Pusat Pengembangan Pendidikan Anak (Studi Etnografi Tentang Pengembanan Pendidikan Anak di Yayasan Bukit Doa Tuntungan Pancur Batu Medan)

(1)

PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK DI YAYASAN BUKIT DOA

Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sosial dalam bidang Antropologi Sosial

Oleh:

Arni Melpi D. Sitompul

070905003

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013


(2)

i ABSTRAK

Tompul, Arni Melpi D. Detta. “Pusat Pengembangan Pendidikan Anak (Studi Etnografi Tentang Pengembangan Pendidikan Anak di Yayasan Bukit Doa/PPA, Tuntungan Pancur Batu Medan”.

90 Halaman + 3 Lampiran + 15 Tabel

Tulisan ini menjelaskan tentang pengembangan pendidikan anak jangka panjang, serta proses pembelajaran terhadap anak-anak PPA di Yayasan Bukit Doa Pancur Batu Medan, yaitu pendidikan yang berkarya bagi anak-anak dengan pola pengembangan anak. Pengembangan dalam penelitian ini meliputi bagaimana proses mengajar/mendidik anak-anak PPA. Proses pembelajaran dalam penelitian ini adalah proses belajar kebudayaan sendiri meliputi sosialisasi, enternalisasi dan enkulturasi.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif untuk melihat bagaimana pendidikan dan proses pembelajaran terhadap anak-anak PPA. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan observasi partisipasi dengan mengamati cara-cara mengajar anak-anak serta interaksi yang terjadi di dalam dan di luar Yayasan. Wawancara mendalam dan sambil lalu digunakan terhadap para informan yaitu para staf pegawai/guru (miss), Pembina anak-anak dan anak-anak PPA. Data yang terkumpul akan dianalisa secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan pendidikan anak di Yayasan Bukit Doa menggunakan 3 prinsip yaitu : prinsip yayasan, pengajar (Miss) dan prisnsip anak-anak. Proses pembelajaran kebudayaan sendiri yang meliputi proses sosialisasi, proses internalisasi dan proses enkulturasi juga terjadi pada saat pengajaran/proses belajar-mengajar anak berlangsung. Dalam proses sosialisasi pada anak-anak PPA dibagi menjadi dua yaitu sosialisasi di dalam dan sosialisasi di luar Yayasan Bukit Doa. Pada sosialisasi di dalam, agen yang berpengaruh adalah staf pengajar (Miss) dan sesama anak-anak PPA. Sedangkan pada sosialisasi di luar, agen yang berpengaruh adalah organisasi/institusi seperti sekolah/kursus, tempat ibadah. Dalam proses internalisasi, anak-anak PPA dilatih untuk memiliki kepribadian seperti disiplin, tanggung jawab, bersikap empati, berprestasi dan mandiri. Dalam proses enkulturasi, seluruh anak-anak PPA belajar dan menyesuaikan alam pikirannya dan sikapnya dalam hal perubahan bentuk struktur keluarga/saudara dalam komunitas Yayasan Bukit Doa. Kesimpulan akhir penulis yaitu pengembangan pendidikan akan dalam suatu masyarakat maupun suatu cara dalam mempersiapkan anak tersebut menjadi anggota masyarakat yang berpendidikan. Proses belajar kebudayaan sendiri (sosialisasi, internalisasi, enkulturasi) yang terjadi pada saat pengembangan pendidikan anak bertujuan untuk membentuk kepribadian dan perilaku-perilaku sosial pada anak-anak. Kepribadian dan perilaku-perilaku sosial yang terbentuk pada anak-anak tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di lingkungannya (Yayasan).


(3)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat, anugerah dan kasihNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Pusat Pengembangan Pendidikan Anak (Studi Etnografi Tentang Pengembanan Pendidikan Anak di Yayasan Bukit Doa Tuntungan Pancur Batu Medan)”.

Pada kesempatan ini, penulis menyamapaikan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak, diantaranya kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Bapak Dr. Fikarwin Zuska, sebagai Ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP USU. Bapak Drs. Agustrisno, MSP, sebagai Sekretaris Jurusan Departemen Antropologi Sosial FISIP USU.

Kepada Bapak Drs. Agustrisno, MSP, selaku dosen pembimbing penulis, yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing dan telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga, penulis ucapkan banyak terima kasih.

Selaku penguji, terima kasih untuk semua saran yang diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Selaku penguji, terima kasih untuk semua saran dan bekal ilmu yang diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Demikian pula , selaku Dosen Penasehat Akademik penulis atas bantuannya dalam proses perkuliahan dan administrasi akademik. Tidak lupa seluruh dosen-dosen dan pegawai di Departemen Antropologi yang telah mendidik dan mengajar penulis selama proses perkuliahan.

Terima kasih kepada Bapak Pdt. Jhony Saragih, S.Th, selaku Pimpinan Yayasan Bukit Doa yang telah memberikan fasilitas selama penelitian di lapangan. Demikian juga kepada Kak Herlina Purba, sebagai Koordinator/Staff Administrasi Yayasan Bukit Doa yang telah banyak memberikan data-data selama proses penelitian. Demikian juga kepada seluruh Staff Pembina Yayasan Bukit Doa dan seluruh anak-anak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Tanpa


(4)

iii

kalian semua proses penelitian ini tidak akan berjalan dan skripsi ini tidak akan terwujud.

Teristimewa buat kedua oran tua saya yang saya cintai, Ayahanda Pangihutan Sitompul dan Ibunda Kartini Br. Silaban, terima kasih yang tak terhingga atas segala pengorbanan, cinta, kasih yang tulus dalam mebesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang.

Terkhusus untuk suamiku tercinta, Leonard Julianto Sinaga, dan putriku tersayang Naomi Vheby Chintya Br. Sinaga, yag telah meberikan cinta, kasih sayang, perhatian, motivasi, semangat dan pengorbanan kepada penulis selama ini. Tanpa dirimu, mama tidak akan bisa seperti sekarang ini.

Rekan-rekan mahasiswa Antropologi FISIP USU, khususnya rekan-rekan seperjuangan penulis angkatan tahun 2007, yakni : Marni Pardosi, Inggrid Silitonga, Siti Dian Nur, Sui Paulina Nainggolan, Angel Tambunan, Rini Siagian, Parlaungan Hutapea, Edi, Tino, Martha Siregar, Davi, Dyat, Putri Dewi, Zizah, Hafizah dan rekan-rekan lainnya di IMSAN Antropologi FISIP USU terima kasih buat setiap detik berharga bersama kalian.

Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membalas segala kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis. Menyadari keterbatasan penulis, maka skripsi atau hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Untuk itu koreksi dan masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan hasil penelitian ini sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis


(5)

iv

RIWAYAT HIDUP

Arni Melpi D. Detta br. Sitompul, lahir pada tanggal 14 Desember 1987 di Desa Simarpinggan Padansidempuan, Kecamatan Siais, Kabupaten Tapanuli Selatan. Beragama Kristen Protestan, anak pertama dari 4 bersaudara dari pasangan Ayahanda bernama Pangihutan Sitompul dan Ibunda bernama Kartini Br. Silaban.

Riwayat pendidikan formal : SD Negeri 1 Simarpinggan (1996-2002); SMP Negeri 1 Siais Padangsidempuan (2002-2004); SMA Negeri 7 Padangsidempuan (2004-2007); Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara (2007-2013)


(6)

v

KATA PENGANTAR

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Jurusan Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dalam rangka memenuhi persyaratan tersebut penulis telah menyusun sebuah skripsi dengan judul : “Pusat Pengembangan Pendidikan Anak (Studi Etnografi Tentang Pengembanan Pendidikan Anak di Yayasan Bukit Doa Tuntungan Pancur Batu Medan)”.

Pada skripsi ini dilakukan pembahasan secara menyeluruh mengenai pengembangan pendidikan anak dan proses belajar yang meliputi interaksi, internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi. Pembahasan tersebut diuraikan dari Bab I sampai dengan Bab V. Bab I Pendahuluan, pada bab ini diuraikan garis besar penulisan skripsi secara menyeluruh, antara lain dikemukakan latar belakang masalah, perumusan masalah penelitian sehingga dapat diketahui apa saja yang ingin dikemukan dalam penulisan skripsi ini.

Selanjutnya, akan diuraikan juga lokasi penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan teknik pengumpulan data.

Penguraian bab ini juga dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai materi penulisan yang dimaksud dalam penelitian/skripsi ini.

Balb II berjudul keberadaan Pusat Pengembangan Pendidikan Anak di Yayasan Bukit Doa Pancur Batu Medan, pada bab ini diuraikan mengenai sejarah Yayasan Bukit Doa/PPA, jumlah banyaknya anak-anak PPA Yayasan Bukit Doa/PPA Pancur Batu Medan, profil masing-masing anak PPA, serta struktur organisasi dan pembagian tugas para staff.

Bab III pola pengasuhan anak berbasis wujud keluarga, pada bab ini akan diuraikan secara keseluruhan mangenai pengasuhan anak berbasis keluarga di Yayasan Bukit Doa/PPA meliputi mulai dari cara menjaga, cara mendidik (umum, agama, nilai budaya dan keterampilan), cara membimbing dan merawat. Selanjutnya akan diuraikan menganai pola interaksi yang terjadi antara anak PPA dengan miss (guru) antara sesama anak PPA, anak PPA dengan orangtua, miss


(7)

vi

(guru) dengan orangtua, serta anak PPA dengan lingkungan luar. Selanjutnya akan diuaraikan juga menganai penerapan peraturan dan disiplin serta konsekuensi dari pelanggaran peraturan dan disiplin.

Bab IV proses pembelajaran terhadap anak-anak PPA, pada bab ini diuraikan bagaimana proses pembelajaran kebudayaan sendiri oleh anak-anak PPA yang meliputi proses sosialisasi (di dalam Yayasan dan di luar Yayasan), internalisasi dan enkulturasi. Dalam bab ini akan diuraikan bagaimana pembelajaran ketiga proses tersebut terjadi, agar yang berpengaruh serta pengaruhnya terhadap setiap, kepribadian dan tingkah laku pada anak-anak PPA.

Bab V Penutup. Penutup berisikan tentang kesimpulan dan saran. Pada bab ini disimpulkan kembali secara keseluruhan dari hasil penelitian tentang pengembangan pendidikan akan sebagai wujud keluarga dan proses kebudayaan sendiri (sosialisasi, internalisasi dan enkulturasi) pada anak-anak PPA di Bukit Doa. Di akhir bab ini, penulis menyampaikan beberapa saran yang berguna untuk semua kalangan. Sebagai akhir dari tulisan ini, penulis juga membuat daftar pustaka sehingga bahan referensi dari skripsi ini serta lampiran-lampiran seperti pedoman wawancara, surat penelitian, daftar nama-nama informan, serta gambar-gambar di lokasi penelitian.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, materi dan pengalaman penulis. Penulis dengan tidak mengurangi rasa hormat, mengharapkan kritik dan saran maupun sumbangan pemikiran yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini.

Penulis


(8)

vii DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Masalah dan Latar Belakang ... 1

1.2 Tinjauan Pustaka... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 9

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Metode Penelitian ... 10

BAB II KEBERADAAN PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK DI YAYASAN BUKIT DOA ... 13

2.1 Sejarah Yayasan Pusat Pengembangan Anak Bukit Doa ... 13

2.2 Jumlah Banyaknya Anak-Anak PPA di Yayasan Bukit Doa .... 19

2.3 Lokasi PPA (Pusat Pengembangan Anak) Yayasan Bukit Doa 25 2.4 Komposisi Bangunan, Sarana dan Prasarana ... 26

2.5 Struktur Organisasi PPA Yayasan Bukit Doa ... 30

2.6 Pembagian Tugas Para Staff Yayasan ... 32

BAB III PPA BUKIT DOA SEBAGAI WUJUD KELUARGA ... 36

3.1 Penerapan Peraturan dan Disiplin di PPA Bukit Doa ... 36


(9)

viii

3.3 Konsekuensi Dari Pelanggaran Peraturan Umum ... 38

3.4 Penerapan Disiplin di Dalam Yayasan ... 41

3.5 Interaksi di Dalam Yayasan Bukit Doa ... 43

3.6 Interaksi Guru (Miss) Dengan Anak-Anak ... 45

3.7 Interaksi Guru (Miss) Dengan Orangtua Anak ... 52

3.8 Pendidikan di Yayasan Bukit Doa ... 53

3.8.1 Pendidikan Umum ... 54

3.8.2 Pendidikan Agama ... 55

3.8.3 Pendidikan Keterampilan ... 57

BAB IV PROSES PEMBELAJARAN PPA DI YAYASAN BUKIT DOA 60 4.1 Proses Internalisasi di Sekolah ... 60

4.2 Proses Internalisasi Budaya ... 63

4.3 Proses Internalisasi di Rumah... 66

4.4 Pelatihan Pembentukan Karakter... 68

4.5 Sosialisasi di Luar Lingkungan Yayasan Bukit Doa ... 76

4.6 Pusat Inkulturasi Pada Anak-Anak ... 78

4.6.1 Nilai-Nilai Budaya Yang Ditanamkan ... 80

BAB V PENUTUP ... 85

5.1 Kesimpulan ... 85

5.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara (Interview Guide) 2. Peta Lokasi Penelitian

3. Surat Penelitian

4. Daftar Nama-Nama Informan 5. Gambar-Gambar di Lokasi Penelitian


(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel I Jumlah Anak-Anak PPA Berdasarkan Jenis Kelamin ... 19

Tabel II Jumlah Anak-Anak Berdasarkan Usia ... 19

Tabel III Jumlah Anak-Anak PPA Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2008-2009 ... 20

Tabel IV Jumlah Anak-Anak Berdasarkan Rentang Usia 2008-2009 ... 20

Tabel V Jumlah Anak PPA 2009-2010 ... 6

Tabel VI Data Anak Berdasarkan Usia 2009-2010 ... 20

Tabel VII Data Jumlah Anak PPA Tahun 2010-2011 ... 21

Tabel VIII Data Berdasarkan Usia Tahun 2010-2011 ... 21

Tabel IX Data Jumlah Anak-Anak PPA Tahun 2011-2012 ... 21

Tabel X Data Rentang Usia Tahun 2011-2012 ... 22

Tabel XI Data Anak-Anak PPA Berdasarkan Jenis Kelamin ... 22

Tabel XII Data Anak-Anak Jenjang Usia ... 23

Tabel XIII Data Anak PPA Berdasarkan Etnik ... 24

Tabel XIV Data Anak PPA Berdasarkan Agama ... 24

Tabel XV Data Petugas PPA Yayasan Bukit Doa ... 31

Tabel XVI Kegiatan-Kegiatan Anak-Anak PPA Setiap Pertemuan Yayasan Bukit Doa ... 41


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Spanduk Yayasan PPA Bukit Doa ... 13

Gambar 2 Gereja Yayasan PPA Bukit Doa ... 17

Gambar 3 Kantor Yayasan PPA Bukit Doa ... 23

Gambar 4 Anak-Anak PPA ... 25

Gambar 5 Bermain Prosotan ... 28

Gambar 6 Bermain Ayunan ... 28

Gambar 7 Obat (Vitamin) ... 29

Gambar 8 Ibu Nani Br Silaban (Tukang Masak) ... 30

Gambar 9 Ruang Belajar Anak PPA ... 39

Gambar 10 Ulang Tahun ... 46

Gambar 11 Interaksi Guru Dengan Anak-Anak PPA ... 48

Gambar 12 Anak-Anak PPA Sedang Bermain... 49

Gambar 13 Interaksi Antara Sesama Anak-Anak PPA ... 50

Gambar 14 Guru (Miss sedang mempersiapkan makan siang) ... 51

Gambar 15 Anak-anak sedang makan siang ... 52

Gambar 16 Interaksi guru dan orang tua anak-anak PPA ... 53

Gambar 17 Piala Prestasi Anak-Anak PPA ... 55

Gambar 18 Alkitab yang akan diberikan kepada anak-anak PPA ... 56

Gambar 19 Kegiatan doa ... 57

Gambar 20 Buku-buku untuk anak-anak PPA ... 58

Gambar 21 Buku bacaan ... 58

Gambar 22 Buku belajar... 59

Gambar 23 Anak-anak disiplin/menyusun piring sendiri ... 70


(12)

i ABSTRAK

Tompul, Arni Melpi D. Detta. “Pusat Pengembangan Pendidikan Anak (Studi Etnografi Tentang Pengembangan Pendidikan Anak di Yayasan Bukit Doa/PPA, Tuntungan Pancur Batu Medan”.

90 Halaman + 3 Lampiran + 15 Tabel

Tulisan ini menjelaskan tentang pengembangan pendidikan anak jangka panjang, serta proses pembelajaran terhadap anak-anak PPA di Yayasan Bukit Doa Pancur Batu Medan, yaitu pendidikan yang berkarya bagi anak-anak dengan pola pengembangan anak. Pengembangan dalam penelitian ini meliputi bagaimana proses mengajar/mendidik anak-anak PPA. Proses pembelajaran dalam penelitian ini adalah proses belajar kebudayaan sendiri meliputi sosialisasi, enternalisasi dan enkulturasi.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif untuk melihat bagaimana pendidikan dan proses pembelajaran terhadap anak-anak PPA. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan observasi partisipasi dengan mengamati cara-cara mengajar anak-anak serta interaksi yang terjadi di dalam dan di luar Yayasan. Wawancara mendalam dan sambil lalu digunakan terhadap para informan yaitu para staf pegawai/guru (miss), Pembina anak-anak dan anak-anak PPA. Data yang terkumpul akan dianalisa secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan pendidikan anak di Yayasan Bukit Doa menggunakan 3 prinsip yaitu : prinsip yayasan, pengajar (Miss) dan prisnsip anak-anak. Proses pembelajaran kebudayaan sendiri yang meliputi proses sosialisasi, proses internalisasi dan proses enkulturasi juga terjadi pada saat pengajaran/proses belajar-mengajar anak berlangsung. Dalam proses sosialisasi pada anak-anak PPA dibagi menjadi dua yaitu sosialisasi di dalam dan sosialisasi di luar Yayasan Bukit Doa. Pada sosialisasi di dalam, agen yang berpengaruh adalah staf pengajar (Miss) dan sesama anak-anak PPA. Sedangkan pada sosialisasi di luar, agen yang berpengaruh adalah organisasi/institusi seperti sekolah/kursus, tempat ibadah. Dalam proses internalisasi, anak-anak PPA dilatih untuk memiliki kepribadian seperti disiplin, tanggung jawab, bersikap empati, berprestasi dan mandiri. Dalam proses enkulturasi, seluruh anak-anak PPA belajar dan menyesuaikan alam pikirannya dan sikapnya dalam hal perubahan bentuk struktur keluarga/saudara dalam komunitas Yayasan Bukit Doa. Kesimpulan akhir penulis yaitu pengembangan pendidikan akan dalam suatu masyarakat maupun suatu cara dalam mempersiapkan anak tersebut menjadi anggota masyarakat yang berpendidikan. Proses belajar kebudayaan sendiri (sosialisasi, internalisasi, enkulturasi) yang terjadi pada saat pengembangan pendidikan anak bertujuan untuk membentuk kepribadian dan perilaku-perilaku sosial pada anak-anak. Kepribadian dan perilaku-perilaku sosial yang terbentuk pada anak-anak tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di lingkungannya (Yayasan).


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Krisis ekonomi saat ini tengah merisaukan berbagai kalangan di dunia. Seluruh aktivitas perekonomian di dunia telah merasakan dampaknya. Krisis ekonomi global telah menyebabkan perekonomian beberapa Negara menjadi morat-marit. Menurut Farid Wajidi, krisis ini disebabkan oleh rapuhnya sistem ekonomi yang selama ini digunakan dunia. Dimana setiap kajian tentang pembangunan ekonomi selalu saja di dominasi oleh pandangan yang sangat materialistik.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 dan pertengahan 1998 Indonesia menempati ke dalam masa-masa sulit. Angka kemiskinan meningkat, penganguran membengkak, kualitas pendidikan menurun, pelayanan sosial semakin buruk, kekurangan gizi terjadi dilapisan bawah, angka kemiskinan merangkak naik secara mengkhawatirkan , kerusuhan dan konflik sosial terjadi di beberapa wilayah di Tanah Air (Bamualim dalam Prihatna, 2005 : 13). Sadar atau tidak sadar , akibat yang ditimbulkan krisis ekonomi global saat ini sudah jauh lebih besar adalah masalah kemiskinan.

Masalah kemiskinan merupakan sebuah realitas kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti propinsi Sumatera Utara menunjukkan lonjokan angka kemiskinan yang di perkirakan sebesar 15,66% (waspada dalam aulia,6 Maret 2007). Oleh sebab itu upaya untuk menyelesaikan problem kemiskinan telah dilakukan pemerintah dengan berbagai program, seperti melalui bantuan operasional sekolah (BOS), bantuan langsung tunai (BLT), dan lain-lain. Jadi dari dampak angka kemiskinan


(14)

2 yang semakin meningkat isinilah, Negara sangat membutuhkan pihak-pihak lain yang bisa membantu. Dengan salah satu cara untuk mengurangi angka kemiskinan khususnya di Medan, Sumatera utara ialah kemunculan pusat pengembangan anak, dan ini memiliki pengaruh besar bagi pengembangan pendidikan anak masyarakat. Zaman sekarang disebut sebagai zaman kompetisi atau persaingan. Implikasinya orang lain dianggap sebagai kompetitif dalam meraih sesuatu ada kalanya menjadi persaingan berat, karena masing-masing berkompetisi. Wajar jika ada yang menang dan ada yang kalah. Oleh sebab itu, untuk menyelesaikannya diperlukan berbagai pendekatan seperti, keagamaan, politik, sosial, budaya dan ekonomi (Prof.Dr.H.Mudjia Rahardjo.M.Si).

Tradisi rasa sosial sudah menjadi kebiasaan masyarakat dan ini sering dikatakan dari ajaran agama, dan nilai-nilai budaya yang telah ada ratusan tahun yang lalu. Seperti halnya berdirinya pusat pengembangan anak yang dinaungi oleh Amerika. PPA (Pusat Pengembangan Anak) ini berdiri pada tahun 1979 yang memiliki visi dan misi sebagai berikut : “Visinya adalah “membangun anak yang memiliki kerohanian, fisik, sosial emosional yang maksimal hingga anak yang bersaksi dimanapun berada”.

Misinya adalah “melaksanakan pelayanan secara holistik berdasarkan kasih. Yayasan PPA (Pusat Pengembangan Anak) Medan hadir sebagai bentuk dari perwakilan akan adanya program pengembangan pendidikan anak (masyarakat). Dan yayasan PPA ini bukan hanya di Indonesia akan tetapi terpencar di berbagai Negara seperti, Eropa, Amerika, Singapura dan lain-lain. Yayasan ini selain dari pada memperhatikan pengenbangan pendidikan anak, juga memperhatikan ibu dan anak atau disebut PPIA yang mana dari ibu hamil hingga melahirkan ditanggung oleh pihak


(15)

3 yayasan, dengan ketentuan apabila sianak berusua 3 tahun si ibu lepas dari tanggungan yayasan dan sianak akan tetap dibiayai atau ditanggung hingga dia besar hingga sampai keperguruan tinggi. Menurut informan saya, yang mana dia dikatakn sebagai bendahara yayasn tersebut mengatakan setiap bulannya yang untuk PPIA (Pusat Pengembangan Ibu dan Anak) dikeluarkan biaya mencapai Rp 13.000.000 juta setiap bulannya, akan tetapi pihak yayasan tidak bisa memberikan uang tunai untuk mereka, tetapi mereka memberikannya dengan carai lain seperti, perawatan kesehatan, makanan-makan yang bergizi dan kebutuhan-kebutuhan lainya.

Selain dari pusat pengembangan anak (PPA), dan pusat pengembangan ibu dan anak (PPIA), juga memperhatikan orang-orang yang telah memakai sabu-sabu, ganja, dan lain-lain. Ini biasanya bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab yayasan akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama antara yayasan dan orang tua yang bersangkutan hingga sipenderita sehat dan sadar betul.

Sejalan dengan penjelasan di atas, secara khusus tulisan ini akan mencoba menceritakan apa saja strategi atau program yang di gunakan dalam mengelola PPA tersebut sehingga dapat berkembang dan tetap bertahan. Karena jika membahas masalah starategi atau program dalam mengelola PPA tidak hanya menjelaskan bagaimana PPA tersebut bisa bertahan dan berkembang atau berhasil akan tetapi bagaimana juga program yang digunakan dalam menghadapi anak-anak, ibu, dan masyarakat umum serta bagaimana juga tindakan-tindakan atau aturan-aturan yang berlaku yang disahkan oleh yayasan,interaksi para karyawan-karyawan terhadap anak-anak,oarngtua dan masyarakat lainnya. Berdasarkan observasi yang saya amati dalam melayani dan menghadapi masyarakat para staff pegawai PPA tesebut terlihat, ramah, sopan dan menggunakan aturan-aturan yang di tetapkan oleh pihak yayasan.


(16)

4 Sejalan dari penjelasan-penjelasan diatas peneliti merasa tertarik untuk melihat dan mengungkapkan apa saja bentuk-bentuk program yang digunakan oleh yayasan, di PPA tersebut sehingga dapat berkembang dan bertahan hingga sekarang.

1.2. Tinjauan pustaka

PPA (Pusat Pengembangan Anak) sangat membantu dan dan memperhatikan rakyat yang kurang mampu atau pendapatan nya yang dibawah UMR (Upah Minimum Regional), kenapa dikatakan pendapatnnya yang dibawah UMR, karena pihak yayasan langsung turun ke lapangan atau dengan kata lain survey, apakah betul-betul orang tidak mampu (miskin). Yang mana dikatakan miskin belum mempunyai rumah, pekerjaan orang tua seperti apa, fasilitas rumah bagai mana, dan inilah salah satu cara yang dilakukan oleh pihak yayasan yang menjadi bukti, dan patut untuk terdaftar sebagai PPA.

Disini pihak yayasan memperhatikannya mulai dari segi kesehatan , makanan, gizi, dan yang lebih khusus kependidikan nya. Untuk mengubah dan pengembangan masyarakat, harus didasari adanya rasa berpartisipasi atau berbagi dalam kekurangan atau perbedaan (Euyen Erikson). Oleh sebab itu PPA ini salah satu cara untuk mengarahkan masyarakat yang kurang mampu tetap semangat dan termotivasi untuk maju dan selalu berkembang kedepannya.

Menurut Antropologi “kebudayaan adalah suatu sistem gagasan dan rasa , tindakan dan karya yang dihasilkan dalam kehidupan bermasyarakat (Koenjaraningrat, 1985 : 180).


(17)

5 Kebudayaan adalah seperangkat peraturan atau norma yang di miliki bersama oleh para anggota masyarakat yang kalau dilaksanakan para anggotanya melahirkan perilaku yang para anggotanya dipandang layak dan dapat diterima (William, A.Haviland, 1985 : 333).

Sebagai manusia dan sebagai warga Negara maka pemerintah membuat rangka penyempurnaan susunan masyarakat yang adil dan makmur. Disini pemerintah berwewenang untuk memberikan bantuan penghidupan kepada orang-orang yang pendapatannya dibawah UMR (Upah Minimum Regional) atau sering dikatakan orang- orang miskin. Menurut ketetuan-ketentuan yang diatur dalam undang-undang (UU), seprti yang tercantum dalam pasal ”27 ayat 2, pasal 4 ayat 1 undang-undang dasar (UUD) yang berbunyi:

• Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. (pasal27 ayat2)

• Bentuk ukuran pertolongan ini harta benda, cita, material dan immaterial , jasmaniah atau rohaniah harus dipertimbangkan dengan mengingat batas-batas ukuran yang akan dilihat materi sosial.

Oleh karena itu undang-undang ini membuat dasar hukum, siapa yang dimaksudkan dengan orang yang lebih layak mendapat bantuan penghidupan. (Lembaran Negara yang dicetak ulang tahun 1965). Yang berisikan :

1. Bahwasanya Indonesia semakin ada pergeseran, paradigma membangun dan memberdayakan masyarakat mulai pada tahun 1970an dan pada awal 1990an semakin bergeser lagi menjadi pemberdayaan hingga dikatakan dalam konteks reformasi, demokratisasi pemberdayaan yang mempunyai gaung luas dan popular (terkenal atau maju) dan gagasan pemberdayaan ini berangkat dari realitas ,


(18)

6 objektif yang struktural dari sisi alokasi kekuasaan masyarakat (Margot Breton 1994).

2. Terbangunnya pemberdayaan masyarakat karena adanya konsep dan arahan pemberdayaan, yang mana dikatakan tidak ada sebuah pengertian (model tunggal pembedayaan masyarakat) kalau tidak menurut cara pandang orang atau konteks sosial budayanya. Disini pengembangan atau pemberdayaan dimaknai dalam konteks posisi masyarakat bukan hanya objek penerima mamfaat yang tergantung pada pihak luar, tetapi melainkan sebagai subjek yang membuat secara sendiri. (Mentri diklat pemberdaaan yang diselenggarakan badan Kaltim, Samarinda 2002).

Selain dari pada kebijakan-kebijakan pemerintah dan para ahli-ahli atau paradigma, timbul juga rasa saling membantu dan berbagi seperti kebijakan tersendiri akan yayasan PPA yang dinaungi Amerika yang dipercayakan, sebagai penasehat atau pemimpin (Jodny Saragih). Selain PPA di yayasan ini juga memperhatikan pusat pengembangan ibu dan anak (PPIA) dan ini dinaungi oleh Amerika yang selalu memperhatikannya. Pada setiap bulannya mereka mendapat uang sebesar Rp 13.000.000 juta akan tetapi pihak yayasan tidak bisa memberikan uang tunai, tetapi mereka memberikannya dengan cara lain seperti, selalu memperhaikan kesehatan ibu dan anak mulai dari hamil hingga melahirkan bahkan sianak meranjak dewasa dan keperguruan tinggi ,dengan ketentuan nilai rata-rata 7. Namun apabila sianak berusia 3 tahun si ibu tidak lagi tanggung jawab yayasan, dan anak tetap tinggal jadi tanggung jawab yayasan.dan si ibu berhak menjenguk anaknya kapan saja dia mau.


(19)

7 Selain dari pengembangan pendidikan anak, dan pengembangan ibu dan anak ada juga reabilitas untuk penyembuhan orang-orang yang terkena gejala-gejala narkoba, dan ini umumnya mulai dari kalangan remaja, sampai umur 50an.akan tetapi biaya untuk hal ini bukan sepenuhnya menjadi tanggunggan yayasan, namun berbagi dengan pihak keluarga yang terlibat, hanya saja fasilitas yang menjadi tanggungan penuh dari pihak yayasan.

Untuk pengembangan pendidikan anak yang pada tiap bulannya di berikan uang dari naungan Amerika yang berkisar Rp 37.000.000 juta, dan hal ini sama halnya dengan PPIA yang tidak bisa memberikan uang tunai bagi mereka. Pihak yayasan memberikannya dari berbagai cara seperti

a. Setiap mereka masuk atau pertemuan yayasan memberikan makanan-makanan yang dianggap jarang mereka makan diluar yayasan pusat pengembangan anak (PPA) misalnya, KFC, pizza dan lain-lain.

b. Selain dari pada makanan-makanan mereka juga memperoleh vitamin dan gizi yang lebih maksimal, misalnya sirup, minum susu, dan berbagai roti-roti . Selain dari jenis-jenis makanan pusat yayasan memberikan yang lebih khusus melalui pendidikan dengan memberikan tas, sepatu, dan perlengkapan-perlengkapan sekolah dan bahkan pada anak-anak tersebut ulang tahun juga di perhatikan dengan memberikan berupa kado seperti, baju, jam tangan dan membuat acara makan-makan bersama.

Selain dari penjelasan-penjelasan diatas anak-anak juga mendapat tambahan tiap tahunnya yang dikirimkan oleh naungan Amerika melalui pihak yayasan yang berjumlah sekitar Rp 400.000 hingga Rp 700.000 ribu, dan ini bisa dikasih tunai atau


(20)

8 langsung kepada oeang tua si anak yang terdaftar sebagai anggota PPA (pusat pengembangan anak).

1.3. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di kemukakan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang dapat saya ambil sebagai dasar kajian dalam penelitan yang saya lakukan adalah:

1. Bagaimana pengelolaan pendidikan anak di PPA? 2. Apa saja program-program yang digunakan oleh PPA?

3. Bagaimana respon masyarakat terhadap program-program yang di lakukan PPA?

1.4. Tujuan dan Mamfaat Penelitian A. Tujuan Penelitian

Penetapan untuk tujuan penelitian sangatlah penting karena setiap melakukan penelitian memiliki tujuan tertentu. Oleh sebab itu studi ini bertujuan untuk :

1. Mengungkapkan atau menceritakan program-program yang dilakukan oleh yayasan PPA hingga dapat berkembang dan bertahan hingga sekarang.

2. Mendeskripsikan bentuk-bentuk pemberdayaan (pengembangan pendidikan anak) yang telah di lakukan oleh yayasan PPA.

3. Mengungkapkan bagaimana tanggapan atau respon masyarakat tentang program-program

B. Manfaat Penelitian

Dalam lingkup akademis, semoga penelitian ini berguna bagi mahasiswa, dan penelitian ini diharapkan bisa memberikan wawasan serta memperkaya informasi bagi


(21)

9 masyarakat mengenai puasat pengembangan anak.sebagai media untuk mengajak para pembaca memberikan rezeki untuk senantiasa berpartisipasi atas program-program yang berbasis memperdayaan masyarakat yang dilakukan pada PPA. Sebagai literatur bagi pembaca.

1.5. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitaan kualitatif besifat deskriptif dengan mengumpulkan data-data kualitatif yang mencakup objek penelitian. Menurut Lexy. J . Moleng (2006 : 6), penelitian kualitatif ialah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa saja yang terjadi dan dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, presepsi, motivasi, dan tindakan-tindakan lainnya. Metode penelitian kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satu-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia. Metode penelitian kualitatif ini digunakan agar mampu menghasilkan data-data deskriptif mengenai pengelolaan pusat pengembangan anak dengan konteks pemberdayaan masyarakat (pengembangan pendidikan anak). Dengan demikian penulisan yang dilakukan secara kualitatif dan secara mendalam tentang aktivitas pengelolaan pusat pengembangan anak. Dalam konteks pemberdayaan mayarakat bisa terjaring dengan yang lebih baik.

Dengan metode penelitian kualitatif bersifat deskriptif, maka akan dapat mencapai sasaran yang dituju, yakni dengan mendeskripsikan sistem (program-program) di PPA. Dalam penelitian, ini pada akhirnya baik informasi dari wawancara dengan informan, sumber pustaka yang releven atau data sekunder maupun sumber


(22)

10 lainnya pada saat turun kelapangan semuanya menjadi data utama (primer) bagi peneliti. Data primer ialah, data yang diperoleh melalui observasi partisipasi dan wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti secara langsung dilapangan, seperti:

 Observasi (pengamatan): observasi yang dilakukan adalah observasi

partisipasi yaitu dengan cara berada dalam aktivitas, dan turut mengikuti dan mengamati segala kegiatan pelaksanaan PPA dalam pembinaan yang dilakukan terhadap anak-anak sehari-hari. Peran peneliti dalam observasi partisipasi disini adalah sebagai pengamat secara langsung berada dan mengamati dalam setiap aktivitas-aktivitas yang dilkukan sehari-hari terhadap anak-anak.

 Wawancara: Pertanyaan-pertayaan awal hingga informasi yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan kondisi yang objektif dengan metode ini.metode ini juga dapat mendekatkan diri dengan informan. Selain dari itu, data-data dapat dari sudut pandang masyarakat yang dimulai dari wawancara. Wawancara ialah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial atau dalam pokok permasalahan. (Bungin, 2007 : 107).

 Data sekunder ialah, data yang diperoleh secara tidak lansung dari

lapangan, akan tetapi memiliki keterkaitan dari penelitian ini. Data sekunder berupa sumber-sumber atau referensi tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian seperti diperoleh dari buku-buku, majalah, surat kabar, internet, opini, artikel, dan lainya. Data sekunder tersebut akan dipilih-pilih kemudian diambil sesuai dengan


(23)

11 kepentingan kajian atau masalah yang akan dibahas. Akhirnya data sekunder dapat diharapkan menambah pemahaman penulis terhadap permasalahan yang akan diteliti Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan pokok (kunci) dan informan biasa. Informan pokok merupakan informan yang paham betul dan mengetahui benar masalah yang akan diteliti dan terlibat langsung dalam penanganan PPA,yaitu pemimpin utama yang bertugas memimpin PPA dan menbuat kebijakan serta mengendalikan dan pengarakan para staf pegawainya. Sedangkan informan biasa adalah, orang-orang yang memberikan informasi mengenai suatu masalah sesuai dengan pengetahuannya, seperti para penjaga keamanan, dan yang mengurus kebutuhan sehari-hari anak-anak yang masih tanggungan PPA tersebut.

Untuk menghasilkan data yang lebih dalam mengenai pengembangan pendidikan anak PPA terhadap pengurangan kemiskinan, maka saya menggunakan 2 informan:

1. Berasal dari pengurus PPA yang bekerja langsung sebagai staf tetap (bendahara) 2. Berasal dari masyarakat yang mempercayakan PPA sebagai pemotivasi


(24)

12 BAB II

KEBERADAAN PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK DI YAYASAN BUKIT DOA

2.1. Sejarah Yayasan Pusat Pengembangan Anak Bukit Doa

Pada tahun 2007, Bukit Doa mendirikan PPA (Pusat Pengembangan Anak) yang bertujuan untuk mengumpulkan anak-anak yang kurang mampu/beruntung untuk mendapatkan pendidikan. PPA membantu anak-anak yang kurang mendapatkan pendidikan yang disebabkan oleh faktor ekonomi. PPA memiliki peranan strategis untuk memenuhi kebutuhan anak-anak yang tidak mereka peroleh dari orang tua mereka sendiri. Oleh karena itu PPA hadir untuk membantu dalam pengembangan pendidikan secara berkesinambungan.


(25)

13 Berdirinya Yayasan Bukit Doa ini merupakan perwujudan dari Pdt. Jhoni Saragih yang peduli akan sesama yang khususnya untuk pendidikan. Menurut Pdt. Jhoni Saragih:

“Pendidikan dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangankan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya”.

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Oleh karena itu segala sesuatu pastinya akan memebutuhkan pertolongan orang lain. Setiap anak memiliki hak untuk dapat tumbuh dan mampu mengembangkan kemampuan dirinya baik dari segi jasmani, rohani, dan sosial. Pemenuhan hal tersebut menjadi tanggung jawab orang tua namun pada kenyataanya semua anak tidak memiliki orang tua yang mampu memenuhi haknya. Dalam kondisi seperti ini, peran dan fungsi orang tua selaku penanggung jawab kesejahteraan anak digantikan oleh PPA. PPA menjadi salah satu altenatif pilihan untuk memberikan pelayanan kesejahteraan bagi anak-anak terlantar (kurang mampu)

Pada tahun 1980 di Desa Durin Jangak tinggallah seorang Bapak yang bernama Dalan Seragih memiliki istri bernama Jadi Ester br Sinuhaji memiliki 6 orang anak, pada saat itu seorang temanya bernama Kancan Sembiring Depari begitu terkejut melihat istrinya Dalan Seragih ini yang badannya sangat kurus, Dalan Seragih menjelaskan bahwa sebelumnya mereka sudah berobat ke seorang dokter dan mengatakan bahwa istrinya ini menginap penyakit Tumor Kandungan dan harus dioperasi. Dalan Seragih dan istrinya beserta Kancan Sembiring kebetulan sama-sama memeluk Agama Kristen Protestan. Kemudian Kancan Sembiring mengajak Dalan


(26)

14 Seragih dan Istrinya Jadi br Sinuhaji untuk sama-sama berdoa kepada Tuhan memohon kesembuhan penyakit dari Istrinya Dalan Seragih yaitu Jadi br Sinuhaji . Esoknya istrinya ini merasa ada penyakit yang hilang dari dalam tubuhnya dan merasa lebih legah dari sebelumnya, setelah di cek dokter, dokter menyatakan bahwa tumor kandungan yang selama ini ada di dalam tubuhnya sudah tidak ada lagi. Sejak saat itu pasangan suami istri ini semakin yakin bahwa dengan berdoa kepada Yang Maha Kuasa dapat menyembuhkan penyakit yang selama ini dideritanya sehingga mereka semakin mendekatkan diri Kepada Yang Maha Kuasa dan menjadi orang yang semakin taat beragama.

Selang beberapa saat kemudian seorang teman Dalan Seragih bermarga Sitanggang yang memiliki seorang anak yang menginap penyakit Epilepsi juga mendengar kesembuhan Ajaib ini. Dalan Seragih berpikir saat itu bahwa kalau istrinya saja yang menginap Tumor bisa sembuh secara Ajaib dengan Berdoa secara sungguh-sungguh, maka anak temannya ini pun pasti bisa sembuh. Maka Dalan Seragih pun mendoakan anak sahabatnya ini, dan selang beberapa waktu kemudian anak sahabatnya ini pun sembuh dan tidak pernah kambuh lagi penyakitnya. Akan hal ini pak Sitanggang sangat berterima kasih Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta kepada pak Dalan Seragih itu. Untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya, pak Sitanggang menghibahkan sebuah tanah yang berukuran 3000 m2 serta uang Rp 200.000 kepada Dalan Seragih untuk selanjutnya menjadi modal Dalan Seragih mengusahakan ternak ayam di tanah yang sekarang ini menjadi lokasi yayasan.

Di tanah yang dihibahkan tersebut juga Dalan Seragih sering berdoa hingga suatu hari dari gerejanya terdahulu Dalan Seragih diutus mengikuti seminar di taman Getsemani di daerah Jawa Timur. Sewaktu mengikuti seminar tersebut malamnya


(27)

15 Dalan Seragih bermimpi bertemu seseorang, yang berpesan bahwa, ditanah yang dihibahkan seluas 3000 m2 tersebut dibangun sebuah pertapakan yang didalamnya terdapat gua-gua untuk orang-orang berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan serta untuk orang-orang yang meminta kesembuhan kepada Yang Maha Kuasa, sama persisi seperti tempat dia berada waktu itu di Taman Getsemani di Jawa Timur. Sepulangnya dari Jawa Timur, Dalan Seragih bertekat akan membangun sesuai amanah lewat mimpinya tersebut. Ia mulai membangun berlahan-lahan gua-gua pertapakan untuk orang-orang berdoa dan mendekatkan diri Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tempat yang sebelunnya adalah kandang ayam diubah menjadi tempat ibadah. Sejak saat itu, lewat mulut-kemulut banyak orang berdatangan untuk berdoa dan beribadah di tempat tersebut. Ada yang hanya sekedar berdoa di gua-gua yang dibangun atau beribadah di gubuk yang dibangun sekedarnya. Umumnya banyak orang berdoa memohon akan suatu penyakit terutama penyakit yang diyakini sebagai kutukan, akibat sihir/ilmu gaib, ataupun penyakit yang tidak diketahui oleh dokter sebabnya, banyak juga yang sekedar datang untuk berdoa karena stress akibat masalah dan tekanan hidup.

Banyak orang yang berdoa di gua-gua merasa tenang dan puas baik karena penyakitnya sembuh atau permasalahan hidupnya selesai, orang-orang tersebut sebagai rasa ucapan terima kasihnya kepada pak Dalan Seragih, mereka banyak memberikan uang kepada beliau.Namun akhirnya pak Dalan Seragih berpikir bahwa sebaiknya uang atau pemberian itu lebih bermamfaat jika digunakan untuk memperbesar pertapakan doa tersebut dengan membangun sebuah yayasan untuk orang-orang yang kurang mampu atau pencahariannya tidak memadai,gangguan jiwa,stress, PPA dan ketergantungan narkoba.Maka atas bantuan dana dari


(28)

orang-16 orang yang berterima kasih tersebut Dalan Seragih mulai membangun yayasan Resmi untuk menaungi sebuah yayasan yang dapat membantu,merawat, dan menyembuhkan orang-orang yang menderita ganguan mental/jiwa, stress, anak-anak serta juga membangun sebuah tempat ibadah diatas tanah yang seluruh kompeks memiliki luas 3000m2.

Pada awal Januari tahun 1983 secara resmi berdirilah sebuah yayasan PPA Bukit Doa taman Getsemani yang menaungi yayasan Bukit Doa untuk menampung anak-anak. Disamping itu juga diresmikanlah sebuah gereja yang masih terdapat di dalam kompleks pertapakan sebagai tempat orang-orang beribadah. Izin resmi tersebut terdaftar di Departemen Agama, departemen kehakiman serta dari dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara.

Gambar 2. Gereja

Hingga saat ini , dipertapakan tersebut selain yayasan PPA Bukit Doa terdapat sebuah gereja, serta gua-gua pertapakan untuk orang-orang yang ingin menyenangkan


(29)

17 diri dan berdoa serta mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Banguna-bangunan untuk yayasan serta banguna gereja dibangun atas bantuan dana para keluarga-keluarga yang sudah dapat merasakan suatu keajaiban,yang merasa pulih kesehatanya setelah berdoa dan dirawat dipertapakan itu.Yayasan, PPA (pusat pengembangan anak) Bukit Doa serta gereja yang terdapat di dalamnya sejak saat itu dikepalai langsung oleh Dalan Seragih hingga akhir hayatnya tahun 1995 dan setelah itu di gantikan oleh anak lelaki tertuanya yang bernama Pdt.Jhony Seragih. Pada perkembangan selanjutnya, tahun 1997, Pdt. Jhony Seragih (anak sulung Almarhum Dalan seragih) yang menjadi kepala yayasan, oleh orang Amerika yang datang berdoa dipertapakan tersebut mengundangnya pula untuk dating berkunjung ke Amerika disana beliau mendapatkan dukungan moril dan materi dari orang-orang Amerika untuk memperluas kompleks pertapakan sehingga sepulangnya dari Amerika, beliau membeli tanah di belakang kompleks pertapakan seluas 7000m2 dan memindahkan bangunan-bangunan kompleks yayasan PPA (pusat pengembangan anak) Bukit Doa untuk mengumpulkan anak-anak yang kurang mampu/miskin.

Perkembangan dalam tahun berikutnya di perluas lagi kebelakang seluas 2000m2 dan kesamping seluas 2000m2. Sehingga sekarang luas keseluruhan kompleks seluas 14000m2, dan yang khusus PPA (pusat pengembangan anak) Bukit Doa luasnya 7000m2. Secara surat keputusan PPA Dukit Doa pusat narkoba Bukit Doa /taman Getsemani disertifikasikan dalam akte no 68 tanggal 30 Juli1992, yayasan Bukit Do ataman Getsemani.Organisasi social no:4676/4793.Dirjen BIMAS (K). Jakarta no F/Kep/H.00.5/95/2983/2001.


(30)

18 2.2. Jumlah Banyaknya Anak-anak PPA di Yayasan Bukit Doa

Jumlah anak-anak PPA di Yayasan Bukit Doa tahun 2007-2008 adalah 40 orang. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 1 berkut.

Tabel 1. Jumlah Anak-Anak PPA Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 10 Orang

2 Perempuan 30 Orang

Jumlah 40 Orang

Sumber: Data Kantor Yayasan Bukit Doa, 2008

Berdasarkan Tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa mayoritas anak-anak PPA berjenis kelamin perempuan.

Tabel 2. Jumlah Anak-Anak PPA berdasarkan Usia

NO Jenjang Usia Jumlah

1 4 – 6 Tahun 15 Orang

2 5 – 12 Tahun 25 Orang

Jumlah 40 Orang

Sumber: Data Kantor Yayasan Bukit Doa, Mei 2008

Berdasarkan tambel diatas dapat disimpulkan bahwa rentang umur skitar 5-12 tahun lebih banyak dari pada umur 4-6 tahun.


(31)

19 Tabel 3. Jumlah Anak-Anak PPA Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2008-2009

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 25 Orang

2 Perempuan 40 Orang

Jumlah 65 Orang

Sumber: Kantor Yayasan Bukit Doa, 2008-2009

Berdasarkan table diatas jumlah anak perempuan di PPA lebih banyak dari pada anak laki-laki.

Tabel 4. Jumlah Anak Berdasarkan Rentang Usia 2008-2009

No Rentang Usia Jumlah

1 4 – 5 Tahun 20 Orang

2 5 – 12 Tahun 45 Orang

Jumlah 65 Orang

Sumber: Kantor Yayasan Bukit Doa Tabel 5. Jumlah Anak PPA 2009-2010

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 45 Orang

2 Perempuan 55 Orang

Jumlah 100 Orang

Sumber: Kantor Yayasan Bukit Doa

Tabel 6. Data Anak Berdasarkan Usia 2009-2010

No Rentang Usia Jumlah


(32)

20

2 5 - 12 Tahun 80 Orang

Jumlah 100 Orang

Sumber: Kantor Yayasan Bukit Doa

Tabel 7. Data Jumlah Anak-anak PPA Tahun 2010-2011

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 60 Orang

2 Perempuan 60 Orang

Jumlah 120 Orang

Sumber: Kantor Yayasan Bukit Doa.

Tabel 8. Data Berdasarkan Usia Tahun 2010- 2011

No Rentang Usia Jumlah

1 4 – 5 Tahun 15 Orang

2 5 – 12 Tahun 65 Orang

3 12 – 15 Tahun 40 Orang

Jumlah 120 Orang

Sumber: Kantor Yayasan Bukit Doa

Tabel 9. Data Jumlah Anak-anak PPA Tahun 2011-2012

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 80 Orang

2 Perempuan 80 Orang

Jumlah 160 Orang


(33)

21 Tabel 10. Data Rentang Usia Tahun 2011-2012

No Rentang Usia Jumlah

1 4 – 5 Tahun 20 Orang

2 5 – 12 Tahun 80 Orang

3 12 – 15 Tahun 60 Orang

Jumlah 160 Orang

Sumber: Kantor Yayasan Bukit Doa

Tahun 2013 tercatat jumlah anak-anak PPA di Yayasan Bukit Doa sebanyak 200 orang. Tabel 11. Data anak-anak PPA berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin Jumlah

1 Laki-laki 85 orang

2 Perempuan 115 orang

Jumlah 200 Orang

Sumber : Data Kantor PPA Yayasan Bukit Doa, 2013

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa mayoritas anak-anak berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan anak-anak berjenis kelamin laki-laki, seluruh anak-anak tersebut terdiri dari jenjang usia yang berbeda-beda, di kelompokkan seperti tabel III dibawah ini.

Tabel 12. Data Anak-anak Jenjang Usia

No Jenjang Usia Jumlah 1 4-5 Tahun 15 Orang 2 5-12 Tahun 95 Orang


(34)

22 Sumber : Statistik PPA Yayasan Bukit Doa Medan,Maret, 2013

Berdasarkan data pada tabel III di atas, mayoritas usia anak-anak PPA di yayasan Bukit Doa yaitu berkisar antara umur 5-12 tahun dan usia 12-15 tahun.Dari hal tersebut bisa dikatakan bahwa anak-anak yang berusia dini (15 tahun ke bawah) adalah anak-anak yang berada pada fase sangat membutuhkan seorang yang mampu mendidik dan memberi pengarahan .ketika mereka kurang mendapatkan yang selayaknya mereka dapat pada keluarga inti (akibat kurang mampu/miskin) mereka adalah anak-anak yang menjadi prioritas untuk menjadi anggota PPA(pusat pengembangan anak) di Yayasan Bukit Doa Medan.

Gambar 3. Kantor Yayasan PPA Bukit Doa

3 12-15 Tahun 90 Orang


(35)

23 Anak-anak PPA di Yayasan Bukit Doa terdiri dari beranekaragam etnis dan budaya seperti data pada tabel IV dibawah ini

Tabel 13. Data Anak PPA Berdasarkan Etnik No Etnik Jumlah 1 Batak Toba 50 Orang 2 Batak Karo 90 Orang 3 Phakpak 40 Orang

4 Plores 10 Orang

5 Nias 10 Orang Total 200 Orang

Sumber Data:Kantor PPA Yayasan Bukit Doa, 2013 Tabel 14. Data anak Berdasarkan Agama

Sumber: Data Kantor PPA Yayasan Bukit Doa, 2013

Berdasarkan data diatas, tidak semua anak-anak yang ada di PPA Yayasan Bukit Doa beragama Kristen Protestan, tetapi ada juga yang beragama Katolik (30 orang).Anak-anak yang beragama Kristen Protestan juga masing-masing berasal dari aliran yang berbeda.Walau demikian, dalam pelaksanaan pelayanan dan pembinaannya setiap pertemuan anak-anak tetap dibimbing dan diajari agar taat

Agama Jumlah Kristen protestan 170 Orang Kristen Katolik 30 Orang


(36)

24 mengikuti ritual Ibadah yang diadakan oleh Yayasan Bukit Doa. Seperti wawancara penulis dengan Koordinator Yayasan Bapak Pdt.Andreass Pandia:

“Untuk anak-anak beserta keluarganya yang sama-sama beragama Kristen tetapi berbeda aliran, tidak pernah memaksa anak-anak tersebut untuk pindah aliran .Namun sesuai dengan kepercayaan disini, sehari-hari atau setiap pertemuan anak-anak tetap dibimbing agar taat mengikuti ritual ibadah yang diadakan oleh Yayasan PPA Bukit Doa”.

Gambar 4. Anak-anak PPA

2.3. Lokasi PPA (Pusat Pengembangan Anak) Yayasan Bukit Doa

PPA (Pusat pengembangan anak) terletak di Jl.Tuntungan Golf, No:120, Dusun 3, Desa Durin Jangak , Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang. Berjarak sekitar 0,3 Km dari kantor Kecamatan Pancur Batu dan berjarak 18 Km dari kota


(37)

25 madya Medan. Luas keseluruhan Kompleks sekitar 14000m2 dan khusus untuk Bukit Doa luasnya 7000m2 yang terletak dan disudut paling belakang dari kompleks Yayasan dengan batas-batas sebagai berikut:

 Sebelah utara berbatasan dengan jalan raya lapangan Golf Tuntungan yang tepat diseberangnya terdapat usaha perladangan rumput swisss dan rumpit jepang, yaitu mitra taman rumput.

 Sebelah Timur berbatasan dengan perladangan masyarakat  Sebelah Selatan berbatasan dengan perladangan masyarakat

 Sebelah Barat juga berbatasan dengan perladangan masyarakat milik pak Ahmad Zunaidi

2.4 Komposisi Bangunan, Sarana dan Prasarana

Luas keseluruhan kompleks yayasan Bukit Doa/taman Getsemany seluas 14000m2, terdiri dari tiga kompleks, yaitu kompleks depan (7000m2), kompleks tengah (4000m2), dan kompleks belakang(300m2). Kompleks depan untuk bangunan –bangunan rumah kepala yayasan, gereja, asrama , kantor dan lain-lain, sedangkan kompleks tengah dan kompleks belakang khusus untuk kepentingan anak-anak PPA, rehabilitasi, PPIA (pusat pengembangan ibu dan anak) tempat merawat pasien penderita gangguan jiwa, stres, dan ketergantungan narkoba.

Kompleks depan terletak paling depan diantara kompleks lainya dengan gerbang utama berbatasan langsung dengan jalan raya, sedangkan kompleks tengah lokasinya di belakang komplerks depan sehingga untuk memasukinya harus melewati kompleks depan dengan batas gerbang tinggi. Kompleks belakang lokasinya berada dipaling belakang tepat dibelakang kompleks tengah dan jalan masuknya harus melalui kompleks tengah. Yayasan Bukit Doa PPA masuknya harus melalui kompleks


(38)

26 tengah dan kompleks belakang, lokasinya terisolasi yang dikelilingi oleh tembok-tembok tinggi dan hanya terdapat satu (1) gerbang pintu masuk. Secara terperinci bangunan-bangunan yang terdapat diseluruh kompleks yaitu:

1.Kompleks depan seluas 7000m2 terdiri dari 8 unit bangunan yaitu:

• 1 unit ruko kecil yang disewakan kepada orang lain yang terletak paling depan dekat gerbang pintu masuk kompleks

• 1 unit rumah milik ketua yayasan

• 1 unit yayasan asrama tempat tinggal para staf yayasan • 1unit kantor yayasan Bukit Doa taman Getsemany

• 1unit kantor pusat pengembangan ibu dan anak(PPIA) di yayasan Bukit Doa

• 1unit tempat ibadah /gereja

• 1 unit taman kanak-kanak atau (TK) dan pusat pengembangan anak(PPA) milik yayasan

• 1 unit WC

• Serta 6 unit gua-gua yang di bangun untuk orang-orang berdoa ditempat ini.


(39)

27 Gambar 5: Bermain Prosotan

Gambar 6. Bermain Ayunan

2.Kompleks tengah khusus untuk lokasi kepentingan anak-anak PPA(Pusat pengembangan Anak) dengan luas 4000m2 yang terdiri dari:


(40)

28 • 1 unit Aula, yang berfunsi sebagai tempat untuk mengumpulkan seluruh

anak-ana sebagai tempat untuk makan para anak-anak.

• 1 Unit Klinik Kesehatan, yang berfungsi sebagai tempat memeriksa kesehatan

Gambar 7. Obat/Vitamin (pemberian dari salah seorang pemilik Klinik oleh ibu Via Sinaga.

PPIA (pusat pengembangan ibu dan anak),anak-anak PPA(pusat pengembangan anak). Perawat yang khusus didatangkan dari rumah sakit Adam Malik. Kota Medan yang memeriksa para ibu-ibu dan anak-anak dan ini biasanya dua atau tiga kali sekali.

• 1 Unit Dapur Umum, sebagai tempat memasak makanan untuk semua anak-anak,yang lokasinya tepat di belakang Aula


(41)

29 • 1 Unit Rumah Koordinator PPA(pusat pengembangan anak) yayasan

Bukit Doa

• 3 Unit Kamar tempat tinggal para staff yayasan • 1 Unit WC Umum tepat disamping dapur umum

Gambar 8. Ibu Nani Silaban/ Tukang Masak

2.5 Struktur Organisasi PPA Yayasan Bukit Doa

Keseluruhan petugas PPA (pusat pengembangan anak ) yang berjumlah 11 orang dengan masing-masing tugas dan tanggung jawabnya. Keseluruhan petugas baik mulai dari pimpinan sehinnga staff tidak ada yang memiliki latar belakang pendidikan gelar Spd. Setiap dua tiga bulan sekali perawat Rumah Sakit dari Adam Malik Medan serta tenaga-tenaga datang bergantian dari Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara. Data para Staff dan Pimpinan PPA (pusat pengembangan anak) Yayasan Bukit Doa secara terperinci dapat dilihat seperti tabel dibawah ini


(42)

30 Tabel 14. Data petugas PPA(pusat pengembangan anak) Yayasan Bukit Doa

No NAMA JENIS

KELAMIN

PENDIDIKAN JABATAN

1 Pdt.Jhony Seragih, S.Th

Laki-laki Sarjana Teologi Pemimpin Yayasan

2 Herlina purba Perempuan SMU Koodinator

3 Elisa Seragih, SE

Perempuan Sarjana Ekonomi Bendahara

4 Santa Karo

Sekali

Perempuan SLTP Ketua Ibadah dan

Bag.Dapur 5 Erlina

Situmeang

Perempuan SLTP Wakil ketua Ibadah / dan Bag.Dapur 6 P.Rehulina

br.Tarigan

Perempuan SMU Ketua keamanan

Wanita 7 Njelasi

Gurusinga

Laki-laki SMU Ketua keamana

Pria

8 Very Hulu Laki-laki SMU Ketua kebersihan

dan Pembangunan

9 Pita Ria

br.Sipayung

Perempuan SLTP Ketua Bag.Pakaian

10 Jadi Ester br.Sinuhaji

Perempuan SLTP Ketua Bag.Ibadah


(43)

31 Sumber :Data Kantor PPA Yayasan Bukit Doa, 2013

Struktur Organisasi petugas PPA Yayasan Bukit Doa seperti gambar bagan dibawah ini

Struktur Organisasi PPA Yayasan Bukit Doa

2.6 Pembagian Tugas Para Staff Yayasan 1. Tugas Pimpinan Yayasan

11 T.Lina br.Sinuhaji

Perempuan SMU Wakil Ketua

Bag.Ibadah dan Doa Ketua ibadah / ketua dapur Ketua keaman Ketua keamanan wanita Ketua kebersihan dan pembangunan Ketua Bag. Pakaia Ketua Bag. Doa Wakil Ketua Ibadah / Ketua Wakil Ketua Bag. Doa Bendahara Pimpinan Yayasan Koordinator


(44)

32 • Membuat dan memutuskan kebijakan-kebijakan, peraturan-peraturan, serta

norma-norma yang berlaku di yayasan.

• Membimbing , mengarahkan, serta mengendalikan struktur organisasi atau para Staff dibawahnya

• Mengelola dan mengontrol kegiatan-kegiatan yang di lakukan terhadap anak-anak PPA

• Membangun hubungan dan koordinasi dengan pemerintah khususnya Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara ,Departemen Agama, Departemen Kehakiman. Mempromosikan yayasan ini kepada masyarakat serta membangun hubungan yang baik dengan keluarga klien atau yang bersangkutan

2. Tugas Koordinator

• Mengkoordinir smua para staff dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing

• Membangun hubungan yang akrab dengan keluarga anak-anak yang ada di Yayasan Bukit Doa

• Mengkoordinir seluruh kegiatan pelayanan dan pengarahan yang akan dilakukan terhadap anak-anak PPA

• Mengkoordinir setiap kegiatan Ibadah dan Doa bersama anak-anak. • Mengkoordinir perkembangan anak-anak PPA

3.Tugas Bendahara /merangkap sebagai Sekretaris Yayasan


(45)

33 • Mengatur urusan keuangan PPA Yayasan Bukit Doa

• Mengatur perlengkapan PPA Yayasan Bukit Doa

• Membuat, mengatur dan menyimpan urusan data dan arsip PPA Bukit Doa

4. Tugas Ketua Bagian Ibadah merangkap Bagian dapur beserta Wakilnya

• Membuat Jadwal bertugas untuk petugas-petugas yang bertanggung jawab memimpin Ibadah dan Doa setiap bersama anak-anak

• Membuat jadwal bertugas untuk petugas-petugas yang bertanggung jawab memimpin Ibadah dan Doa setiap hari jumat bersama-sama keluarga anak-anak Ibadah Puasa setiap hari Rabu seminggu sekali

• Mempersiapkan semua perlengkapan Ibadah

• Mengkoordinir kegiatan dapur seperti mengurus belanja harian, memasak makanan untuk seluruh anak-anak dan seluruh staff.

Pusat pengembangan anak(PPA) Yayasan Bukit Doa mengadakan kegiatan ibadah dan doa setiap hari kepada anak-anak pagi dan malam hari. Ditambah lagi kegiatan ibadah dan doa khusus pada hari jumat bersama keluarga anak-anak. Dalam kegiatan ini yang bertugas mempersiapkannya adalah ketua bagian urusan ibadah, merangkap urusan dapur beserta wakilnya.

5.Tugas ketua keamanan Pria

• Menjaga keamanan dan ketertiban anak-anak pria, dalam hal ini termasuk menjaga para anak-anak.


(46)

34 6. Tugas ketua keamanan Wanita

• Menjaga keamanan dan ketertiban anak-anak,dalam hal ini termasuk menjaga para anak-anak.

7. Tugas ketua kebersihan dan pembangunan

• Memperhatikan kebersihan diri anak-anak seperti, mandi, kerapian rambut, kuku anak-anak

• Memperhatikan kebersihan lingkungan asrama

• Memperhatikan kelayakan-kelayakan fisik bangunan-bangunan yayasan seperti tempat belajar anak-anak, kamar mandi, aula dan lapangan di lingkungan yayasan

8. Tugas ketua bagian pakaian

• Mempersiapkan kebutuhan sandang anak-anak setiap hari , dalam hal ini termasuk di dalamnya memperhatikan pakaian anak-anak, dan memperhatikan kedisiplinan pemakian anak-anak

9.Tugas ketua bagian Doa dan Ibadah beserta wakilnya

• Mengarahkan para staff untuk melakukan doa dan ibadah bersama dua kali dalam seminggu setiap hari rabu dan jumat

• Mengarahkan para keluarga anak-anak untuk rutin mengikuti Doa dan Ibadah setiap hari jumat bersama-sama dengan anak agar para keluarga anak-anak juga taat mengikuti peraturan-peraturan

• Mengarahkan dan membimbing anak-anak agar disiplin melakukan kegiatan Doa, Ibadah, dan belanja


(47)

35 BAB III

PPA BUKIT DOA SEBAGAI WUJUD KELUARGA

3.1. Penerapan Peraturan dan Disiplin di PPA Bukit Doa

Ada berbagai macam penerapan peraturan dan disiplin yang berlaku terhadap anak-anak PPA (pusat pengembangan Anak) di Yayasan Bukit Doa. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan koordinator dan para staff pengajar anak-anak, ada dua macam peraturan dan disiplin yang berlaku dan disahkan oleh Yayasan bagi anak-anak PPA, yang pertama adalah peraturan umum di lingkungan Yayasan Bukit Doa dan yang kedua adalah disiplin di dalam yayasan secara pribadi berlaku disetiap rumah atau keluarga. Peraturan umum di lingkungan yayasan berlaku bagi seluruh anak-anak PPA di Bukit Doa, Sedangkan disiplin di dalam rumah berlaku pada masing-masing keluarga.

Biasanya ketika seorang anak ketika pertama sekali masuk atau terdaftar menjadi anggota PPA yayasan Bukit Doa, Koordinator dan staff pengajar akan mensosialisasikan peraturan yang berlaku umum di yayasan Bukit Doa. Sedangkan disiplin di dalam rumah, yang mensosialisasikan atau menerapkannya adalah ibu, bapak dan semua keluarganya sendiri.

3.2. Penerapan Peraturan Umum

Umumnya jika anak-anak PPA ketika pertama sekali masuk atau terdaftar menjadi anggota PPA Bukit Doa masih berusia dibawah lima tahun, koordinator dan staff pengajar tidak melakukan sosialisasi peraturan terhadap anak akan tetapi


(48)

36 langsung mengantar keruangan belajar dan menyerahkan kepada staff pengajar yang dipilih untuk membimbing dan memberikan arahan. Sedangkan jika anak tersebut sudah mulai beranjak dewasa atupun sudah mengerti mengenai peraturan (usia anak SD Kelas 1 ke atas) maka akan di lakukan Sosialisasi. Kutipan wawancara penulis dengan koordinator yang bernama Herlina Purba, usia 36 tahun:

“Kami seluruh staff pengajar tidak akan melakukan sosialisasi pada Anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun, karena kami merasa masa Anak-anak belum tahu tentang sosialisasi dan paling diutamakan untuk Menjadi anggota PPA adalah yang dinyatakan kurang mampu (miskin) dan kami akan melihat langsung bersama pihak yayasan di mana orang tua anak-anak PPA tinggal, apa pekerjaannya, dan berapa pendapatan nya. Harus ada KTP/ KK dan berkeluarga nasrani (Kristen).”

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan para Pembina dan staff pengajar , adapun peraturan-peraturan tersebut yang berlaku secara umum untuk anak-anak dan keluarga yang bersangkutan adalah:

• Untuk masuk menjadi anggota PPA dinyatakan kurang mampu (miskin) dan ini dilihat lasung oleh pihak yayasan dimana orang tua tersebut bertempat tinggal, apa pekerjaannya dan berapa pendapatanya, meminta Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK).

• Berkeyakinan Nasrani (Kristen)

• Pada saat anak-anak masuk di dalam yayasan, hanya boleh bermain di dalam lingkungan yayasan saja dan tidak boleh bermain di luar yayasan (pertemuan hanya tiga kali dalam satu minggu, yaitu Senin, Kamis dan Jumat kemudian kembali kerumah masing-masing dan begitu seterusnya).

• Antar sesama anak PPA dilarang berpacaran/memiliki hubungan khusus, karena harus bisa dijadikan bagaikan satu keluarga.


(49)

37 • Anak-anak PPA tidak boleh mengkonsumsi rokok, narkoba, dan minuman

keras.

• Anak-anak PPA harus menjaga kebersihan lingkungan yayasan. Kebersihan lingkungan 1kali dalam setiap pertemuan yaitu sore sesudah selesai proses belajar-mengajar.

• Anak tidak datang berturut-turut dua bulan wajib dikelurkan

• Pada setiap tahunnya pihak yayasan melihat perkembangan perekonomian keluarga anak-anak tersebut, dan apabila keluraga tersebut sudah baik (sudah mapan anak tersebut akan dikelurkan.)

• Harus saling mengasihi dan jangan ada musuh (berkelahi)

• Anak-anak pulang jam 17.00 WIB dan ini tidak lagi tanggung jawab yayasan. Peraturan-peraturan tersebut berlaku bagi seluruh anak-anak yayasan dan telah ditetapkan oleh pihak yayasan. Pada umumnya anak-anak PPA mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku secara umum tersebut.

3.3. Konsekuensi dari Pelanggara Peraturan Umum

Jika seorang anak kedapatan melanggar salah satu dari peraturan umum tersebut, Pembina dan staff pengajar memberi hukum ringan kepada anak PPA yang bersangkutan, Pembina dan staff pengajar akan memberikan nasehat dengan melakukan pendekatan agar si anak bisa mengerti dan tidak mengulangi perbuatan tersebut. Seperti kutipan wawancara penulis dengan coordinator PPA yang bernama Herlina purba, usia 36 tahun:

“kemarin pernah ada anak laki-laki yang duduk di kelas 4 SD berkelahi dengan anak perempuan yang duduk di kelas 6 SD. Awalnya sianak laki-laki diingatkan oleh misnya karena ribut di dalam ruangan pada saat belajar, trus sianak perempuan mengatakan ia mis sering


(50)

38 dia rebut di dalam ruangan, sianak laki-laki tadi langsung marah dan menjambak ramput si pempuan tadi dan anak perempuan itu menagis menjerit, kemudian misnya menarik si laki-laki dan membawanya ke kantor koordinator. Koordinator memanggil anak perempuan itu agar di berikan arahan dan nasehat apa yang selalu diajarkan di dalam yayasan ini, dan bersalaman untuk saling bermaafan dan tidak mengulanginya lagi, dan yang menjadi hukuman ringan untuk anak laki-laki itu tidak dikasih jatah pada hari kejadian tersebut, karena pada setiap pertemua selalu ada jatah masing-masing anak dan ini selalu beseling seperti, makan, susu, roti, buah dan lain-lain dan tidak ada main tangan atau memukul”.

Anak-anak PPA Bukit Doa tidak pernah mendapatkan suatu bentuk ancaman dan hukuman berat apabila melanggar peraturan-peraturan yang berlaku. Konsekuensi bagi anak-anak PPA yang melanggar peraturan yang umum tersebut adalah bukan dalam bentuk hukuman (berat), melainkan dalam bentuk teguran, nasehat dan diberi pengertian. Pada dasarnya anak-anak PPA Bukit Doa adalah anak-anak yang patuh dan taat terhadap segala peraturan dan disiplin yang berlaku.


(51)

39 Walaupun begitu, pernah juga terjadi kasus dimana seorang anak PPA lebih memilih keluar dari anggota (lingkungan) PPA Bukit Doa ketimbang memenuhi peraturan-peraturan tersebut. Seperti kutipan wawancara penulis dengan koordinator yayasan yang bernama Herlina Purba,usia 36 tahun:

“Pernah sekali kemarin ada anak PPA yang melanggar peraturan kita karena dia sering rebut dan berkelahi sama temannya. Awalnya ibunya dan para staff pengajar (mis) menasehatinya, namun anak tersebut kembali melanggar aturan saling mengasihi dan tidak ada permusuhan (perkelahian) tadi sehingga kami memberikannya skoring. Karena kebetulan orang tuanya masih hidup dan berdekatan dengan yayasan juga, maka kami menskorsing anak itu dengan mengatakan kepada orangtuanya tersebut. Kami memberikan pilihan selama masa skorsing itu, jika si anak mau berkomitmen mematuhi peraturan maka si anak boleh kembali lagi masuk menjadi anggota PPA Bukit Doa , kapan saja anak itu datang kami tetap menerima. Tetapi sampai hari ini si anak tersebut tidak juga mau kembali, kami tidak pernah memaksa anak untuk kembali, semua itu terserah kemauan dan kebebasan anak untuk memilih kembali kesini atau tidak. Jika si anak merupakan anak yatim piatau, kami juga tidak mungkin menskorsing, jadi pemberian sebuah hukuman tersebut itu tergantung kondisi anak da kebijaksanaan yayasan kepada tiap-tiap anak.” Selain wawancara dengan koordinator, penulis juga mewawancara anak-anak PPA mengenai pelanggaran peraturan, yaitu Jenny Manurung, usia 10 tahun:

“Saya pernah todak sengaja merusakkan kursi anak TK. Awalnya saya Bertengkar denagn kkawan saya karena kursi, sehingga saya melempa- rkan kursi tersebut ke tembok dan akhirnya rusak. Saya dipanggil mis ke ruangan koordinator. Saya dinasehati dan diberi hukuman tidak da- pat jatah makan pada hari ini dan harus meminta maaf kepada teman saya yang bertengkar tadi dan kepada anak-anak TK karena kursinya rusak saya buat, dan keesokan harinya kembali seperti biasa.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, konsekuensi dari pelanggaran umum tersebut awalnya hanya diberi peringatan, nasehat dan teguran untuk tidak mengulangi kembali perbuatannya. Namun jika pelanggaran tetap terjadi, maka akan diberikan skorsing dimana skorsing pada seorang anak tergantung keadaan dan kondisi si anak dan juga tergantung kebijaksanaan yayasan.


(52)

40 3.4. Penerapan Disiplin di Dalam Yayasan

Disiplin didalam yayasan di buat oleh koordinator dan para staff pengajar (mis)dan berlaku hanya pada masing-masing berada dalam yayasan. Pada dasarnya disiplin di dalam yayasan tersebut bukanlah dalam bentuk suatu butir-butir peraturan, maelainkan dalam bentuk suatu disiplin dalam menjalankan jadwal rutin bagi anak-anak PPA.

Disiplin di dalam yayasan biasa pada umumnya sering juga dilakukan dalam kegiatan sehari-hari (tiap pertemuan) di masing-masing rumah (keluarga). Umumnya kegiatan setiap pertemuan tersebut pada umumnya hampir sama ditiap rumah (kelurga). Kegiatan sehari-hari (tiap pertemuan) ditentukan oleh pihak yayasan atau Pembina. Berdasarkan hasil wawancara penulis terhadap para staff pengajar, koordinator yang selalu dilakukan setiap pertemuan di Yayasan Bukit Doa adalah sebagai berikut:

Tabel V. Kegiatan-kegiatan anak-anak setiap pertemuan di Yayasan Bukit Doa

No Jenis kegiatan

1 Datang (hadir tepat waktu). Jumlah anak-anak PPA yang sekarang ini sebanyak 200 orang yang mana anak TK berjumlah 15 orang, SD berjumlah 95 orang dan staff pengajar berjumlah 95 orang. Anak-anak PPA memiliki disiplin yang baik dan tidak pernah terlambat.

2 Dapat kado atau hadiah pada saat ulang tahun. Pada wal tahun 2013 hingga bulan April 2013, anak-anak PPA yang menerima kado ulang tahun sebanyak 4 orang yang dirayakan secara bersama-sama.


(53)

41 3 Makan siang jam 13.00 atau 13.30,dan sebelum makan berdoa. Pada saat

makan siang anak-anak tidak ada yang terlambat dan ikut semua, kecuali yang tidak hadir dan yang melanggar peraturan, dan anak-anak PPA tidak pernah kurang dari 190 orang untuk makan siang.

4 Anak-anak yang usianya 3 sampai 5 tahun masuk pada jam 11.30 sampai 13.30. Anak-anak PPA yang duduk di TK yang berjumlah 15 orang mengikuti kegiatan PPA secara keseluruhan

5 Sebelum melakukan kegiatan(masuk dalam ruangan), anak-anak Berdoa dulu. Selama mengikuti kegiatan PPA, anak-anak hadir semua. Kegiatan rutin yang dilakukan dari hari Senen, Kamis dan Jumat.

6 Anak-anak yang usianya 5 sampai 15 tahun, masuk jam 13.30-17.00. anak-anak PPA yang sedang duduk di bangku SD dan staff engajar berjumlah 185 orang dan yang hadir pada tanggal 19 April sebanyak 170 orang, dan tidak hadir sebanyak 15 orang dengan alas an menjelang ujian nasional (UN) Sumber: Wawancara dengan Staff pengajar (mis),2013

Pembuatan peraturan dalam yayasan melibatkan anak-anak PPA dengan cara mendiskusikannya. Seperti kutipan wawancara dengan koordinator yayasan yang bernama Erlina Situmeang,usia 44 tahun:

“Jadwal kegiatan sehari-hari atau setiap pertemuan didalam yayasan, dalam pembuatannya biasanya ibu wakil ketua ibadah akan mendiskusikan terlebih dahulu dengan anak-anak yang sudah agak dewasa.”

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis, disiplin di dalam yayasan atau juga disebut jadwal kegiatan sehari-hari atau setiap pertemuan, penerapannya bersifat tidak kaku atau janggal. Maksudnya setiap anak-anak PPA di dalam yayasan


(54)

42 tidaklah terlihat kaku menjalani kegiatan-kegiatan tersebut. Anak-anak PPA terlihat bersikap sangat fleksibel ketika di dalam yayasan seperti layaknya anak kandung dengan orangtuanya, anak-anak merasa bebas dan tidak ada perasaan tertekan, segan dan sangat takut terhadap staff pengajar dan para pegawai lainnya, seperti ibarat siswa lebih takut dengan walinya.

3.5.Interaksi di dalam Yayasan Bukit Doa

Interaksi mis dengan anak-anak PPA sangat dekat seperti hubungan kakak dengan adik. Yang mana anak-anak PPA tidak terlalu takut dan tertekan dalam mengeluarkan pendapat. Seperti wawancara penulis dengan mis Tety Sembiring, usia 32 tahun:

“ada anak kami yang bernama Tina Tarigan usia 10 tahun yang berani dan terbuka pada saat proses belajar berlangsung dimana pada saat saya salah menerangkan dan saya rasa ungkapan itu baik dan saya tidak marah karena manusia itu tidak selalu benar”.

Proses sosialisasi berhubungan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses sosialisasi seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam berinteraksi dengan segala macam individu di sekelilingnya yang menduduki beraneka macam prana sosial yang mungkin ada dalam kehidupansehari-hari (Koentjaraningrat, 1980:221-222).

Anak akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain, anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain. Untuk itu anak sangat penting untuk berinteraksi dengan orang disekitarnya.


(55)

43 Interaksi dalam tulisan ini yaitu berhubungan dengan unsur-unsur yang terdapat di yayasan Bukit Doa meliputi antara staff pegawai (pengajar) dengan anak PPA antara sesama anak PPA, antar anak PPA dengan orang tuanya, anak PPA dengan bapak asuh masing-masing, dan anak PPA dengan lingkungan di luar yayasan. Dalam proses interaksi dengan anak PPA pastinya menggunakan bahasa. Karena bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Namun dalam hal ini ada kendala yang dirasakan oleh staff pengajar (pegawai) pada saat berinteraksi dengan anak PPA yang tidak bisa berbahasa Indonesia, seperti kutipan wawancara dengan ibu T. Lina br Sinuhaji ibu wakil ketua bagian ibadah dan doa yang bernama T. Lina br Sinuhaji, 32 tahun:

“Ada anak saya dari Ambon, pertama kali masuk atau terdaftar menjadi anak PPA, saya sangat sulit kali berbicara sama dia. Mau menyuruh makan pun saya harus pakai bahasa tubuh. Awalnya dia juga minder dengan kawan-kawannya yang pada umumnya yang satu ruangan, karena terus saya ajari dia bahasa Indonesia dan mendengar teman-temannya jadinya sekarang dia bisa berbahasa Indonesia” Menurut Von Tetzchner dan Siegel (Ayuningsing 2010:46) perkembangan pemahaman bahasa pada anak bukan saja dipengaruhi oleh kondisi biologis anak, tetapi lingkungan bahasa di sekitar anak sejak usia dini jauh lebih penting dibandingkan dengan apa yang di perkirakan di masa lalu. Meskipun awalnya terkendala oleh bahasa, namun sraff pengajar (mis) tetap bisa berinteraksi dengan muridnya melalui bahasa tubuh atau bahasa isyarat kemudian dia dapat berbahasa Indonesia dengan baik.

Kerangka Teori Tindakan Talcott Parsons (Koentjaraningrat, 1980:228) di dalamnya terkandung, tajam antara empat komponen budaya yaitu:1. Sistem budaya, 2.sistem sosial, 3. sistem kepribadian, 4.sistem organisme.


(56)

44 Sistem budaya merupakan komponen yang abstrak dari kebudayaan yang terdiri dari pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, konsep-konsep, tema-tema berpikir dan keyakinan-keyakinan. Sistem sosial terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia atau tindakan-tindakan dan tingkah laku berinteraksi antar individu dalam rangka kehidupan masyarakat. Sebagai rangkaian tindakan berpola yang berkaitan satu dengan yang lain, sistem sosial itu bersifat kongkret dan nyata dari pada sistem budaya, dalam arti bahwa tindakan manusia itu dapat dilihat dan diobservasi. Interaksi manusia itu di satu pihak ditata dan diatur oleh sistem budaya, tetapi dipihak lain dibudayakan menjadi pranata-pranata oleh nilai-nilai dan norma-norma tersebut (Koentjaraningrat, 1980 : 228)

Sistem kepribadian yaitu mengenai soal isi jiwa dan watak individu yang berinteraksi sebagai warga masyarakat. Kepribadian individu dalam suatu masyarakat, walaupun berbeda-beda satu dengan yang lain namun juga distimulasi dan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma dalam sistem budaya dan oleh pola-pola bertindak dalam sistem sosial yang telah di internalisasinya melalui proses sosialisasi dan proses pembudayaan selama hidupnya sejak masa kecinya, sistem organik yaitu melengkapi seluruh kerangka dengan mengikutsertakan kedalamnya proses biologis serta proses biokimia dalam organisme manusia sebagai suatu jenis mahluk alamia yang apabila dipikirkan lebih mendalam, juga ikut menentukan kepribadian individu, pola-pola tindakan manusia dan bahkan juga gagasan-gagasan yang dicetuskannya (Koentjaraningrat, 1980:228)

3.6. Interaksi Guru (mis) dengan Anak-Anak

Setiap ruangan atau pertemuan, akan selalu ada guru (mis) yang mana disini guru (mis) adalah orang yang berperan sebagai pengajar atau wakil orang tua mereka yang


(57)

45 menjalankan kegiatan sebagaimana perilaku ibu dengan anak secara rutin, membangun hubungan yang mesra dengan setiap anak yang dipercayakan kepadanya, memberikan rasa aman, kasih saying dan keseimbangan yang di perlukan oeh setiap anak.

Gambar 10. Ulang Tahun

Oleh sebab itu, hubungan antara pengajar (mis) dengan anak-anak PPA harus bisa seperti hubungan antara orangtua dengan anak. Mereka harus saling berintegrasi dengan proses waktu hingga pengajar (mis) dengan anak-anak PPA bisa saling memahami, saling menagasihi dan saling membantu, hubungan antara pengajar (mis) dengan anak-anak PPA sangat baik, karena mereka saling berinteraksi setiap kali pertemuan PPA, yakni Senin, Kamis, Jumat, kecuali hari Selasa, Rabu dan Sabtu, karena pada hari itu, anak-anak PPA les diluar yayasan seperti les musik, futsal,


(58)

46 bahasa inggris, Komputer dan lain-lain. Lalu seperti kebiasaan setiap pertemuan sebelum masuk keruangan masing-masing dan memulai aktivitas-aktivitas pengajar (mis) tidak lupa menyuruh anak-anaknya untuk berdoa bersama. Seperti kutipan wawancara penulis berikut dengan Ibu ketua bagian Ibadah dan Doa yang bernama Jadi Ester.Sinuhaji , usia 28 tahun :

“Setiap pertemuan pada jam setengah dua yang khususnya pada hari Jumat saya selalu mengingatkan anak-anak berdoa bersama dengan dipimpin oleh seorang anak diantara mereka secara bergantian. Setelah itu anak-anak bergotong royong (kecuali yang kecil ini, karena tidak harus seperti kakak dan abang-abangnya) saya sebagai ketua bagian Ibadah dan Doa selalu mempersiapkan teks (renungan Ibadah dan Doa) untuk anak.”

Lalu masing-masing anak bergotong royong membersihkan semua sekeliling yayasan, dan membersihkan semua ruangan (kelas) kecuali yang masih balita. Sementara itu ibu ketua Ibadah dan Doa mempersiapkan renungan untuk hari berikutnya. Lalu saat anak-anak masuk keruangan masing-masing, disitulah ibu ketua ibadah PPA tidak berinteraksi dengan anak-anak.


(59)

47 Gambar 11. Interaksi Guru (mis) dan Anak-anak PPA

Interaksi antara ketua ibadah dengan anak-anaknya berlanjut ketika anak-anak sudah pulang atau pada saat jam istirahat. Umumnya karena jam masuknya yang berbeda-beda, anak-anak pun ada yang pulang jam satu (siang) ada juga yang pulang (keluar) jam 4 sore, tetapi anak-anak selalu diajarkan untuk pulang langsung ke rumah masing-masing jika sudah keluar jam belajar atau pertemuan dalam yayasan, karena itu salah satu peraturan yang harus ditaati oleh setiap anak yayasa PPA Bukit Doa. Selain didalam dari yayasan, anak-anak biasanya ada tambahan belajar di luar yayasan, dan ini tergantung dari pada bakat anak-anak tersebut dan ini tanggung jawab oleh pihak yayasan. Sehari-harinya, banyak dari anak-anak PPA menceritakan pengalamannya di luar yayasan kepada pengajarnya (mis), anak tersebut mencurahkan isi hatinya kepada staff penagajar (mis), ada cerita yang kabar gembira , tapi ada juga yang menceritakan masalahnya kepada misnya. Seorang mis PPA biasanya harus


(60)

48 mampu membuat anak PPAnya merasa nyaman dengan bisa saling berbagi, sehingga anak-anaknya bersifat terbuka terhadap misnya.Walaupun terkadang ada juga yang bersifat tertutup dan tidak mau menceritakan apa masalahnya kepada misnya. Namun ada misnya disini harus melakukan pendekatan terhadap anak-anak yang tertutup, misnya harus mendekati sianak dan mencoba membongkar apa permasalahan yang dihadapi si anak.

Gambar 12. Anak-anak PPA Sedang Bermain

Dalam perkumpulan PPA Bukit Doa, terdapat antara 20 – 30 anak yang memiliki latar belakang suku, budaya, usia, dan kebiasaan yang berbeda-beda namun terdapat persamaan diantara mereka yaitu memiliki agama yang sama. Dalam perkumpulan/yayasan PPA Bukit Doa ini hanya yang beragama Kristen (Nasrani). Salah satu hal penting untuk diajarkan kepada anak-anak PPA dalam setiap ruangan yang pertama kali masuk ke yayasan Bukui Doa adalah walaupun dalam setuap ruangan terdapat anak-anak yang berbeda suku maupun bahasa tetapi sesama anak


(61)

49 PPA mereka saling terintergrasi menjadi seperti layaknya saudara kandung. Awalnya mereka merasa asing bergabung dengan anak-anak yang berbeda suku tetapi seiring waktu mereka bisa saling menerima dan memiliki hubungan yang akrab satu dengan yang lainnya. Seperti kutipan wawancara penulis dengan ibu (mis) yang bernama Evi Purba, usia 42 tahun:

“Sewaktu pertama kali masuk menjadi murid PPA disini yang bernama “A” dari Nias dan marga “X”. Mereka merasa asing karena perbedaan bahasa dan usia. Awalnya saya mengajak mereka mereka bermain, yang abangan kebetulan orang Nias sehingga yang lebih muda harus memanggil abang dan yang lebih tua harus memanggil adik.”

Gambar 13. Interaksi Antar Sesama Anak-anak PPA

Antara anak-anak PPA dalam satu ruangan, memiliki hubungan personal yang sangat dekat dan harmonis layaknya seperti saudara kandung. Walaupun begitu ada pertengkaran kecil yang terjadi dalam anak-anak PPA Bukit Doa. Wawancara dengan ibu (mis) yang bernama Rosinta, 45 tahun:


(1)

84 BAB V

PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Pada bab ini, saya akan mencoba untuk memberikan kesimpulan yang telah dibuat dalam skripsi yang berjudul PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK di YAYASAN BUKIT DOA. Setelah melakukan penelitian ke lapangan. Kesimpulan berikut merupakan hasil ringkasan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dibuat: pertama mengenai pengelolaan pendidikan di PPA, pengelolaan pendidikan dilakukan dengan proses mendidik (memberikan latihan, ajaran, tuntunan mengenai kecerdasan pikiran, seperti setiap pertemuan bersalaman dan berdoa bersama), merawat (memelihara dan menjaga, anak-anak PPA diawasi oleh mis nya pada saat tertentu seperti jam istirahat hingga sampai kepada orang tua anak masing-masing), dan memberikan bimbingan (kegiatan berupa motivasi-motivasi dan pembinan, seperti anak-anak PPA diajari untuk membuat keranjang dari rotan) kepada anak-anak PPA serta memberikan kasih saying (memperhatikan kebersihan dan kesehatan anak-anak agar mereka, kasih sayang, dan kebahagiaan (anak-anak sangat senang pada saat ulang tahun mendapat hadiah seperti baju dan roti) seperti anak-anak lainnya.

Kehidupan pengasuhan di PPA melingkupi interaksi antara guru (mis) dengan anak-anak PPA yang terjalin hubungan dan ikatan emosional yang cukup kuat. Guru dan anak-anak PPA diajarkan untuk saling terintegrasi seperti ibu dan anak kandungnya dimana anak-anak tidak merasa canggung dan kaku terhadap guru (mis) dan guru dengan sepenuh hati dan bertanggung jawab dalam mengasuh anak-anak PPA. Hal ini merupakan bagian dari program yang dijalankan di Yayasan PPA.


(2)

85 Ikatan emosional antara sesama anak-anak PPA terjalin dengan kuat, hal ini terjadi karena antara sesama anak-anak PPA diajarkan untuk saling terintegrasi seperti hubungan sesama saudara kandung. Mengasihi yang muda dan yang muda menghormati yang tua merupakan suatu bentuk progam pembelajaran dalam Yayasan Bukit Doa.

Guru (mis) dan anak-anak PPA akan merasa nyaman dan aman tinggal di dalam lingkungan Yayasan Bukit Doa. Dalam keseharian antara guru dan anak-anak PPA saling berbagi tangung jawab serta pengalaman emosional baik suka dan duka setiap hari dalam satu ruangan di yayasan tersebut. Hal tersebut merupakan bagian dari aplikasi program yang dikembangkan oleh guru (mis) di dalam Yayasan Bukit Doa. Seluruh anak-anak PPA, guru (mis), dan para pembina adalah bagian dari masyarakat di Yayasan PPA. Seluruh kompleks Yayasan PPA atau lingkungan tempat tinggal di dalamnya saling terjalin hubungan dan interaksi yang baik antara guru (mis), anak-anak PPA, dan masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar memberikan respon positif terhadap hadirnya Yayasan Bukit Doa. Antara masyarakat, guru, anak-anak PPA serta pihak lainnya saling menjaga dan merawat lingkungan tempat tinggal mereka. Hal ini menjadi program pembelajaran dalam Yayasan Bukit Doa.

Dengan program pembelajaran tersebut, proses pengasuhan dan pengajaran terhadap anak-anak di Yayasan Bukit Doa dapat berjalan dengan baik. Guru (mis) dapat menjaga, merawat, mendidik, dan membimbing anak-anak PPA secara fokus dan maksimal. Anak-anak PPA juga dapat belajar dan menikmati kehidupan mereka serta mejalani proses pembelajaran kebudayaan dengan cara internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi yang terjadi dan berjalan dalam Yayasan Bukit doa. Interaksi antara unsur-unsur yang terdapat di dalam yayassan Bukit Doa terjalin dengan cukup baik.


(3)

86 Hubungan guru (mis) dengan anak-anak PPA sangat dekat layaknya ibu kandung dengan anak-anaknya. Anak-anak PPA sebagian bersifat terbuka dengan guru (mis) dan sesamanya. Guru berinteraksi dengan anak-anak PPA setiap saat didalam lingkungan Yayasan Bukit Doa.

Dalam setiap permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak PPA maupun guru (mis) nya, mereka selalu memberi dukungan dan pengertian sehingga anak-anak asuh merasa nyaman terhadap guru (mis) nya dan guru (mis) nya merasa semakin sayang terhadap anak-anak PPA. Interaksi sesama anak-anak PPA ddalam satu ruangan terlihat sangat akrab (dekat dan erat, seperti persahabatan dan persaudaraan anak-anak PPA tidak saling berkelahi, bekerja sama dalam membersihkan ruangan) dan harmonis (bersangkut paut seia- sekata, seperti anak-anak PPA sepakat membuat piket kebersihan ruangan belajar secara bergantian setiap hari) seperti hubungan sesama anak kandung karena mereka diajari untuk saling berintegrasi dan tolong menolong dalam pengembangan pola pembelajaran di Yayasan Bukit Doa. Pola interaksi yang terjadi tersebut, anak-anak PPA mendapatkan pengajaran seperti menghormati, mendidik, mengasihi guru (mis), menghormati yang tua dan menyayangi yang lebih muda, berbagi dengan sesama, cara bertingkah laku yang baik (cara bersalaman), kesopanan (makan bersama, tertib, duduk yang bagus, dan menyimpan piring sendiri pada tempatnya) dan kesantunan (anak-anak harus dating tepat waktu, dan apabila anak yang salah akan mendapat hukuman seperti tidak dikasi jatah makan siang). Cara tersebut adalah contoh prilaku dan tindakan mana yang baik dan mana yang buruk

Anak-anak PPA harus belajar mematuhi nilai-nilaim norma, dan adat istiadat tersebut misalnya dimana sebelumnya mereka hidup dalam keluarga dengan


(4)

nilai-87 nilai kedaerahan/etnis, harus berubah menyesuikan diri dengan nilai-nilai, norma, dan adat istiadat baru dimana mereka harus hidup dalam keanekaragaman etnis dan budaya

Kesimpulan akhir penulis yaitu pengasuhan anak dalam masyarakat merupakan suatu cara dalam mempersiapkan anak tersebut menjadi anggota masyarakat yang mampu hidup secara mandiri dan teratur. Dimana orang tua/pengasuh mempersiapkan anaknya untuk memiliki sikap, kepribadian, dan nilai-nilai yang sesuai dengan kebudayaan yang tertanam pada diri orang tua/pengasuh. Proses belajar kebudayaan sendiri (sosialisasi, internalisasi, dan enkulturasi) yang terjadi pada saat pengasuhan anak bertujuan untuk membentuk kepribadian dan prilaku-prilaku sosial pada anak-anak. Kepribadian sosial pada anak-anak. Kepribadian dan prilaku-prilaku sosial yang terbentuk pada anak-anak tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di lingkungannya

5.2. Saran

• Hendaknya penelitian tentang pengasuhan dan pembelajaran terhadap anak terus ditumbuhkembangkan. Karena hal ini bermanfaat bagi semua kalangan terutama bagi para orang tua atau pengasuh untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang cara pengasuhan dan cara mengajarkan yang terbaik kepada anak-anak

• Hendaknya pemerintah dapat meningkatkan perannya dalam pendidikan anak-anak, untuk menciptakan generasi-generasi yang cerdas, berkompeten, terampil, dan berkarakter

• Hendaknya pada anak-anak agar lebih meningkatkan interkasi dalam berhubungan dengan orang lain di luar lingkungan Yayasan Bukit Doa. Hal


(5)

88 ini tentu akan dapat meningkatkan rasa percaya diri yang lebih baik kepada anak-anak

• Hendaknya pengajaran anak nilai-nilai budaya dari etnis masing-masing anak-anak bisa lebih ditingkatkan. Karena hal ini sangat berguna dalam menanamkan semangat keberagaman, multikulturalisme, dan bhineka tunggal ika dalam kehidupan berbaangsa dan bernegara kepada anak-anak asuh.


(6)

89 DAFTAR PUSTAKA

Alfian.1985. Persepsi Masyarakat Tentang Kebudayaan.Jakarta:Gramedia

Fukuyama ,Francis dalam Ruslani (penerjemah).2002.Trust:Kebijakan Sosial dan penciptaan kemakmuran.Yogyakarta:Qalam.Hal.97-99

Fakih,Mansour.2001.Runtuhnya Teori pembangunan dan

Globalisasi.Yogyakarta;Insist Press dan pustaka pelajar .hal.1-75

Koentjaraningrad ;1984;Metode-metode Penelitian Masyarakat;Gramedia;Jakarta Koentjaraningrad;1990;Pengantar Ilmu Antropologi.Rineka Cipta.Jakarta

Lubis,Zulkifli;2007;Modul Pelatihan Metode Penelitian Kualitatif;Medan

Moleong,Lexy J. 2006.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Setiady,Elly M,dkk,Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta Kencana 2007

Usman,Sunyoto.2004 .Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.Yogyakata:Pusatka pelajar.hal.19-28