Defenisi Perilaku Konsumtif Perilaku Konsumtif

Universitas Sumatera Utara penayangan iklan untuk melakukan pekerjaan lain misalnya pergi ke kamar mandi, mengobrol, mengambil sesuatu, atau melakukan hal- hal lainnya. Kebiasaan lainnya adalah memencet remote control atau memindahkan channel ketika stasiun televisi tengah menayagkan iklan atau mengecilkan suara. Upaya audiensi menghindari siaran iklan dengan memindahkan saluran televisi tidak selalui karena program sebelumnya tidak menarik namun karena rasa ingin tahu untuk melihat program lain yang ditayangkan stasiun televisi lain pada saat bersamaan. 5. Tempat terbatas Tidak seperti media cetak, stasiun televisi tidak dapat seenaknya memperpanjang waktu siaran iklan dalam suatu program. Stasiun televisi tidak dapat memperpanjang waktu siaran iklan tanpa mengorbankan waktu penayangan program. Jika waktu penayangan program banyak diambil untuk iklan, maka hal itu justru akan mengganggu atau bahkan merusak program itu sendiri, sebagai akibatnya audiensi akan meninggalkan acara itu. Selain itu, memperpanjang waktu siaran iklan akan melanggar peraturan pemerintah yang menetapkan bahwa waktu siaran iklan lembaaga penyiaran swasta paling banyak 20 persen dari seluruh waktu siaran setiap hari Morrisan, 2010: 244- 246.

II.5 Perilaku Konsumtif

II.5.1 Defenisi Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai suatu tindakan membeli barang-barang yang kurang atau tidak diperlukan sehingga sifatnya menjadi berlebihan Anggarasari dalam Sumartono, 2002. Bisa dikatakan bahwa seseorang yang konsumtif akan lebih mementingkan faktor keinginan dibanding kebutuhan. Ditambahkan oleh Dahlan dalam Sumartono, 2002 bahwa fenomena Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara ini muncul karena masyarakat cenderung materialistik dan memiliki hasrat yang besar untuk memiliki benda-benda tanpa memperhatikan kebutuhan. Konsumtivisme sebagai kata sifat berkaitan dengan perilaku konsumtif. Perilaku konsumtif adalah perilaku seseorang yang dikendalikan oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan duniawi semata-mata Jhon C Mowen 2002 menjelaskan bahwa perilaku konsumen yang bertindak secara emosional tanpa didasarkan perencanaan dan kebutuhan melainkan hanya karena suatu pemuasan, pemenuhan keinginan akan suatu produk yang dianggap menarik, kemudian melakukan pembelian dengan tidak mempertimbangkan sisi keuangan. Orang yang membeli sesuatu karena keinginannya, maka orang tersebut tergolong bertindak tidak rasional dan akan menjadi perilaku yang konsumtif. Dengan lain kata, perilaku konsumen yang rasional adalah perilaku membeli yang tidak didasarkan pada emosinya melainkan rasio. Misalnya orang membeli barang tidak didasarkan pada keinginannya, tapi pada saat itu barang memang dibutuhkan dan harus segera dibeli. Misalnya orang membeli barang tidak didasarkan pada keinginannya, tapi pada saat itu barang memang dibutuhkan dan harus segera dibeli. Menurut Sumartono 2002, munculnya perilaku konsumtif dikalangan siswa disebabkan oleh dua hal yaitu : 1. Faktor Internal Faktor internal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah: a. Motivasi. Perilaku manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motif. Motivasi merupakan dasar pembelian seseorang terhadap suatu produk atau pada penjual tertentu Dharmesta dan Handoko, 2000. Motivasi merupakan pendorong perilaku orang, tidak terkecuali dalam melakukan pembelian atau penggunaan jasa yang tersedia di pasar. b. Pengamatan dan proses belajar. Sebelum seseorang mengambil keputusan untuk membeli produk, ia akan mendasarkan keputusannya pada pengamatan yang dilakukan. Bila ada pengalaman memuaskan maka pembeli cenderung akan memutuskan membeli kembali Mangkunegara dan Prabu, 2009. Pengamatan adalah suatu proses pada saat konsumen Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara menyadari dan menginterpretasikan aspek lingkungan. Terjadinya pengamatan ini dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau dan sikap dari individu Rismiati dan Suratno, 2001. Proses pengamatan meliputi seluruh variabel pemasaran perusahaan, konsumen akan mempunyai persepsi produk, harga, periklanan dan penjualan dari kegiatan pemasaran perusahaan. Perbedaan pandangan konsumen akan menciptakan proses pengamatan dalam perilaku pembelian yang berbeda pula Dharmesta dan Handoko, 2000. Proses pembelian yang dilkuakan oleh konsumen merupakan sebuah proses belajar, hal ini sebagai bagian dari kehidupan konsumen. Konsumen dalam proses pembeliannya selalu mempelajari sesuatu, proses belajar pada suatu pembelian terjadi apabila konsumen ingin menanggapi dan memperoleh suatu kepuasan Rismiati dan Suratno, 2001. c. Kepribadian dan konsep diri. Kepribadian akan ikut berpengaruh terhadap perilaku pembelian. Konsep diri merupakan pendekatan untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek, image penjual. Setiap orang memiliki kepribadian salah satunya adalah rasa percaya diri dan konsep diri yang berbeda-beda, sehingga memungkinkan adanya pandangan yang berbeda terhadap suatu barang Dharmesta dan Handoko, 2000. Kepribadian dan konsep diri sangat berpengaruh pada perilaku pengambilan keputusan untuk membeli produk, minuman, mobil, warna pakaian dan kegiatan yang sifatnya rekreasional. 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah: a. Kebudayaan Budaya dapat didefenisikan sebagai hasil kreativitas manusia dari satu generasi ke geneasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat Mangkunegara, 2002. Manusia dengan kemampuan akal budaya telah mengembangkan berbagai macam sistem perilaku demi keperluan hidupnya. Kebudayaan adalah determinan yang paling fundamental dari keiinginan dan perilaku seseorang Kotler, 2006 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara b. Kelas Sosial Pada dasarnya manusia Indonesia dikelompokkan dalam tiga golongan Mangkunegara, 2002 yaitu golongan atas, golongan menengah dan golongan bawah. Perilaku konsumtif antar kelas sosial satu dengan yanglain akan berbeda, dalam hubungannya dengan perilaku konsumtif Mangkunegara 2002 mengkarakteristikkan antara lain : 1. Kelas sosial golongan atas, memiliki kecenderungan membeli barang – barang yang mahal, membeli pada toko yang berkualitas dan lengkap, konservatif dalam konsumsinya, barang – barang yang dibeli cenderung untuk dapat menjadi warisan dalam keluarganya. 2. Kelas sosial menengah cenderung membeli barang untuk menampakkan kekayaannya, membeli barang dalam jumlah yang banyak dan kualitasnya cukup memadai. Mereka berkeiinginan membeli barang yang mahal dengan sistem kredit, misalnya membeli kendaraan, mobil mewah dan perabotan rumah tangga. 3. Kelas sosial golongan rendah cenderung membeli barang dengan mementingkan kuantitas daripada kualitasnya. Pada umunya mreka membeli barang untuk kebutuhan sehari – hari, memanfaatkan penjualan barang – barang yang diobral atau penjualan dengan harga promosi. Pengelompokkan diatas dibuat berdasarkan kriteria kekayaan, kekuasan, kehormatan, dan ilmu pengetahuan. Unsur pokok dalam pembagian kelas dari masyarakat adalah kedudukan status dan peranan. c. Kelompok Referensi Kelompok referensi adalah kelompok yang pandangan atau nilai yang dianut anggotanya digunakan individu sebagai dasar bagi perilakunya, atau kelompok yang digunakan individu sebagai acuan berperilaku dalam situasi spesifik. Sebuah kelompok referensi bagi seseorang adalah kelompok – kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok referensi menghadapkan seseorang pada tipe dan gaya hidup baru. Mereka juga mempengaruhi sikap dan gambaran diri seseorang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara karena secara normal menginginkan untuk menyesuaikan diri. Bisa dikatakan bahwa kelompok referensi tersebut menciptakan suasana untuk penyesuaian yang dapat mempengaruhi pilihan orang terhadap merek dan produk Kotler, 2006. d. Keluarga Keluarga sebagai bagian dari faktor eksternal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukkan sikap dan perilaku anggotanya, termasuk dalam pembentukkan keyakinan dan berfungsi langsung dalam menetapkan keputusan konsumen. Keluarga mempengaruhi konsumen dalam membeli barang. Jumlah anggota keluarga dan keadaan sebagai bagian dari faktor eksternal mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukkan sikap dan anggotanya. Keluarga merupakan sebuah lembaga sosial yang penting. Maka secara konsekuen dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan kelompok referensi yang penting. e. Demografi Demografi digunakan untuk menggambarkan populasi dalam istilah ukuran, struktur dan distribusi. Ukuran mengandung arti jumlah individu dalam suatu populasi, struktur menggambarkan populasi dalam bentuk usia dan jenis kelamin sedangkan distribusi populasi menggambarkan lokasi tempat tinggal individu ditinjau dari segi wilayah geografis. Ukuran, struktur dan distribusi mempengaruhi perilaku konsumen serta keinginan konsumen akan jasa dan produk tertentu. Adapun yang menjadi indikator perilaku konsumtif menurut Sumartono 2002 adalah sebagai berikut : 1. Membeli produk karena iming-iming hadiah : individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika membeli barang tersebut. 2. Membeli produk karena kemasannya menarik : konsumen sangat mudah terbujuk untuk membeli produk yang dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna yang menarik. Artinya motivasi untuk membeli produk tersebut hanya karena produk tersebut dibungkus dengan rapi dan menarik. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 3. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi : konsumen mempunyai keinginan membeli yang tinggi, karena pada umumnya konsumen mempunyai ciri khas dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya dengan tujuan agar individu selalu berpenampilan yang dapat menarik perhatian orang lain. 4. Membeli produk atas pertimbangan harga bukan atas dasar manfaat atau kegunaannya : konsumen cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah. 5. Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan : konsumen cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannnya dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dapat dipakai tokoh idolanya. Konsumen juga cenderung memakai dan mencoba produk yang ditawarkan bila ia mengidolakan publik figur produk tersebut. 6. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status : konsumen mempunyai kemampuan membeli yang tinggi baik dalam berpakaian, berdandan, gaya rambut, dan sebagainya sehingga hal tersebut dapat menunjang sifat eksklusif dengan barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi. Dengan membeli suatu produk dapat memberikan simbol status agar kelihatan lebih keren dimata orang lain. 7. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi : konsumen sangat terdorong untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri 8. Mencoba lebih dari dua produk sejenis merek berbeda : konsumen akan cenderung menggunakan produk jenis sama dengan merek yang lain dari produk sebelumnya ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis dipakainya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara II.5.2 Karakteristik Perilaku Konsumtif Handoko dan Swastha 2000 menjelaskan karakteristik perilaku konsumtif seseorang sebagai berikut: a. Keinginan individu untuk membeli barang yang kurang diperlukan. b. Keinginan individu untuk membeli barang yang tidak diperlukan. c. Perasaan tidak puas individu untuk selalu memilki barang yang belum dimilki. d. Sikap individu berfoya-foya dalam membeli barang. e. Kesenangan individu membeli barang dengan harga mahal yang tidak sesuai dengan nilai manfaatnya.

II.5.3 Aspek – Aspek Perilaku Konsumtif

Dokumen yang terkait

Televisi Dan Budaya Populer (Studi Korelasional Pengaruh Terpaan Tayangan Drama Asia (Korea) di Indosiar terhadap Perilaku Budaya Populer di Kalangan Siswa/i SMAN 1 Medan)

1 33 137

Iklan Televisi Program Jalan Sehat 10.000 Langkah Bersama Anlene Terhadap Citra Produk (Studi Korelasional Iklan Televisi Program Jalan Sehat 10.000 Langkah Bersama Anlene terhadap Citra Produk Susu Anlene di kalangan Ibu PKK di Kecamatan Medan Marelan)

0 70 105

Pengaruh Iklan Televisi Coca Cola Versi Ramadhan Terhadap Keputusan Pembelian Pada Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Di Medan

5 39 85

Pengaruh Iklan Televisi Molto Ultra Sekali Bilas Terhadap Keputusan Pembelian Pada Mahasiswa Manajemen Fakultas Ekonomi USU

3 45 92

Pengaruh Penayangan Iklan simPATI freedom Di Televisi Terhadap Keputusan Pembelian Pada Siswa SMA Santo Thomas 1 Medan

2 36 99

Pengaruh Iklan Bersambung Televisi Pond’s Flawless White terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswi Politeknik Negeri Medan

1 26 91

Hubungan Keterdedahan Tayangan Iklan Komersial Televisi dengan Perilaku Konsumtif Masyarakat Desa di Kecamatan Jonggol

1 14 73

IKLAN TELEVISI DAN PERILAKU KONSUMTIF (1)

0 0 10

BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi II.1.1 Defenisi Komunikasi - Iklan Televisi dan Perilaku Konsumtif (Studi Deskriptif Tentang Iklan Televisi Dalam Mendorong Perilaku Konsumtif Siswa SMU St. Thomas – 1 Medan)

0 0 36

PENGARUH TERPAAN IKLAN TELEVISI TEKHADAP PERILAKU KONSUMTIF IBU RUMAH TANGGA DI KOTA PADANG SUMATERA BAMT

0 2 255