terhibur dengan lagu yang dinyayikan Totto chan kepada anak-anak itu. Dengan berasama-sama bergandengan tangan dan menyayi Totto chan memciptakan suasana yang hangat untuk anak-
anak tersebut agar mereka terhibur dan senang. Sikap dan perilakun yang dilakukan oleh Totto chan merupakan indeksikal adanya konsep Ninjõ.
3.2.10. Cuplikan ketika di Sudan. Cuplikan :
Sebagian besar penduduk kehilangan rumah dan keluarga mereka dalam perang saudara. Meskipun begitu, anak-anak tetap tersenyum dan tampak bersahabat, mereka mengulurkan
tangan kepadaku. Satu anak kecil menyorongkan tanganya melewati kerumunan orang. “Senang sekali bertemu denganmu di sini,’’ kataku saat meremas tanganya. Anak-anak itu seperti
malaikat. Sepertinya mereka tidak peduli yang mana teman dan mana musuh. Mereka juga tidak memedulikan penampilan mereka. Yang mereka pedulikan hanyalah bahwa mereka ada di sana,
dan mereka senang bersalaman denganku. Tetsuko Kuroyanagi : 220
Analisis :
Totto chan merasa sangat senang dan cinta kepada anak-anakm itu terlihat dari cuplikan dia atas. Dimana Totto chan dia tersenyum dan juga memperlakukan anak itu dengan sangat baik
dengan menggengam tangan dan meremasnya, dan berbicara kepada anak itu dengan sangat hangat dan mengatakan dia sangat senang bertemu dengan mereka. Perilaku dan sikap Totto
chan kepada anak-anak itu merupakan indeksikal adanya konsep Ninjõ.
3.2.11. Cuplikan Ketika di Rwanda.
Cuplikan :
Ada bertemu anak laki-laki berumur tiga belas tahun yang tubuhnya dipenuhi perban, mulai dari mata kanan sampai lenganya. Ia sedang berjalan-jalan ketika ranjau darat tidak
meledak. Pecahan ranjau darat tersangkut di matanya. Bahkan, besok bola matanya harus dikeluarkan, tapi ia tidak diberitahu soal oprasi ini dan tidak tahu bahwa pengheliatan kananya
sudah tak berfungsi. Ia sedang malalap bubur jagungnya dengan nikmat. “Apa cita-citamu saat dewasa nanti?” tanyaku
‘‘Aku ingin jadi dokter dan mengobari penyakit banyak orang,’’ jawabnya tanpa ragu. ‘‘Aku akan tetap bercita-cita jadi dokter, kan ?’’ kataku, berusaha sebisa mungkin untuk
kedengaran meyakinkan. Tetsuko Kuroyanagi : 228-229
Analisis :
Cuplikan di atas merupakan dialog antara Aku Totto chan dan seorang anak laki-laki yang berumur tiga belas tahun. Totto chan merasa sangat iba melihat konsdisi anak itu dan
mencoba mengiburnya dengan menanyakan beberapa pertanyaan agar anak itu bisa mengutarakan isi hatinya. Terlihat dari percakapan ini betapa perhatianya Totto chan memberi
perhatia dan semangat agar cita-cita anak itu tercapai dan terwujud. Sikap dan prilaku Totto chan ini merupakan adanya indeksikal konsep Ninjõ.
Cuplikan :
Anak laki-laki itu tetap tidak bergerak. Setelah beberapa menit, aku memindahkan tanganya yang kecil dan membungkuk di hadapanya, menatap matanya. Anak ini berwajah
tampan dan bermata besar. Aku menggenggam tanganya dan berkata, “Semuanya akan baik-baik saja, bukan? Kau sedang memikirkan ibumu, bukan? Kau merasakanya, dan kurasa sekarang
sudah cukup. Jadi smoga berhasil, dan Tuhan memberkatimu” Anak itu menatap mataku saat aku bicara, dan ketika aku selesai berbicara, ia
mengangguk, seolah ia mengerti bahasa Jepang-ku. Yang dirindukan anak-anak ini adalah sentuhan hangat, kata-kata yang lembut, dan kehadiran ibu yang menenangkan. Aku belajar
bahwa bagi seorang anak hal-hal ini sama pentingnya dengan obat-obatan dan makanan. Tetsuko Kuroyanagi : 229-231
Analisis :
Aku Totto chan merasa kasihan dan iba melihat anak laki-laki itu karena dia merupakan korban tembakan dan ibunya meninggal dunia. Totto chan menggenggam tangan anak itu dan
berusaha menghiburnya. Totto chan juga dapat merasakan penderitaan yang diraskan anak itu.Seakan merasakan dan memahami perasaan anak itu Totto chan pun memberikan semangat
dan dukungan kepada anak itu dengan mendoakannya. Sikap dan prilaku Totto chan ini indeksikal adanya konsep Ninjõ.
Cuplikan :
Si fotografer berkata, “anak-anak begitu takut dan gugup. Dan mereka tak pernah tersenyum. Kau bisa merasakan betapa beratnya beban psikologis yang mereka tanggung.”
Untuk membuat anak-anak itu tersenyum, aku mencoba bicara dengan cara yang lucu dan beryanyi. Mereka hanya tertawa kecil.
Tetsuko Kuroyanagi : 249-250
Analisis :
Cuplikan ini terlihat adanya rasa iba dan kasihan Totto chan kepada anak-anak korban perang itu. Karena Totto chan merasa sangat kasihan Totto chan pun mengambil inisiatif untuk
menghibur anak itu dengan mencoba berbicara dengan cara yang lucu dan juga bernyayi, usaha Totto chan pun berhasil walupun anak-anak itu tertawa kecil. Sikap dan prilaku ini merupakan
indeksikal adanya konsep Ninjõ.
3.2.12. Cuplikan Ketika di Haiti. Cuplikan :