Konsekuensi dari Pelanggara Peraturan Umum

37 • Anak-anak PPA tidak boleh mengkonsumsi rokok, narkoba, dan minuman keras. • Anak-anak PPA harus menjaga kebersihan lingkungan yayasan. Kebersihan lingkungan 1kali dalam setiap pertemuan yaitu sore sesudah selesai proses belajar-mengajar. • Anak tidak datang berturut-turut dua bulan wajib dikelurkan • Pada setiap tahunnya pihak yayasan melihat perkembangan perekonomian keluarga anak-anak tersebut, dan apabila keluraga tersebut sudah baik sudah mapan anak tersebut akan dikelurkan. • Harus saling mengasihi dan jangan ada musuh berkelahi • Anak-anak pulang jam 17.00 WIB dan ini tidak lagi tanggung jawab yayasan. Peraturan-peraturan tersebut berlaku bagi seluruh anak-anak yayasan dan telah ditetapkan oleh pihak yayasan. Pada umumnya anak-anak PPA mematuhi peraturan- peraturan yang berlaku secara umum tersebut.

3.3. Konsekuensi dari Pelanggara Peraturan Umum

Jika seorang anak kedapatan melanggar salah satu dari peraturan umum tersebut, Pembina dan staff pengajar memberi hukum ringan kepada anak PPA yang bersangkutan, Pembina dan staff pengajar akan memberikan nasehat dengan melakukan pendekatan agar si anak bisa mengerti dan tidak mengulangi perbuatan tersebut. Seperti kutipan wawancara penulis dengan coordinator PPA yang bernama Herlina purba, usia 36 tahun: “kemarin pernah ada anak laki-laki yang duduk di kelas 4 SD berkelahi dengan anak perempuan yang duduk di kelas 6 SD. Awalnya sianak laki-laki diingatkan oleh misnya karena ribut di dalam ruangan pada saat belajar, trus sianak perempuan mengatakan ia mis sering 38 dia rebut di dalam ruangan, sianak laki-laki tadi langsung marah dan menjambak ramput si pempuan tadi dan anak perempuan itu menagis menjerit, kemudian misnya menarik si laki-laki dan membawanya ke kantor koordinator. Koordinator memanggil anak perempuan itu agar di berikan arahan dan nasehat apa yang selalu diajarkan di dalam yayasan ini, dan bersalaman untuk saling bermaafan dan tidak mengulanginya lagi, dan yang menjadi hukuman ringan untuk anak laki-laki itu tidak dikasih jatah pada hari kejadian tersebut, karena pada setiap pertemua selalu ada jatah masing-masing anak dan ini selalu beseling seperti, makan, susu, roti, buah dan lain-lain dan tidak ada main tangan atau memukul”. Anak-anak PPA Bukit Doa tidak pernah mendapatkan suatu bentuk ancaman dan hukuman berat apabila melanggar peraturan-peraturan yang berlaku. Konsekuensi bagi anak-anak PPA yang melanggar peraturan yang umum tersebut adalah bukan dalam bentuk hukuman berat, melainkan dalam bentuk teguran, nasehat dan diberi pengertian. Pada dasarnya anak-anak PPA Bukit Doa adalah anak-anak yang patuh dan taat terhadap segala peraturan dan disiplin yang berlaku. Gambar 9. Ruangan Belajar PPA 39 Walaupun begitu, pernah juga terjadi kasus dimana seorang anak PPA lebih memilih keluar dari anggota lingkungan PPA Bukit Doa ketimbang memenuhi peraturan-peraturan tersebut. Seperti kutipan wawancara penulis dengan koordinator yayasan yang bernama Herlina Purba,usia 36 tahun: “Pernah sekali kemarin ada anak PPA yang melanggar peraturan kita karena dia sering rebut dan berkelahi sama temannya. Awalnya ibunya dan para staff pengajar mis menasehatinya, namun anak tersebut kembali melanggar aturan saling mengasihi dan tidak ada permusuhan perkelahian tadi sehingga kami memberikannya skoring. Karena kebetulan orang tuanya masih hidup dan berdekatan dengan yayasan juga, maka kami menskorsing anak itu dengan mengatakan kepada orangtuanya tersebut. Kami memberikan pilihan selama masa skorsing itu, jika si anak mau berkomitmen mematuhi peraturan maka si anak boleh kembali lagi masuk menjadi anggota PPA Bukit Doa , kapan saja anak itu datang kami tetap menerima. Tetapi sampai hari ini si anak tersebut tidak juga mau kembali, kami tidak pernah memaksa anak untuk kembali, semua itu terserah kemauan dan kebebasan anak untuk memilih kembali kesini atau tidak. Jika si anak merupakan anak yatim piatau, kami juga tidak mungkin menskorsing, jadi pemberian sebuah hukuman tersebut itu tergantung kondisi anak da kebijaksanaan yayasan kepada tiap-tiap anak.” Selain wawancara dengan koordinator, penulis juga mewawancara anak-anak PPA mengenai pelanggaran peraturan, yaitu Jenny Manurung, usia 10 tahun: “Saya pernah todak sengaja merusakkan kursi anak TK. Awalnya saya Bertengkar denagn kkawan saya karena kursi, sehingga saya melempa- rkan kursi tersebut ke tembok dan akhirnya rusak. Saya dipanggil mis ke ruangan koordinator. Saya dinasehati dan diberi hukuman tidak da- pat jatah makan pada hari ini dan harus meminta maaf kepada teman saya yang bertengkar tadi dan kepada anak-anak TK karena kursinya rusak saya buat, dan keesokan harinya kembali seperti biasa.” Berdasarkan hasil wawancara tersebut, konsekuensi dari pelanggaran umum tersebut awalnya hanya diberi peringatan, nasehat dan teguran untuk tidak mengulangi kembali perbuatannya. Namun jika pelanggaran tetap terjadi, maka akan diberikan skorsing dimana skorsing pada seorang anak tergantung keadaan dan kondisi si anak dan juga tergantung kebijaksanaan yayasan. 40

3.4. Penerapan Disiplin di Dalam Yayasan