Karakteristik Informan Profil Informan 1.

55

4.3. Karakteristik Informan

Dalam suatu penelitian, keberadaan informan tentunya elemen yang sangat penting dalam pengumpulan data, demikian juga halnya dalam penelitian ini. Penetapan di dalam pengambilan informan merupakan langkah yang harus dilakukan guna mendapatkan informasi yang akurat dan terjamin secara valid. Informan yang diambil oleh peneliti adalah sebanyak enam belas 17 orang yang dianggap sebagai orang yang mengetahui informasi. Orang yang dibutuhkan oleh peneliti yaitu dua 2 informan dari pemerintahan kelurahan dan empat belas 15 informan dari masyarakat pinggiran sungai Deli di Lingkungan XII, gang Ksatria, kelurahan Sei Mati, kecamatan Medan Maimoon. Oleh karena itu, berikut ini adalah karakteristik dan profil dari 17 informan.

4.4. Profil Informan 1.

Kepala Lingkungan XII Nama : Ibu Mursida Umur : 44 Tahun Pekerjaan : Kepala Lingkungan Ibu yang bersuku Aceh ini bernama ibu Mursida. Ibu Mursida adalah Kepala Lingkungan XII, gang Ksatria, kelurahan Sei Mati, kecamatan Medan Maimoon. Beliau lahir di Aceh pada tanggal 14 April 1970, dan Ibu Mursida telah berusia 44 Tahun. Beliau menetap di kecamatan Medan Maimoon tepatnya di kelurahan Sei Mati. Ibu Mursida sudah mencapai 32 tahun tinggal di kelurahan Sei Mati. Beliau memiliki seorang suami dan dua 2 orang anak. Anak pertama, baru masuk kuliah di tahun 2012. Anak kedua, masih sekolah yaitu Sekolah Menengah Atas SMA . Universitas Sumatera Utara 56 Ibu Mursida telah menamatkan sekolah SMA nya di Medan. Setelah tamat sekolah, Ibu Mursida mencoba turut aktif di dalam pemerintahan Kelurahan dan akhirnya sukses sebagai Kepala Lingkungan. Kemudian ibu Mursida bekerja di kantor Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimoon selama 4 tahun. Selama menjabat ibu Mursida ingin sekali memperbaiki keadaan lingkungan XII kelurahan Sei mati yang dahulunya terkenal sebagai lingkungan rawan banjir. Selain itu ibu mursida ingin sekali mengatasi lingkungan yang kotor dan tata rumah yang saling berdesakan. Kondisi lain yang sering dipikirkan ibu Mursidah adalah pendidikan anak- anak di lingkungannya sebab rendahnya minat belajar anak-anak, bahkan mereka lebih semangat untuk mencari uang sebagai penyemir sepatu di jam sekolah. Ibu Mursida memiliki rumah sendiri yang berjarak 100 meter dari depan Gang Ksatria. Kondisi rumah yang dihuni keluarga ibu Mursida relatif luas. Karena memiliki halaman dan bertingkat. Akan tetapi tidak tertata dengan rapi. Sebab dari letak geografis Gang Ksatria yang sempit, rumah berdempet – dempet, dan struktur jalan yang tidak rata. Sehingga pintu masuk rumah ibu Mursida tidak di depan, melainkan di samping, bahkan hampir ke belakang. Disebabkan juga karena di depan ada bengkel las untuk membuat kuali. Pendapatan ibu Mursida sebanyak Rp 1. 500. 000 perbulan. Sedangkan pendapatan dari suaminya tidak menentu, akan tetapi lebih sering berjumlah Rp 1. 500. 000 perbulan. Karena pekerjaan suaminya hanyalah buruh bangunan, yang terkadang ada borongan dan terkadang tidak. Pengeluaran perbulan untuk biaya makan, jajan, air dan listrik sejumlah Rp 2.650.000. Itu belum termasuk biaya kuliah anak. Sehingga tidak jarang Ibu Mursida mencari biaya tambahan dari kelurahan. Penampilan dan gaya bicara ibu Mursida sangat feminine. Ibu Mursida selalu menggunakan lipstick yang merah merona, dan ketika berbicara sangat lembut tetapi cepat. Universitas Sumatera Utara 57 Maka terkadang tidak jarang orang lain memerintahkan ibu Mursida untuk mengulangi kata yang diucapkannya. Ibu Mursida kelihatan bijak, cekatan, dan gesit. Setiap kali orang mencarinya ke rumah, pasti pada akhirnya kecewa karena Ibu Mursida jarang berada di rumah. Hal ini seperti peneliti alami. Makanya sebelum pergi ke rumahnya harus membuat janji terlebih dahulu. Karena ibu Mursida sangat aktif dalam berbagai kegiatan misalnya PKK dan Posyandu.

2. Kepala Kelurahan Sei Mati

Nama : Asbin Siregar Umur : 50 Tahun Pekerjaan : Kepala Lurah Bapak Asbin Siregar adalah Bapak Lurah Sei Mati, kecamatan Medan Maimoon. Beliau lahir di Medan pada tanggal 20 Juni 1964. Bapak Asbin menetap di kecamatan Medan Maimoon tepatnya di kelurahan Sei Mati. Beliau sejak lahir sudah menetap tinggal di kelurahan Sei Mati yang merupakan dimana lokasi penelitian ini dilakukan peneliti. Bapak Asbin memiliki seorang istri dan tiga orang anak. Pendapatan beliau Rp 2.800.000bulan. Pengeluaran untuk anak dan istri sejumlah Rp 2.950.000bulan. Anak yang pertama pengangguran, ini menambah beban pikiran Bapak Asbin. Istri Bapak Asbin berjualan jajanan di rumah untuk menutupi kekurangan biaya rumah tangga. Dalam sehari paling banyak memperoleh untung sejumlah Rp. 50.000. Bapak Asbin sudah memiliki rumah sendiri sejak tahun 2011, dan sebelumnya menyewa, sehingga sekarang beliau tidak tinggal berdesak – desakan lagi. Bapak Asbin pendidikan terakhirnya adalah Sarjana. Setelah tamat, beliau aktif dalam kegiatan pemerintahan Kelurahan untuk turut berpartisipasi dan akhirnya sukses sebagai Kepala Lurah, Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimoon. Beliau sudah empat tahun menjabat Universitas Sumatera Utara 58 sebagai kepala lurah. Selama menjabat bapak Asbin selalu musyawarah dengan setiap Kepala Lingkungan dan tokoh masyarakat dalam membahas masalah yang timbul dan mencari solusi yang tepat sehingga pelaksanaan kegiatan tidak terhambat seperti masalah banjir. Banjir seringkali terjadi hampir setiap lima tahun sekali pasti mengalami banjir. Masyarakat kelurahan Sei Mati dikerahkan untuk bergotong royong setiap jum’at di masing – masing lingkungan, terutama bagi pemudanya. Tidak jarang juga upaya bapak Asbin gagal dalam kebersihan lingkungan karena sebagian masyarakat ada yang membandal, dan tetap saja membuang sampah ke sungai. Terlebih lagi, pada umumnya masyarakat liar yang tinggal di bibir sungai melakukan berbagai aktifitas sehari – harinya di sungai, seperti menyuci pakaian, menyuci sayuran, menyuci piring, mandi, buang air besar dan membuang sampah. Namun Bapak Asbin belum ada memikirkan kumuhnya kawasan yang beliau pimpin, karena kondisi di lapangan masih susah untuk diperbaiki.

3. Nama

: Cinta Usia : 38 tahun Pekerjaan : Wiraswasta Penjual Burger Ibu Cinta seorang wiraswasta di Lingkungan XII kelurahan Sei Mati. Beliau lahir pada tanggal 10 Juni 1975, dan beliau telah 38 tahun menetap di kelurahan Sei Mati, kecamatan Medan Maimoon. Ibu Cinta memiliki seorang suami dan dua orang anak. Suaminya bekerja sebagai wiraswasta. Dua orang anaknya masih sekolah. Ibu Cinta dan suaminya bersuku Minang. Pendidikan terakhir Ibu Cinta yaitu tamatan Sekolah Menengah Kejuruan SMK . Ibu Cinta sudah tiga tahun menjadi penjual burger. Ibu Cinta bisa mendapatkan penghasilan bersih Rp 600.000bulan. Pengeluaran keluarga Ibu Cinta untuk kebutuhan makan dan biaya sekolah anak Universitas Sumatera Utara 59 sangat banyak. Walaupun sudah digabung dari penghasilan utama suami Rp 900.000bulan , tetap saja tidak cukup. Apalagi yang ditanggung dalam satu rumah ada empat orang. Pengeluaran ibu Cinta mencapai Rp 1. 600.000bulan. Cara memenuhi kekurangan itu, Ibu Cinta meminjam uang ke saudara kandungnya. Ibu Cinta membuka jualan burger setiap hari pada pukul 17. 00 wib sampai pkl 22. 00 wib. Sedangkan pagi hari ibu Cinta beristirahat, dan pada siang harinya waktu luang itu digunakan untuk menyuci, memasak dan menyetrika. Namun, tidak jarang juga seharian penuh beliau hanya melakukan pekerjaan rumah, dan tidak berjualan lagi di sore harinya, karena penjualan kemaren sudah terasa banyak menghasilkan untung sekitar lima puluh ribu rupiah . Sementara suaminya hanya seorang buruh bangunan. Terkadang ada pekerjaan terkadang tidak. Rumah ibu Cinta berjarak 5 meter dari pinggiran bibir sungai. Beliau menempati tanah yang bukan milik sendiri, akan tetapi merupakan tanah wakaf perkuburan Mandailing. Ukuran luas rumah ibu Cinta adalah 4, 5 x 9 meter, yaitu dengan lebar 4,5 m dan panjang 9 meter. Rumah beliau terbuat dari kayu. Perabot rumah tangga yang dimiliki ibu Cinta adalah sepeda motor 1 , dan televisi 1 . Barang mahal yang dimilikinya yaitu handphone 3 dan emas berupa cincin.

4. Nama

: Juniar Usia : 39 tahun Pekerjaan : Guru Pendidikan Anak Usia Dini Paud Ibu yang berusia 39 tahun ini bernama Juniar. Ibu Juniar lahir di Medan, 14 februari 1975. Beliau bekerja sebagai guru di salah satu paud kelurahan Sei Mati. Ibu Juniar bersuku Universitas Sumatera Utara 60 Minang. Suami ibu Juniar bekerja sebagai tukang bangunan. Pendidikan terakhir Ibu Juniar adalah Sekolah Menengah Kejuruan SMK . Beliau penduduk asli Medan, dan telah menempati rumah di kelurahan Sei Mati selama 38 tahun. Ibu Juniar memiliki seorang suami dan bekerja sebagai buruh bangunan. Penghasilan ibu Juniar sebagai guru Paud sejumlah Rp 600.000bulan. Beliau memiliki tanggungan sebanyak tiga orang anak. Untuk kebutuhan makan sehari – hari, peralatan dapur, dan biaya sekolah anak – anak, dengan penghasilan tersebut tidak cukup. Pengeluaran dalam sebulan mencapai Rp 1.700.000. Walau ibu Juniar memiliki usaha sampingan sebagai distributor tupperware yang biasanya memperoleh untung sekitar lima puluh ribu sampai seratus ribu rupiah dalam sebulan. Beliau bekerja selama dua jam dalam sehari. Dari pkl 09.00 wib sampai pkl 11. 00 wib. Sepulang dari bekerja ibu Juniar menyelesaikan pekerjaan rumah, dan mengurus anak sampai malam hari. Rumah ibu Juniar memiliki luas 6 x 9 meter. Kondisi rumahnya terbuat dari kayu. Beliau masih menyewa dan belum memiliki rumah sendiri. Rumah ibu Juniar memiliki 2 ruangan yaitu ruang tamu pada siang hari dan malam harinya menjadi ruang tidur dan ruang kedua yaitu dapur yang digabungkan dengan kamar mandi yang tidak tertutup. Barang mahal yang dimiliki ibu Juniar yaitu tv 2 unit , sepeda motor 1 unit , kulkas 1 unit , mesin cuci 1 unit , dan emas cincin, anting-anting, kalung . Pengeluaran rumah tangganya mencapai Rp 1.700.000bulan. Jumlah pendapatan utama keluarga suami dan istri = Rp 1. 600.000bulan . Tanggungan dalam satu rumah ada lima orang. Biaya tidak terduga seringkali terjadi, apalagi suami tidak dapat borongan, maka ibu Juniar mencari peminjaman kepada rentenir, yang kebetulan dengan mudah didapat karena sering berlalu lalang di depan rumah. Universitas Sumatera Utara 61

5. Nama

: Ibu Harmiati Usia : 39 tahun Pekerjaan : Tukang Jahit Keset Kaki Ibu Harmiati lahir di Aceh, 13 April 1975. Ibu Harmiati bersuku Aceh. Beliau tinggal di lingkungan XII gang Ksatria baru 25 tahun. Ibu Harmiati bekerja di rumah sendiri sebagai tukang jahit keset kaki. Sementara suaminya bekerja sebagai tukang jahit pakaian. Penghasilan ibu Harmiati adalah sekitar Rp 1.600.000bulan dan itu digabung dengan penghasilan suaminya. Jika pemasaran berkurang, ibu Harmiati hanya memperoleh Rp 30.000hari. Pengeluaran belanja perbulan Rp 1.550.000. itu belum termasuk biaya air dan listrik. Kekurangan penghasilan itu ditutupi ibu Harmiati dengan meminjam ke rentenir. Ibu Harmiati memiliki seorang suami, dan dua orang anak. Anak pertamanya sudah mencapai remaja dewasa, dan anak yang kedua masih sekolah kelas 5 SD. Pendidikan terakhir ibu Harmiati adalah SD. Rumah ibu Harmiati berjarak 1 meter dari bibir sungai Deli. Bangunan rumah beliau terbuat dari kayu. Luas rumahnya 3 x 8 meter. Rumah ibu Harmiati memiliki 2 ruangan yaitu ruang tamu pada siang hari dan malam harinya menjadi ruang tidur dan ruang kedua yaitu dapur yang digabungkan dengan kamar mandi yang tidak tertutup. Setiap kali ingin membuang hajat, maka pergi ke sungai. Untuk mandi, menyuci piring, dan membilas pakaian, dilaksanakan di sungai. Kalau untuk minum, ibu Harmiati menggunakan aqua galon. Beliau sudah nyaman tinggal di rumah tersebut. Semenjak menikah ibu Harmiati rutin menekuni jahitannya yaitu keset kaki. Bahan dasar keset kaki dimodali secara gratis, dari kain – kain bekas. Namun, jika kehabisan kain bekas perca , beliau membelinya dalam jumlah Universitas Sumatera Utara 62 pergoni. Ibu Harmiati merasakan kesulitan dalam pemasaran keset kaki. Karena pesaing yang banyak, dan kurangnya jaringan agen .

6. Nama

: Ibu Dahlia Usia : 28 tahun Pekerjaan : Guru SMP Al –Azhar Ibu Dahlia adalah seorang perempuan yang bekerja di SMP Al - Azhar. Ibu Dahlia mengabdi di sekolah Al – Azhar sebagai guru Matematika. Beliau masih gadis, dan berusia 28 tahun. Beliau lahir di Medan, 18 Agustus 1986. Tiga tahun yang lalu ibu Dahlia telah menamatkan Sarjana Pendidikannya di Universitas Negeri Medan. Beliau memfokuskan hobinya di jurusan Matematika. Sebelum bekerja di sekolah Al – Azhar, ibu Dahlia mengabdi di sekolah yang tidak populer dan bukan milik pemerintah. Penghasilannya pada saat itu sangat minim, termasuk transportasi perharinya tidak terlepasi dari penghasilan tersebut. Sehingga, ibu Dahlia memberanikan diri memasukkan lamaran ke SMP Al – Azhar, walaupun pada saat itu sebenarnya tidak ada penerimaan lowongan kerja. Tidak disangka, akhirnya beliau diterima untuk mengajar di sekolah tersebut. Ibu Dahlia berpenghasilan Rp 1.200.000bulan. Apabila ada jam tambahan ekstra kurikuler , penghasilan beliau bisa mencapai dua juta dua ratus ribu rupiah. Kesuksesan ibu Dahlia selama bekerja dua tahun di sekolah tersebut telah menampakkan hasil, seperti memiliki sepeda motor, laptop dan emas. Pengeluaran sehari untuk transportasi dan makan sebanyak Rp 30.000hari. Maka total pengeluaran sekitar Rp. 1.400.000, karena harus membiayai kedua orang tuanya yang sudah lansia. Universitas Sumatera Utara 63 Ibu Dahlia bersuku Minang. Ibu Dahlia memiliki satu saudara kandung, yang berusia lebih tua darinya. Beliau masih tinggal satu rumah dengan kedua orang tuanya. Rumah orang tua ibu Dahlia berjarak 6 meter dari bibir sungai Deli. Ibu Dahlia telah lama tinggal di Medan, tepatnya di lingkungan XII kelurahan Sei Mati, kecamatan Medan Maimoon. Beliau telah nyaman tinggal di rumah tersebut semenjak 28 tahun yang lalu.

7. Nama

: Bapak Mhd. Ridho Sanjaya Usia : 25 tahun Pekerjaan : Wiraswasta distributor jajanan Bapak yang berusia 25 tahun ini bernama Muhammad Ridho Sanjaya. Bapak Ridho sudah menikah. Bapak Ridho bersuku Minang dan lahir di Ser-Belawan, pada tanggal 17 Februari 1990. Beliau bekerja sebagai distributor jajanan anak – anak. Bapak Ridho setiap pkl 07. 00 wib pagi wajib menghantar produk tersebut ke grosir – grosir, dan kembali ke rumah pkl 17. 00 wib sore hari. Beliau memiliki seorang istri dan satu orang anak. Pendidikan terakhir bapak Ridho adalah SMA. Beliau penduduk asli Medan. Bapak Ridho berpenghasilan Rp 1.500.000bulan. Beliau memiliki dua tanggungan yaitu seorang istri dan satu orang anak. Pengeluaran perbulan Rp 1.800.000. Luas rumah bapak Ridho 4 x 9 meter. Terdiri dari ruang tamu, kamar mandi 1 unit , dan dapur. Perabot rumah tangga yang dimilikinya diantaranya ; televisi 1 unit , kipas angin 1 unit , dan sepeda motor 1 unit , lemari hias 1 unit . Bapak Ridho menempati rumah di kelurahan Sei Mati selama 1 tahun. Sebelum menikah bapak Ridho tinggal bersama orang tuanya di jalan Garu IV Sisingamangaraja, Medan. Universitas Sumatera Utara 64 Biaya untuk kebutuhan makan sehari – hari dan peralatan bayi tercukupi dengan pas, dan tidak jarang juga kekurangan. Karena banyak biaya tidak terduga untuk si Bayi, apalagi ketika sakit. Sementara istri bapak Ridho tidak bekerja, beliau hanya sebagai Ibu rumah tangga. Pengeluaran kebutuhan keluarga bapak Ridho sekitar Rp 1.800.000bulan.

8. Nama

: Indah Usia : 22 tahun Pekerjaan : Buruh toko baju Indah seorang gadis yang tinggal di Lingkungan XII kelurahan Sei Mati. Indah lahir pada tanggal 13April 1992, di Medan. Sekarang Indah telah berusia 22 tahun. Ia baru menetap di kelurahan Sei Mati, kecamatan Medan Maimoon selama 6 tahun. Sebelumnya tinggal di pinggiran rel kereta api Medan. Rumah orang tuanya terletak 1 meter dari bibir sungai. Maka tidak jarang rumahnya terkena banjir sungai Deli. Banjir tidak dapat dihindari. Semua aktifitas warga setempat ada pada sungai Deli. Ketergantungan pada sungai sangat kuat. Menyuci pakaian, menyuci piring, mandi, buang air besar, bahkan menyuci sayur – mayur pun di sungai. Apalagi sampah, sudah menjadi hiasan bagi wajah sungai. Jika banjir datang, minimum ketinggian air mencapai lima meter. Tidak jarang sebagian peralatan dapur hilang lenyap bersama arus. Indah bersuku Minang. Ia memiliki ayah, ibu, seorang kakak dan seorang adik. Pendidikan terakhir Indah yaitu SMK jurusan Pemasaran . Sedangkan adik Indah tidak tamat SMP karena ikut – ikutan temannya. Indah telah tiga tahun menjadi penjual baju di toko orang Cina dengan memperoleh penghasilan Rp 600. 000 bulan. Indah tidak menabung, untuk biaya hidup sendiri saja tidak cukup. Namun, Ia memiliki handphone smartphone black berry dan Universitas Sumatera Utara 65 baju yang mahal, serta emas berupa cincin. Pengeluaran untuk kebutuhan pribadinya hampir Rp 1.000.000bulan. Sebelum bekerja di toko sambu Medan , sebelumnya Indah bekerja sebagai tukang pijat di Malaysia selama empat tahun. Akan tetapi, karena banyak peraturan di negeri Malaysia, Ia tidak tahan dan pulang kembali ke Indonesia. Seorang gadis yang berusia muda ini selalu mengalami kekurangan untuk menghidupi dirinya. Walaupun Indah masih tinggal bersama orang tuanya, Ia banyak menghabiskan uang untuk transportasi dan bekal makannya bekerja di toko. Tidak jarang Indah selalu berhutang dengan temannya. Indah juga pernah tidak pulang ke rumah selama enam tahun karena berantem dengan ibunya terkait masalah uang. Selama itu Indah tinggal di kos – kosan yang berada di jalan Dr. Mansur Medan. Biaya kos – kosan Indah pada saat itu senilai tiga ratus ribu rupiah sebulan. Rumah Indah dibangun di atas tanah wakaf kuburan Mandailing. Maka terkadang mereka dibayang – bayangi rasa takut. Penggusuran bisa kapan saja terjadi. Rasa tidak aman dirasakan Indah. Ia berupaya secepat mungkin untuk mengumpulkan duit sebanyak – banyaknya tanpa melihat halal atau haramnya sebuah pekerjaan. Rumah Indah sering dipenuhi gadis – gadis yang putus sekolah. Termasuk adik Indah juga tidak selesai menamatkan Sekolah Menengah Pertamanya. Indah, adik, kakak dan teman – teman selalu berkumpul di Rumah tersebut terlebih jika ada pria yang membutuhkan mereka, Indah dan yang lainnya langsung sigap untuk melayaninya. Universitas Sumatera Utara 66

9. Nama

: Ibu EM Usia : 45 tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Seorang Ibu yang tinggal di Gang Ksatria, lingkungan XII ini adalah ibu EM. Ibu EM berusia 45 tahun dan memiliki pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama. Pekerjaan sehari-harinya adalah sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suaminya bekerja sebagai tukang parkir. Penghasilan suaminya dalam sebulan sekitar lima ratus ribu Rupiah. Bu EM memiliki tiga orang anak, yang mana anak pertama sudah bekerja dan anak kedua meganggur, serta satu orang lagi masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Anaknya yang bekerja sebagai SPG berpenghasilan 1,4 juta Rupiah dalam sebulan janda dan memiliki seorang anak . Rumah yang berukuran 6 x 5 meter itu ditempati dua keluarga, yaitu keluarga ibu EM dan seorang anaknya yang sudah menikah. Perabot rumah tangga yang dimiliki Ibu EM yaitu tv 1 unit , mesin cuci 1 unit , sepeda motor 1 unit , handphone 4 unit , dan kulkas 1 unit serta benda mahal yang dimiliki anak ibu EM yaitu behel yang membutuhkan biaya perawatan yang rutin dalam sebulannya . Ibu EM merupakan orang asli medan, sedangkan suaminya merupakan pendatang. Mereka membangun sebuah rumah, di tanah seorang pengembang developer . Mereka membayar uang sewa tanah senilai lima puluh ribu sampai seratus ribu rupiah dalam setahun. Ibu EM juga memiliki rumah sendiri di pinggir bibir sungai 100 meter dari sungai , namun rumah tersebut disewakan dengan alasan takut banjir. Kehidupan sehari-hari dan tetangga sekitarnya berlangsung dengan baik, dimana warga pendatang dan warga asli daerah tersebut saling hidup rukun dan menghargai satu sama lain. Ibu EM sendiri yang merupakan suku Minang merasa betah untuk tinggal daerah tersebut, bahkan isu penggusuran tidak menghalangi langkahnya Universitas Sumatera Utara 67 untuk tetap tinggal daerah tersebut, bagi masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran sungai, isu penggusuran merupakan hal sering mereka dengar. Menurut ibu EM sampai sekarang Isu penggusuran hanyalah merupakan isu sudah sangat lama ada dan tidak pernah terjadi.

10. Nama

: Ibu KH Usia : 40 Tahun Pekerjaan : Cleaning Service Ponsel Ibu KH berusia 40 tahun, pendidikan terakhirnya SMA. Ibu KH lahir pada tanggal 15 Juni 1974. Ibu KH bekerja sebagai pelayan kebersihan di toko HP, yang berlokasi di depan gang rumahnya. Penghasilan ibu Khadijah senilai Rp 500.000 dalam sebulan. Ibu KH pergi kerja pkl 19.00 wib dan pulang pkl 22.00 wib. Kalau pagi hari Ibu KH menghantar anak sekolah dan membereskan rumah. Ibu KH memiliki seorang suami dan tiga orang anak. Ketiga anaknya masih sekolah. Suami ibu KH bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta yang terletak di Berastagi, dan beliau tinggal menetap di sana. Hanya beberapa bulan sekali pulang ke rumah. Penghasilan suami ibu KH Rp 1. 000. 000bulan. Ibu KH tinggal di kelurahan Sei Mati sudah 30 tahun, alasan ibu KH tinggal di tempat itu dikarenakan kemudahan akses, kemana - kemana gampang seperti berbelanja, dan juga dorongan peluang usaha. Ibu KH memiliki rumah berukuran 5 x 9 meter dan status rumah masih menyewa. Kondisi rumah ibu KH terbuat dari semen. Peralatan rumah tangga yang dimiliki ibu KH yaitu tv 1 buah , sepeda motor 1 buah , handphone 3 buah . Ibu Khadijah mengizinkan anak untuk menggunakan HP karena biar mudah memperoleh informasi di sekolah. Universitas Sumatera Utara 68

11. Nama

: Ibu Erlina Afriyanti Usia : 45 Tahun Pekerjaan : Tukang Jahit Keset Kaki Ibu Erlina Afiyanti berusia 45 tahun, dan bersuku Minang. Ibu ini biasa dipanggil dengan singkatan ibu Lina. Pendidikan terakhir ibu Lina adalah Sekolah Menengah Pertama SMP . Ibu Lina bekerja sebagai pengrajin keset kaki dan penghasilannya Rp 1.000.000 bulan. Beliau memiliki seorang suami dan empat orang anak. Satu diantaranya masih sekolah, dua bekerja dan satu lagi sudah menikah. Anak nomor dua penghasilan Rp. 1.000.000 bulan, anak nomor tiga bekerja di kereta api penghasilan Rp. 1.000.000 bulan. Suami ibu Lina bernama bapak Emran Nst, yang pendidikan terakhir beliau adalah SMP dan bekerja sebagai pengurus tanah wakaf. Gaji suami ibu Lina sangat tergantung dari menjaga kuburan. Awalnya ibu Lina tinggal di perumahan Mandala karena ikut suami maka ibu Lina pindah ke kelurahan Sei Mati. Menurut ibu Lina kehidupan sehari-hari di sini tidak ada masalah. Kerukunan antar warga di sini lebih kepada keyakinan agama seperti islam dengan islam dan yang kristen dilarang masuk ke kelurahan ini. Di rumah yang sekarang ini, Ibu Erlina sangat senang dan nyaman, walaupun dinding rumahnya masih berdempet – dempetan dengan rumah di sebelahnya yang terkadang sangat mengganggunya ketika berkaroke. Ibu Lina memiliki handphone Blackberry dan perabot rumah tangga yang lengkap, seperti mesin cuci, kulkas, tv 23 inch dan sepeda motor. Apalagi semenjak tahun 2013 yang lalu, ketika Ibu Lina membuat pesta pernikahan anaknya, ibu Lina semakin jaya. Karena banyak para undangan yang datang. Walaupun beliau habis – habisan keluar dana untuk biaya catering makanan, kibot, dan tratak pelaminan yang mewah tetapi ibu Lina cukup puas karena pestanya meriah. Setelah itu, beliau pusing keliling karena harus membayar hutang, tutur ibu Lina. Universitas Sumatera Utara 69

12. Nama

: Ibu Pina Usia : 48 tahun Pekerjaan : Penjual Mie Sop Ibu Pina berusia 48 tahun, dengan pendidikan terakhir yaitu Sekolah Dasar. Beliau bersuku Minang. Ibu Pina adalah seorang istri dan ibu dari tiga orang anak dengan kegiatan sehari-hari adalah berjualan di pinggir sungai, tepatnya di samping rumah. Ibu Pina bekerja sebagai penjual gorengan dan mie sop. Penghasilannya dalam sehari tidak menentu, paling banyak senilai lima puluh ribu rupiah rata – rata Rp 900.000bulan dan jika sudah mencapai Rp 50.000 beliau tidak lagi berjualan pada esok harinya. Tanggungan ibu Pina sebanyak tiga orang anak. Sementara suaminya tidak bekerja, dan sering duduk – duduk di warung kopi. Tidak jarang ibu Pina berhutang ke rentenir untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Biaya pengeluaran Rp 1.500. 000bulan. Ibu Pina menempati rumah, yang tanahnya bukan milik sendiri. Ibu Pina harus ikhlas jika suatu saat nanti dilaksanakan penggusuran. Ibu Pina tinggal di bibir sungai ini sudah mencapai sepuluh tahun. Tidak jarang rumahnya terkena banjir setinggi 5 meter. Bentuk rumah ibu Pina tidak tertata, dapur dan ruang tamunya menyatu. Kalau siang jadi dapur, dan malam menjadi ruang tamu. Malam sangat banyak tamu yang datang, karena pekerjaan sampingan ibu Pina menjual Narkoba. Makanya tidak heran jika di rumah perabot rumah tangga lengkap, seperti mesin cuci, kipas angin, tv 23 inch, kulkas, sepeda motor, bahkan emas yang dipakainya cukup lengkap seperti cincin, gelang, kalung. Universitas Sumatera Utara 70

13. Nama

: Bapak Hasan Usia : 62 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta Bapak Hasan adalah salah satu warga yang tinggal di Kelurahan Sei Mati. Bapak Hasan berusia 62 tahun. Beliau tinggal di daerah ini sejak tahun1956. Pada awalnya bapak Hasan bertempat tinggal di Aceh, kemudian pada usia 6 tahun ia beserta keluarganya pindah ke Medan karena salah satu kakaknya pindah tugas di Medan. Sejak saat itu pula beliau tinggal di Medan sampai ia berkeluarga dan memiliki cucu. Bapak Hasan adalah seorang wiraswasta, dan memperoleh pendapatan Rp 1. 000.000bulan. Pengeluaran perbulan mencapai sejumlah Rp 1. 600.000. Sehingga istri dan cucu terkadang membantu menopang kebutuhan biaya makan sehari – hari dengan menjahit keset kaki. Bapak Hasan menetap di gang Ksatria sudah 56 tahun. Bapak Hasan bukan tinggal di lahan ssendiri. Bapak Hasan tinggal di lahan milik orang seperti warga lainnya. Setiap tahunnya beliau harus membayar tiga ratus ribu rupiah sebagai uang sewa tanah yang beliau tempati. Walau pun tidak ada pembatasan pemakaian lahan, tetap saja hal ini memberatkan bapak Hasan. Bapak Hasan sudah lansia. Beliau sudah tidak bisa mendengar keributan. Sementara rumah yang berdempetan dan 6 orang dalam satu atap, membuat bapak Hasan semakin sakit – sakitan. Karena tidak bisa bernafas dengan lega. Bapak Hasan sering kali mengusahakan berhemat untuk membuat rumah yang baru di tanah sendiri, dan pergi keluar dari Gang Ksatria ini. Universitas Sumatera Utara 71

14. Nama

: Bapak Ramlan Usia : 50 tahun Pekerjaan : Tukang Parkir Bapak yang tinggal di Gang Ksatria, lingkungan XII ini adalah bapak Ramlan. Bapak Ramlan berusia 45 tahun dan memiliki pendidikan terakhir yaitu Sekolah Teknis Mesin. Beliau bersuku Minang dan tinggal di kelurahan Sei Mati baru 25 tahun dari semenjak menikah. Pekerjaan sehari-harinya adalah sebagai tukang parkir, di pasar Sambas. Bapak Ramlan memiliki seorang istri dan tiga orang anak. Penghasilan bapak Ramlan dalam sebulan Rp 600.000bulan. Untuk biaya pengeluaran perbulan mencapai Rp 1.000.000. Beliau bekerja mulai dari pagi hari sampai sore hari. Kemudian, keluarga bisa berkumpul dengan bapak Ramlan pada malam harinya. Bapak Ramlan bertempat tinggal 600 meter dari pinggiran sungai. Rumahnya terbuat dari kayu. Tanah rumah yang ditempati merupakan tanah wakaf. Setiap tahun bapak Ramlan membayar uang sewa tanah kepada preman tanah. Bapak Ramlan selalu cemas dengan pemberitaan penggusuran. Walau tanahnya sudah dibayar.

15. Nama

: Ibu Riski Antika Usia : 25 tahun Pekerjaan : SPG Sales Promotion Girl Ibu Riski lahir di Medan, pada tanggal 20 Oktober 1989. Ibu Riski merupakan seorang istri. Akan tetapi, ia sudah lama tidak hidup bersama dengan suami. Ibu Riski merasa tidak dinafkahi, sementara sudah memiliki tanggungan seorang anak. Akhirnya ia pindah dan tinggal di rumah orang tuanya. Anak ibu Riski masih berumur empat tahun. Ibu Riski bekerja sebagai Universitas Sumatera Utara 72 SPG disebuah Mall di kota Medan. Ia berusia 25 tahun dan sudah 25 tahun juga menetap di kelurahan Sei Mati, kecamatan Medan Maimoon. Ibu Riski tinggal bersama orang tuanya setelah berpisah dengan suaminya. Ketika awal menikah masih ikut suami, dan hidup tinggal bersama mertua. Ibu Riski bersuku Minang. Pendidikan terakhirnya yaitu SMK Sekolah Menengah Kejuruan , bagian sekretaris. Ibu Riski sudah empat tahun bekerja sebagai sales. Penghasilannya dalam sebulan adalah Rp 1.500.000bulan. Ibu Riski bekerja selama sepuluh jam dalam sehari. Transportasinya untuk bekerja adalah angkot. Namun, tidak jarang pula diantar jeput oleh adik ibu Riski. Jika ibu Riski bekerja, anak ditinggal bersama neneknya. Waktu berjumpa dengan anaknya sangat sempit.

16. Nama

: Ernita Usia : 44 tahun Pekerjaan : Jualan buah Ibu Ernita berusia 44 tahun dan memiliki suku yaitu suku Minang. Ibu yang dijuluki sebagai seorang yang penyabar ini sudah menikah dan memiliki dua orang anak. Anak pertama dari Ibu Ernita adalah perempuan dan sudah menikah. Sedangkan anak keduanya masih sekolah yaitu Sekolah Menengah Pertama. Ibu Ernita tinggal di kelurahan Sei Mati, kecamatan Medan Maimoon, tepatnya di lingkungan XII, gang Ksatria. Rumah beliau berjarak 200 meter dari areal perkuburan. Ibu Ernita menempati tanah yang bukan miliknya, melainkan tanah wakaf perkuburan Mandailing. Pendirian rumah hanya dengan seizin Preman tanah. Preman dibayar setahun sekali. Rumahnya semi permanen yaitu setengah papan dan setengah semen. Ibu Ernita memilih tinggal di kelurahan Sei Mati karena mudah kemana saja, dan serba murah sebab tidak perlu membayar Universitas Sumatera Utara 73 uang listrik, air serta sewa tanah. Kemudian, untuk berjualan areal ini juga mendukung karena dekat dengan pusat kota Medan yang sangat ramai. Pekerjaan ibu Ernita adalah jualan buah. Ibu Ernita menjual buah import yang sortiran. Buah sortiran ini diperoleh dari gudang Cina yang jaraknya agak jauh dari rumah. Ibu Ernita sudah lama bekerja sebagai penjual buah yaitu sedari ibu Ernita menikah. Penghasilan sehari bisa diperoleh sejumlah lima puluh ribu rupiah dirata – ratakan Rp 1.000.000bulan , dengan untung segitu ibu Ernita tidak bisa menabung, bahkan untuk memenuhi kebutuhan dapur dan biaya sekolah anak tidak cukup. Apalagi suaminya hanya buruh bangunan, yang terkadang tidak ada borongan untuk dikerjakan. Ibu Ernita menutupi kekurangan biaya sehari - hari dengan meminjam kepada rentenir. Ibu Ernita, suami dan anaknya memiliki masing – masing handphone, dan peralatan rumah tangganya juga cukup lengkap. Ada mesin cuci, kulkas, kipas angin, tv dan sepeda motor. Bahkan emas, seperti cincin, anting - anting dan kalung.

17. Nama

: Ahmad Fauzi Lubis Usia : 48 Tahun Pekerjaan : Wiraswasta Bapak Ahmad adalah salah satu warga yang tinggal di Kelurahan Sei Mati. Bapak Ahmad berusia 48 tahun. Bapak Ahmad tinggal di daerah ini sejak tahun 1980. Bapak ini biasa dipanggil dengan singkatan Bapak Amat. Pendidikan terakhir Bapak Ahmad adalah Sekolah Menengah Pertama SMP . Bapak Ahmad bekerja sebagai tukang kursi dan penghasilannya Rp 1.500.000 bulan. Bapak Ahmad memiliki seorang istri dan tiga orang anak. Satu diantaranya masih sekolah , dua bekerja. Anak nomor dua penghasilan Rp. 1.000.000 bulan, anak nomor Universitas Sumatera Utara 74 tiga bekerja di toko jajanan penghasilan Rp 800.000 bulan. Yang menjadi tanggungan bapak Ahmad hanyalah istri dan 1 anak yang masih sekolah. Biaya pengeluaran sebulan sejumlah Rp 1. 300.000. Bapak Ahmad menempati rumah di atas tanahnya sendiri. Rumah bapak Ahmad memiliki luas 4 x 9 meter. Pondasi rumah terbuat dari tembok, namun lantai masih semen. Sumber air minum dan masak, bapak Ahmad mengambilnya dari PAM. Kalau mandi pergi ke sungai. Bahkan MCK juga, jika air mati. Karena air PAM sangat susah diperoleh, sebab banyak warga yang mencatok meteran air. Bapak Ahmad merupakan salah satu keturunan dari keluarga yang menjaga tanah wakaf perkuburan mandailing. Bapak Ahmad meneruskan untuk menjaga kuburan mandailing tersebut dari tahun 2011. Bapak Ahmad juga menjadi ketua Badan Kenaziran untuk mengurusi masalah yang terjadi di perkuburan mandailing tersebut. Beberapa perubahan yang Bapak Ahmad lakukan yaitu mempermudah masyarakat mandailing dalam mempergunakan perkuburan tersebut yang biasanya dalam kepengurusan sebelumnya di bebani biaya yang cukup besar. Selain itu Bapak Ahmad sering mengawasi dan mengkordinir anggotanya untuk terus menjaga kebersihan perkuburan mandailing tersebut dan memberikan penerangan listrik pada perkuburan mandailing tersebut. Universitas Sumatera Utara 75

4.5 Terbentuknya Masyarakat Slum Area Di Gang Ksatria Kelurahan Sei Mati Skema 2