Perilaku Konsumtif Pada Masyarakat Kawasan Kumuh Slum Area

24 kepribadian. Di sini, perilaku, motivasi untuk berprestasi, ternyata berkaitan dengan mobilitas ke atas, frekuensi bepergian, lamanya jam kerja, keinginan untuk mengakumulasi kapital, aspirasi untuk mendidik anak, dan aktivitas berusaha. Disisi sikap terlihat dorongan inovatif, ketinggian rasa tanggung jawab, rencana tindakan, pilihan atas perhitungan rasional dan kesediaan untuk memikul resiko tingkat menengah Stzompka, 2004 : 283 . Namun, dalam penelitian ini masyarakat yang berada di kawasan kumuh sebagian besar memiliki pemandangan bahwa bekerja itu hanya sekedar untuk makan, mengisi sejengkal perut.

2.2. Perilaku Konsumtif Pada Masyarakat Kawasan Kumuh Slum Area

Menurut Hendro 2001 : 48 bahwa pemukiman kumuh Slum Area yang tersebar pada beberapa bagian kota di negara – negara berkembang, khususnya yang terdapat di kota – kota Indonesia. Pusat kota yang terdiri dari taman dan ruang terbuka yang semula cukup banyak tersedia, beralih rupa menjadi bangunan yang makin memperpadat lingkungan. Dalam beberapa kasus paru – paru kota dan menjadi lambang kebanggaan penduduk, terpaksa merelakan diri untuk diubah fungsinya menjadi kawasan pertokoan dan perdagangan. Bertambah luasnya kawasan pertokoan dan perdagangan membuat masyarakat berperilaku konsumtif Eko Budihardjo dan Sudanti, 1993 : 5 . Hal tersebut dipengaruhi juga dengan modernisasi. Dalam bidang ekonomi pada modernisasi, ditandai dengan semakin kompleknya kebutuhan manusia akan barang dan jasa. Peningkatan konsumerisme, pendapatan, dan konsumsi barang dianggap sebagai simbol peran yang penting Sunarto, 2012 : 83 . Perilaku konsumtif menunjukkan suatu perilaku membeli dan menggunakan barang yang tidak didasarkan pada pertimbangan yang rasional dan memiliki kencenderungan untuk mengkonsumsi sesuatu tanpa batas di mana individu lebih mementingkan Universitas Sumatera Utara 25 faktor keinginan dari pada kebutuhan serta ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan. Menurut web Abu Daud http:abudaud2010.com201012p engertian-prilaku-konsumtif.html menyatakan bahwa perilaku konsumen tidak hanya melibatkan apa yang dikonsumsi seseorang tetapi juga menyangkut di mana, seberapa sering, dan dalam kondisi seperti apa barang dan jasa tersebut dikonsumsi. Seseorang yang konsumtif mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Membeli produk untuk menjaga status, penampilan, dan gengsi. 2. Memakai sebuah produk karena adanya unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan produk tersebut. 3. Adanya penilaian bahwa dengan memakai atau membeli produk dengan harga yang mahal akan menimbulkan rasa percaya diri. 4. Membeli produk dengan pertimbangan harga bukan karena manfaat dan kegunaannya. 5. Membeli karena kemasan produk yang menarik. 6. Membeli produk karena iming-iming hadiah. 7. Mencoba produk sejenis dengan dua merk yang berbeda. Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan kata lain, perilaku merupakan responreaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif tanpa tindakan: berpikir, berpendapat, atau bersikap maupun aktif melakukan tindakan . Konsumtifisme, dalam pandangan ekonomi adalah gaya hidup yang mengutamakan keinginan untuk mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Sifat ini cenderung mengabaikan faktor pendapatan dan Universitas Sumatera Utara 26 ketersediaan sumber daya ekonomi, yang seharusnya menjadi pertimbangan utama seseorang sebelum melakukan tindakan konsumsi. Dalam tataran yang lebih luas, jika tidak mampu megendalikan sifat konsumtifisme-nya, tentu akan menjadi bahaya komunal yang sanggup menggulung bangsa ini pada kebangkrutan. Dalam perspektif psikologis, pola hidup konsumtif adalah produk kebudayaan hedonis dari sebuah masyarakat yang “ sakit ” atau setidaknya tengah mengalami benturan kebudayaan. Pola hidup ini terbentuk secara sadar atau tidak sadar berasal dari pola hidup yang dijalani manusia setiap harinya. Proses pembentukan perilaku manusia, termasuk juga perilaku konsumerisme umumnya berasal dari stimulus yang diterima oleh panca indera melalui proses sosial atau melalui media audio visual yang kemudian terinternalisasi dan membentuk kepribadian. Saat sekarang, pola hidup konsumtifisme sebenarnya secara pelan-pelan sedang diajarkan oleh media, masyarakat dan bahkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan. Di televisi, majalah dan koran yang setiap hari gencar menayangkan gaya hidup glamour, penuh dengan sikap konsumtif yang dipamerkan terang-terangan. Berdasarkan hasil kajian, bahwa “ ukuran seseorang dikatakan sukses apabila ia mampu menumpuk barang-barang mewah di rumah, tanpa peduli apakah barang-barang tersebut diperoleh dengan cara berhutang. Lebih parah lagi, sekolah sebagai penyelenggara pendidikan ternyata ikut memberi andil bagi pembentukan sifat konsumtifisme dengan melegalkan kebiasaan-kebiasaan buruk, seperti terang-terangan membawa handphone HP . Suasana yang sebaliknya terjadi di perpustakaan-perpustakaan yang sunyi. Budaya konsumtifisme merupakan paradoks atas budaya produktif yang semestinya menjadi kebiasaan bangsa yang tengah merangkak maju seperti bangsa Indonesia. Konsumtifisme yang sifatnya menghabiskan sumber daya, jika tanpa diimbangin kemampuan dan kreativitas berproduksi, hanya akan menggiring Universitas Sumatera Utara 27 bangsa ini menjadi bangsa yang kalah dalam bersaing dengan bangsa lain, serta berpotensi kehilangan sumber daya ekonomi yang dibutuhkan untuk kehidupan generasi mendatang “, di da lam web Riski http:riskiariyani.com20111201contoh-prilaku-konsumtif-masyarakat . Dalam penelitian ini, menyebutkan bahwa perilaku konsumtif ini tidak hanya melanda masyarakat kalangan atas, namun ditiru diimitasi juga oleh masyarakat kalangan bawah.

2.3. Gaya Hidup Pada Masyarakat Kawasan Kumuh Slum Area