aliran dan bukan suatu ilmu yang hanya mempelajari bahasa-bahasa alami yang dipakai dalam sastra, tetapi juga sistem-sistem tanda lainya untuk menemukan kode-kode dalam teks sebuah
karya sastra Jan Van Luxemburg,1986:44-45. Semiotika sastra lebih mengarah pada cara-cara untuk membedakan tanda-tanda sastra
dengan tanda tipe-tipe wacana yang lain yang mengandung kesusastraan sebagai kegiatan yang mempersoalkan tipe-tipe tanda yang lain.
Dapat disimpulkan bahwa dalam menginterprestasikan sebuah teks karya sastra dapat dilakukan melalui tanda-tanda yang tepat dalam teks sastra tersebut. Hal ini berarti, apabila ingin
melihat budaya yang berdapat di dalam sebuah teks karya sastra, dapat diinterprestasikan dengan cara memahami konsep dasar tentang budaya yang ingin diambil, kemudian menghubungkan
konsep tersebut dengan bagian-bagian teks yang menjadi tanda yang memiliki sifat indeksikal. Jadi, unsur budaya yang terdapat dalam sebuah karya sastra dapat dijadikan sebagai tanda untuk
diinterprestasikan dengan mengambil bagian-bagian teks dalam karya sastra tersebut.
2.5 Biografi Tetsuko Kuroyanagi
Lahir di Tokyo, Tetsuko Kuroyanagi merupakan putri dari pemain biola terkenal dan salah satu tokoh pertelevisian populer di Jepang.
Ia mempelajari opera di Tokyo Collage of Music, dan memutuskan untuk jadi aktris ketika lulus. Sebagai aktris panggung dan televisi, ia memenangkan berbagi penghargaan untuk
perannya yang luar biasa dalam Master Class karya Edward Albee. Ia juga berperan dalam
Lettice and Lovage karya Pater Shaffer serta Marlene karya Pam Gem. Pada tahun 1972 Tetsuko mempelajari seni peran panggung di Marry Tarcai Studio, New York.
Tetsuko Kuroyanagi telah menerima berbagai penghargaan yang diberikan kepada tokoh pertelevisian di Jepang. Talk Show hariannya, “Tetsuko’s Room”, masih terus diminati meskipun
telah disiarkan lebih dari 25 tahun. Tetsuko juga seorang penulis dan ahli panda. Selain mengarang Panda and I, ia juga
menjabat sebagai anggota dewan di Worldwide Fund for Nature Jepang. Memoir masa kecilnya, edisi bahasa Jepang Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela telah terjual lebih dari tujuh juta
eksemplar dan masih menjadi buku terlaris di Jepang. Buku tersebut telah diterjemahkan dan diterbitkan di 33 negara lain. Totto foundation yang dibiayai dari royalti bukunya mendukung
Japan Theater of the Deaf yang memberikan pelatihan-pelatihan professional kepada actor-aktor tuli.
Sukses internasional Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela mengantarnya menjadi Duta Kemanusiaan UNICEF pada tahun 1984. Tetsuko Kuroyanagi juga dianggap sebagai penulis
kisah-kisah humoris dan merupakan kontributor rutin di beberapa majalah sastra. Ia adalah anggota internasional Pen Club.
BAB III KONSEP NINJÕ DALAM NOVEL “TOTTO-CHAN’ S CHILDREN’’
3.1 Sinopsis
Totto chan kini sudah menjadi dewasa. Tapi Totto chan tak pernah melupakan masa kecilnya. Karena itulah Totto chan langsung setuju ketika UNICEF menawarinya untuk jadi
Duta Kemanusiaan. Sejak itu Totto Chan berkunjung ke banyak Negara dan menemui berbagai macam anak. Di Negara-negara yang mengalami kekeringan hebat atau terkena dampak perang,
anak- anak yang sebenaranya polos dan tak berdosa selalu jadi korban. Ternyata masih banyak sekali anak-anak dunia yang tidak bisa makan, tidak bisa sekolah, tidak bisa dirawat ketika sakit,
bahkan mengalami trauma hebat akibat perang. Kisah ini adalah kisah tentang cinta dan belas kasih, simpati untuk anak-anak di seluruh dunia, untuk setiap anak dan setiap yang ditemuinya
dalam tugas kemanusiannya bersama UNICEF. Dalam novel ini juga ia berbagi perasaan dan pemahamanya yang mendalam, dalam konteks global, tentang kesengsaraan anak-anak di
sebagian Negara berkembang seperti Tanzania, Nigeria, India, Mozambik, Kamboja Vietnam, Anggola, Banglades, Irak, Eitopia, Sudan, Rwanda, Haiti, Bosnia-Herzegovina.
1. Tanzania 1984
Tanzania adalah tur kemanusian pertama oleh Totto chan, di Negara ini hampir wilayahnya mengalami kekeringan parah karena hampir 4 tahun tidak turun hujan, sehingga tak
ada gandum yang bisa tumbuh. Setiap hari di Negara ini hampir kira-kira enam ratus anak di bawah umur lima tahun meninggal akibat kelaparan dan wabah penyakit. Banyak anak-anak