disekolah mereka masing-masing, anak-anak PPAmendapatkan pelajaran pendidikan secara umum dari gurunya dan juga pelajaran moral dan etika. Guru di
sekolah merupakan orang tua anak-anak di sekolah, sehingga guru adalah agen sosialisasi utama kepada anak-anak ketika berada di sekolah. Interaksi antara guru dan
anak di sekolah walaupun tidak seflkesibel dengan interaksi dengan mis di yayasan, tetapi cukup memberikan pendididkan dalam proses sosialisasi kepada anak-anak.
Anak-anak di Yayasan Bukit Doa selalu diajarkan oleh gurunya mis untuk menghormati dan menghargai gurunya di sekolah.
Selain dengan gurunya di sekolah, teman-teman bermain para anak-anak PPA di sekolah berperan dalam proses sosialisasi terhadap anak-anak PPA. Setiap hari di
sekolah, anak-anak PPA bermain bersama dengan teman-temannya. Mereka saling berinterkasi dan saling belajar menyesuaikan diri mereka masing-masing ahar terjalin
persahabatan yang baik diantara mereka.
77 Sehubungan dengan interkasi anak-anak PPA dengan lingkungan luar juga
mempengaruhi proses sosialisasi anak, Bronfenbrenner dalam Matsumoto Juang, 2008 : 61 mengatakan bahwa perkembangan manusia adalah proses yang dinamis
dan interraktif antara individu dengan lingkungan mereka pada beberapa tingkatan. Diantaranya adalah Microsystem yang lingkungan sekitar, seperti sekolah, keluarga,
kelompok sebaya, dengan anak-anak berinteraksi langsung, Mesosystem hubungan antara Microsystem, seperti antara sekolah dengan keluarga dan Exosystem konteks
yang secara tiddak langsung mempengaruhi anak-anak, seperti tempat kerja orang tua, yang Macrosystem budaya, agama, masyarakat dan Chronosystem pengaruh
waktu pada system lainnya Hal tersebut sesuai dengan pendapat Matsumoto Juang 2008 : 61 yang
mengatakan bahwa orang tua bukan satu-satunya agen sosialisasi. Saudara kandung, keluarga besar, dan rekan-rekan merupakan agen-agen sosialisasi dan enkulturasi
yang penting bagi banyak orang. Organisasi seperti sekolah, gereja, dan kelompok sosial menjadi agen penting dari proses ini.
4.6. Proses Enkulturasi pada Anak-anak PPA