Dalam novel Tetsuko Kuroyanagi ini adalah satu novel yang dalam ranggka mengekspresikan mengenai pengalaman dia ketika mengunjungi Negara yang akan ditujunya
dalam misi tugas kemanusiaan. Novel ‘‘Totto-chan’s Children’’ Karya Tetsuko Kuroyanagi bercerita tentang kisah perjalanan Tetsuko Kuroyanagi melalui seorang tokoh Totto-chan
keberbagai Negara yang dikunjunginya dalam misi perjalanan kemanusiaan untuk anak-anak dunia melalui UNICEF United Nations Children’s Fund. Negara yang di kunjunginya seperti
Tanzania, Nigeria, India, Mozambik, Kamboja, Vietnam, Anggola, Banglades, Irak, Eitopia, Sudan, Rwanda, Haiti, Bosnia-Herzegovina. Anak-anak yang menjadi korban kemiskinan,
kondisi kesehatan yang buruk, dan juga perang, sehingga muncul perasaan alamiah Totto chan seperti rasa iba, belas kasih, rasa simpati, terhadap manusia khususnya kepada anak-anak yang di
temuinya di Negara itu yang mencerminkan Ninjõ. Konsep Ninjõ ini dapat dilihat pada beberapa cuplikan dari novel “Totto-Chan’s Childrean” berikut ini :
3.2.1. Cuplikan Ketika di Tanzania. Cuplikan :
Aku bertemu dengan anak laki-laki berumur enam tahun di Tanzania, namanya rogati. Normalnya anak laki-laki seumur itu bersekolah di sekolah dasar, tapi dia sangat kecil dan
hampir tak bisa berdiri, berjalan, atau berbicara. Yang bisa dia lakukan hanyalah merangkak di tanah yang dingin. Aku diberi tahu bahwa kerusakan otak rogati tidak bisa disembuhkan, bahkan
memberinya makan pada tahap initidak akan memberinya makanan pada tahap ini tidak akan berdampak positif pada kondisinya. Itulah akibat kelaparan. Sedih sekali saat berfikir bahwa
sebenarnya kondisi ini hanya karena kekurangan makanan.
Karena rogati tidak memakai celana dan merangkak di tanah dengan kaki telanjang, tangan dan kakinya sedingin es. Orang mungkin mengira Afrika Negara yang panas, tetapi di
sini, di dekat gunung Kilimanjoro yang berada kira-kira 5.750 meter di atas permukaan laut, udara sangatlah dingin. Yang bisa kulakukan untuk anak itu hanyalah menggenggam tanganya
dan berusaha menghangatkanya. Rogati seakan memandang tepat ke hatiku dengan matanya yang besar. Ia terus mengulangi “giyon-giyon” hanya itu yang bisa ia katakan.
Tetsuko Kuroyanagi : 27
Analisis :
Cuplikan diatas menceritakan Aku Totto chan berjumpa dengan seorang anak kecil bernama rogati tubuhnya sangat kecil dan lemah yang hanya dia bisa lakukan adalah merangkak
di tanah. Otaknya rusak karena kelaparan. Karena anak itu sangat menyedihkan sekali keadaanya sehimgga Totto chan merasa kasihan dan iba melihat rogati yang duduk ditanah yang sangat
dingin itu, kemudian Totto chan menghampri rogati dengan menggengam anak itu dan berusaha menggangatkanya. Ini merupakan indeksikal adanya konsep Ninjõ yang direalisasikan oleh Totto
chan kepada anak tersebut.
Cuplikan :
Di samping air mata, mata anak-anak itu juga ditutupi lalat. Lalat juga hinggap di mulut para bayi, berusaha mengisap nutrisi dari air mata, hidung, dan mulut mereka yang kecil. Aku
tak sanggup melihat lalat-lalat itu dan terus berusaha mengusir mereka dengan tanganku. Anak- anak itu bahkan tak punya kekuatan untuk melakukan dan membiarkan serangga merangkak di
wajah mereka.
Ketika lalat-lalat pergi dan aku bisa melihat wajah anak-anak itu dengan jelas, sulit rasanya melihat mata-mata yang indah dan besar itu menatapku, tahu bahwa tak ada yang bisa
kulakukan untuk membantu. Oh, seandainya saja ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk kalian, pikirku saat memeluk mereka. Tapi bahkan ketika aku menimang mereka, mereka tidak
tersenyum. Butuh nutrisi agar kau bisa tersenyum. Yang bisa dilakukan bayi-bayi itulah hanyalah menatapku dalam diam. Meskupun begitu, setiap anak yang kupeluk pasti memegangi bajuku.
Seolah mereka berusaha memberitahuku bahwa mereka suka dipeluk. Anak-anak itu tidak hanya kelaparan makanan, tapi juga lapar akan cinta.
Tetsuko Kuroyanagi 31-32
Analisis :
Cuplikan diatas menceritakan Aku Totto chan melihat anak-anak yang sedang diam melihat Totto chan. Anak-anak tersebut ada kira-kira sebanyak dua puluh anak. Mereka diam
dan lesu, terlihat ada air mata yang mengalir air mata di bawah mata anak-anak tersebut, di samping air mata tersebut, ada banyak lalat-lalat yang hinggap. Selain di mata lalat juga hinggap
di mulut mereka yang kecil. Sehingga Totto chan merasa iba dan tak sanggup melihat lalat-lalat itu dan Totto chan terus berusaha mengusir lalat-lalat dengan tangannya. Anak-anak itu bahkan
tak punya kekuatan untuk melakukan dan membiarkan serangga merangkak di wajah mereka. Dari cuplikan tersebut terlihatb adanya rasa iba dan rasa kasih sayang Totto chan kepada anak-
anak tersebut dengan mengusir lalat-lalat yang hinggap di mata dan di mulut anak-anak tersebut. Selain mengusir lalat-lalat yang hinggap Totto chan juga memeluk dan menimang mereka, ini
merupakan indeksikal adanya konsep Ninjõ yang direalisasikan oleh Totto chan kepada anak- anak tersebut.
Cuplikan : Saat mengunjungi berbagai jenis tempata di Tanzania, sebagian besar pemandangan
yang kulihat begitu memilukan, tetapi aku tak penah megizinkan diriku menangis. Panti asuhan itu menampung kira-kira lima puluh anak, dari bayi sampai anak umur enam tahun. Beberapa
anak berkondisi sehat. Yang lain, misanya anak-anak yang ditelantarkan karena buta akibat demam malaria, tidak sehat .
Aku betul-betul iba kepada anak-anak yatim piatu itu dan bermain dengan anak-anak yang masih kecil, bercakap-cakap dengan anak-anak yang lebih besar dalam bahasa yang tak
dapat mereka pahami, dan bergabung dengan mereka semua pada waktu makan . Tetsuko Kuroyanagi : 33
Analisis :
Peristiwa yang terjadi di atas adalah peristiwa dimana Aku Totto chan sedang mengunjungi sebuah panti asuhan. Di panti asuhan tersebut banyak anak-anak yang sangat
menyedihkan, misalnya anak-anak yang ditelantarkan karena buta karena akibat demam malaria dan tidak sehat. Ada yang kelaparan dan ada juga anak-anak yang hidup tanpa keluarga dari
mereka lahir kedunia ini . Aku betul-betul iba kepada anak-anak yatim piatu itu dan bermain dengan anak-anak yang masih kecil, bercakap-cakap dengan anak-anak yang lebih besar dalam
bahasa yang tak dapat mereka pahami, dan bergabung dengan mereka semua pada waktu makan . Dari cuplikan ini merupakan indeksikal konsep Ninjõ yang direlasasikan oleh Totto chan
kepada anak-anak terebut. Adanya rasa iba dan kasih sayang Totto chan, dengan rasa iba yang dirasakan oleh Totto chan maka timbullah kebaikan dengan bermain dan bercakap-cakap
bersama dengana anak-anak itu.
Cuplikan :
Aku memperhatikan seseorang gadis kecil yang umurnya kira-kira dua setengah tahun, memakai baju hijau,berdiri sendirian di sudut, memandangiku.
“Ayo kemari dan bergabunglah dengan kami” kataku dalam bahasa jepang sambil mengulurkan tangan. Tapi dia tidak bergerak.
Saat itu, anak-anak yang lain sudah menarik-narik bajuku dan memanjat ke punggungku. Tak perduli betapa besarnya aku mengajak gadis kecil berbaju hijau itu untuk bergabung dengan
kami, dia tetap tak mau menghampiri. Benedicta sangat nyaman di pangkuanku dalam berbaring di situ lama sekali, seperti
kucing kecil. Kemudian tangan-tangannya memeluk leherku dan kakinya melingkari tubuhku. Ia tak mau melepaskan peganganya, jadi aku menggendongnya dalam pelukanku saat melanjutkan
berkeliling panti asuhan.
Tetsuko Kuroyanagi : 34
Analisis :
Cuplikan di atas bercerita tentang seorang anak kecil yang bertemu dengan Aku Totto chan bernama Benedicta. Dia tidak pernah berbicara dan sering mengurung diri akibat trauma
buruk karena ibunya meninggal dunia. Banyak anak-anak seumuran Benedicta yang sedang bermain dengan Totto chan namun Benedicta tidak mau ikut bermain dengan Totto chan dan
teman-temanya. Sehingga Totto chan memanggil dan bersuasaha untuk mengajak Benedicta dan berkata kepadanya dengan cuplikan sebagai berikut “Ayo kemari dan bergabunglah dengan
kami” kataku dalam bahasa jepang sambil mengulurkan tangan. Tapi dia tidak bergerak. Terlihat di cuplikan ini adanya rasa kasih sayang yang di tunjukkan oleh Totto chan kepada anak
tersebut dengan cara membujuk Benedicta untuk bermain bersama mereka. Ini merupakan indeksikal adanya konsep Ninjõ. Setelah beberapa lama kemudian Totto chan akhirnya berhasil
membujuk anak tersebut dan langgsung menghampiri Totto chan Kemudian tangan-tangannya memeluk leherku dan kakinya melingkari tubuhku. Ia tak mau melepaskan peganganya, jadi aku
menggendongnya dalam pelukanku saat melanjutkan berkeliling panti asuhan. Terlihatlah konsep Ninjõ yang direalisasikan oleh Totto chan dengan adanya perlakuan baik kepada anak
tersebut melalui pelukannya terhadap anak itu.
3.2.2. Cuplikan Ketika di Nigeria. Cuplikan :