Strategi Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran IPS

16 Buku Guru Kelas VII SMPMTs Model pembelajaran berbasis masalah mengacu kepada prinsip-prinsip pembelajaran lainnya seperti pembelajaran berdasarkan proyek project- based-instruction, pembelajaran berdasarkan pengalaman experience-based instruction, belajar autentik authentic learning dan pembelajaran bermakna anchored instruction. Model tersebut cocok untuk pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi karena dengan model tersebut peserta didik akan terbantu untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya, dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Tabel 3.3 Pola Urutan Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah Fase Kegiatan Guru Fase 1: Orientasi peserta didik terhadap masalah Guru menjelaskan pembelajaran, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam masalah yang dipilih. Fase 2: Mengorganisasi peserta didik untuk belajar Guru membantu peserta didik untuk mendeinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Fase 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan pengujian temuan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan temuan Guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan temuan yang sesuai dengan laporan temuan dan membantu mereka untuk berbagi tugas Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu peserta didik untuk melakukan releksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka tempuh.

D. Strategi Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran IPS

Strategi pembelajaran dengan menekankan pada aspek kinerja peserta didik yang dikenal dengan CTL Contextual Teaching and Learning atau pembelajaran kontekstual. Mata pelajaran IPS sebagai bagian dari Kurikulum 17 Ilmu Pengetahuan Sosial 2013 memiliki kewajiban untuk menjadi wahana bagi pengembangan strategi pembelajaran kontekstual tersebut. Untuk kepentingan pemahaman, pengkajian, dan penerapan strategi pembelajaran tersebut, pada bagian berikut akan dibahas selintas tentang epistimologis CTL bagaimana pengetahuan tentang CTL dibangun dan implemantasi strategi pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran IPS. Pembelajaran kontekstual atau CTL dapat dimaknai sebagai sebuah strategi pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan melibatkan para peserta didik dalam aktivitas penting dengan kehidupan nyata yang hadapi oleh para peserta didik. Dengan mangaitkan keduanya, peserta didik melihat makna di dalam tugas sekolahnya. Tugas sekolah yang dimaksud misalnya menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan; ketika mereka secara aktif memilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara itu mereka menemukan makna. Penemuan makna adalah ciri utama dari pembelajaran kontekstual Johnson, 2007. Jika pembelajaran kontekstual sebagai suatu strategi, tentu dapat dikembangkan untuk berbagai mata pelajaran termasuk pembelajaran IPS. Untuk melihat bagaimana implementasi strategi kontekstual dalam pembelajaran IPS, simak paparan berikut ini. Sebelum sampai pada pengkajian prosedur, guru sebaiknya mengetahui bahwa CTL sebagai suatu sistem mengandung tiga prinsip utama, yakni kesalingbergantungan yang dimaknai sebagai keterkaitan, saling melengkapi, komunitas; deferensiasi yang sering diidentikkan dengan istilah kebhinekaan, variasi, keberagaman disparitas; dan organisasi diri atau pengaturan diri yang terwujud dalam istilah manifestasi diri, prinsip dalam keberadaan, otonomi, dan pertahanan diri. Tiga prinsip itulah yang menjadi payung bagi komponenunsur dalam pembelajaran kontekstual. Adapun komponen yang dimaksud menurut Johnson 2007 adalah seperti berikut ini. 1. Melakukan kegiatan yang berarti 2. Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri 3. Melakukan kerja sama 4. Berpikir kritis dan kreatif 5. Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang 6. Mencapai standar akademik yang tinggi 7. Menggunakan penilaian autentik 18 Buku Guru Kelas VII SMPMTs Sementara menurut rujukan yang dirancang oleh Depdiknas 2002, komponen CTL terdiri atas: 1. konstruktivis 2. inkuiri 3. bertanya 4. masyarakat belajar 5. permodelan 6. releksi 7. penilaian autentik Namun demikian, jika kedua pendapat disimak lebih dalam, pada dasarnya tidak ada perbedaan. Persamaan yang mendasar yang dapat disimpulkan adalah keduanya bertujuan membangun atau mengonstruk ingat bukan menerima makna yang berkualitas dan dengan menghubungkan pembelajaran dengan lingkungan personal dan sosial peserta didik. Selain itu, keduanya pun menempatkan pembelajaran berbasis masalah, menggunakan konteks yang bermakna, mempertimbangkan kebhinnekaan peserta didik, memberdayakan peserta didik untuk belajar sendiri dan bekerja sama kolaborasi, kooperatif, menggunakan penilaian otentik , dan mengejar standar unggul. Jadi, ketika guru berencana mengembangkan pembelajaran IPS dengan strategi CTL, prinsip dan unsur-unsur tersebut di atas harus benar-benar dipahami dan harus muncul secara jelas baik pada tahap rencana maupun pengembangan dalam pembelajaran di kelas. ”Ingat bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja mandiri, menemukan sendiri, dan merekonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan sendiri melalui bentuk kegiatan belajar bersama” Wiyanarti, 2011. 19 Ilmu Pengetahuan Sosial Bab 4 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII

A. Pendahuluan