Sinopsis KONSEP NINJÕ DALAM NOVEL “TOTTO-CHAN’ S CHILDREN’’

BAB III KONSEP NINJÕ DALAM NOVEL “TOTTO-CHAN’ S CHILDREN’’

3.1 Sinopsis

Totto chan kini sudah menjadi dewasa. Tapi Totto chan tak pernah melupakan masa kecilnya. Karena itulah Totto chan langsung setuju ketika UNICEF menawarinya untuk jadi Duta Kemanusiaan. Sejak itu Totto Chan berkunjung ke banyak Negara dan menemui berbagai macam anak. Di Negara-negara yang mengalami kekeringan hebat atau terkena dampak perang, anak- anak yang sebenaranya polos dan tak berdosa selalu jadi korban. Ternyata masih banyak sekali anak-anak dunia yang tidak bisa makan, tidak bisa sekolah, tidak bisa dirawat ketika sakit, bahkan mengalami trauma hebat akibat perang. Kisah ini adalah kisah tentang cinta dan belas kasih, simpati untuk anak-anak di seluruh dunia, untuk setiap anak dan setiap yang ditemuinya dalam tugas kemanusiannya bersama UNICEF. Dalam novel ini juga ia berbagi perasaan dan pemahamanya yang mendalam, dalam konteks global, tentang kesengsaraan anak-anak di sebagian Negara berkembang seperti Tanzania, Nigeria, India, Mozambik, Kamboja Vietnam, Anggola, Banglades, Irak, Eitopia, Sudan, Rwanda, Haiti, Bosnia-Herzegovina.

1. Tanzania 1984

Tanzania adalah tur kemanusian pertama oleh Totto chan, di Negara ini hampir wilayahnya mengalami kekeringan parah karena hampir 4 tahun tidak turun hujan, sehingga tak ada gandum yang bisa tumbuh. Setiap hari di Negara ini hampir kira-kira enam ratus anak di bawah umur lima tahun meninggal akibat kelaparan dan wabah penyakit. Banyak anak-anak yang tumbuh yang tubuhnya hanya tulang berbalut kulit, tulang rusuk mereka menonjol jelas. Kelaparan di Negara ini sangat mengerikan. Totto chan bertemu dengan seorang anak laki-laki yang kecil dan hampir tidak dapat berdiri, berjalan dan berbicara. Nama anak itu bernama Rogati, yang hanya bisa dia lakukan hanya meranggkak di tanah yang dingin, itu merupakan dampak dari kelaparan dinegara ini. Saat itu dia tak tahu bahwa kelaparan bisa begitu mengerikan, Totto chan benar –benar shock setelah melihat Fenomena itu dan merasa begitu sedih dengan apa yang terjadi dengan anak yang di lihatnya di tanah yang dingin itu. Yang hanya bisa dia lakukan untuk anak itu hanya mengenggam tanganya dan berusaha menggangatkanya, hatinya seakan memandang hatiku dengan mata lebar tuturnya. Kegiatannya di Tanzania lebih banyak dalam hal meliput kunjunganya yang akan di siarkan di televisi cenderung lebih konsentrasi kepada anak-anak yang kelaparan dan kekeringan untuk mendapatkan simpati publik, tetapi dalam kapasitasnya sebagai Duta Kemanusian UNICEF.

2. Nigeria 1985

Tidak jauh berbeda dengan Tanzania, di Negara ini hampir setengah wilayahnya adalah padang pasir, karena hujan jarang sekali turun di Negara yang berada di ujung selatan Sahara. Masalah terberat Negara ini adalah kekeringan yang luar biasa. Di Nigeria persisnya di dekat Tanout, dia melihat kolam pertama di gurun pasir. Disana, sekelompok anak dari suku nomad membawa kira-kira tiga puluh kambing dan domba untuk minum. Airnya berlumpur dan berwarna coklat pekat, tapi binatang-binatang itu minum dengan sangat bersemangat sekali. Satu anak laki-laki berumur enam atau tujuh tahun dan dua anak perempuan bekerja keras mengisi wadah-wadah dengan cairan berlumpur itu untuk di minum. Dia hampir tak tahan melihat semua itu karena mereka sudah terlihat sama dengan kambing-kambing yang sedang minum air yang coklat itu. Sungguh tragis dan menyayat hati bila di bandingkan dengan kita yang selalu membuang-buang air tanpa rasa bersalah. Banyak orang menggungsi ke Tanout karena sebagian wilayahnya masih terdapat banyak asupan air dari bawah tanah. Disana ada sebuah kamp pengungsian, anak-anak di kamp pengungsi begitu kecil dan kurus dan sering kali kulit mereka dipenuhi koreng, beberapa ribu anak meninggal akibat penyakit tersebut. Tak jauh dari Tanout ada sebuah desa kecil, di desa itu sudah dibangun sebuah sumur yang dibuat oleh UNICEF. Airnya tidak begitu deras namun sangat jernih. Orang-orang bersukaria karena telah memberikan sumber berkah kepada mereka karena sumur itu dianggap sebagai sumur pemberi kehidupan. Karena mereka sangat senang dengan yang dilakukan UNICEF, mereka memberikan sebuah hadiah kepada Totto chan. Hadianya adalah tiga ayam berbulu coklat, walupun Totto chan suka dengan hewan tapi takut kepada ayam, Karena ketika dia kecil pernah dikejar-kejar ayam. Mereka akan sakit hati bila Totto chan tidak menerima hadiah itu. Sambil Totto chan berkonsentrasi dengan niat baik masyarakat itu, dia tersenyum dan berkata “Terima kasih banyak” ucapnya dengan senang hati walupun dia takut menerima ayam-ayam itu. Totto chan sangat terharu ketika menerima ayam-ayam yang sangat berharga itu. Apalagi dengan memberikan air bersih kepada mereka layaknya seperti memberikan kehidupan kepada anak- anak itu.

3. India 1986

India sangat berbeda dengan Tanzania dan Nigeria, Negara yang telah dikunjungi oleh Totto chan, dalam hal lahan hijaunya yang indah. Begitu banyak tumbuhan hijau di mana-mana. India merupakan Negara berpenduduk kedua terbanyak di dunia setelah cina. Madras adalah kota yang berda di bagian selatan india yang berpenduduk padat, tetapi merupakan daerah yang sangat indah untuk wisatawan namun kerena beberapa alas an 92 persen anak-anak Madras menderita kekurangan gizi. Bukan hanya di Madras namun di seluruh India menderita kekurangan gizi, banyak ibu-ibu yang kekurangan gizi saat mengandung dan sesudah melahirkan, sehingga anak-anak pun pasti akan kekurangan gizi. Selain kekurangan gizi, tetanus juga salah satu masalah penyakit yang terbanyak di India. Tetanus disebabkan oleh bakteri beracun yang berdampak pada sistem saraf pusat. Spora tetanus hidup di tanah dan mengakibatkan infeksi ketika bersentuhan dengan luka. Otot-otot penderita akan kejang hebat. Kekakuan otot akan semakin parah hingga akhirnya mengganggu pernafasan. Sering sekali pasien menderita radang paru-paru dan akhirnya meninggal, sungguh sangat memilukan sekali. Totto chan bertemu dengan seorang pasien yang masih anak-anak yang berbaring kaku di sebuah kasur yang kumuh. Dia seorang penderita tetanus. Dia menyentuh kaki anak itu yang sangat kurus itu, tulangnya sangat terlihat jelas dan sangat keras. Itu merupakan cirri-ciri penyakit tetanus. Anak itu berkata terbata-bata karena suaranya sangat halus sekali dan berucap “aku berdoa untuk kebahagianmu” katanya dengan lembut. Totto chan kehabisan kata-kata, karena dia merasa sangat kasihan kepada anak itu walaupun dirinya dalam ambang kematian namun masih memikirkan orang lain dan berkata aku berdoa untuk kebahagianmu. Totto chan merasa sedih sekali, dan hanya yang bisa dia katakanya kepada anak itu “ kumohon maafkanlah aku, aku benar-benar menyesal tidak bisa memberimu Vaksin. Karena dalam melawan penyakit ini cara satu-satunya adalah memberikan vaksin kepada penderitanya agar kumanya mati. Kata-kata anak itu benar-benar tidak terduga, dia begitu terharu karena harus cepat-cepat meninggalkan tempat itu.

4. Mozambik 1987

Perang gerilya yeng terjadi di Negara ini membuat populasi dan ancaman kematian merupakan dampak dari perang ini. Tentara gerilya selalu menanam ranjau atau bom di dalam tanah, gedung-gedung, menjarah hasil panen, membakar ladang, dan semua yang mereka lihat pun dihancurkan. Para lelaki dibunuh tanpa sebab, wanita diperkosa dan anak-anak yang cukup umur diculik dan dijadikan pakasa menjadi tentara gerilya. Perang ini membuat trauma kepada anak-anak, karena mereka tidak tahu mengapa perang terjadi. Totto chan merasa sangat tidak adil kerana mengapa harus anak-anak yang menanggung beban perang ini padahal anak-anak merupakan generasi penerus mereka yang akan datang. Di Mozambik ada sebuah sekolah dasar namun, sekolahnya tidak punya ruangan seperti pada umumnya namun berruangan gerbong kereta api yang tidak layak di pakai lagi. Gerbong sekolah itu mengingatkan Totto chan pada sekolahnya dulu yang juga sama mempunyai seolah yang ruanganya berada di sebuah gerbong kereta api. Anak-anak disana sangat bersemangat sekolah karena mereka menganggap ilmu itu akan mengubah kehidupan mereka. Namun kondisi keamanan sekolah mereka jauh berbeda dengan sekolah Totto chan karena adanya perang yang sangat memcengkam, karena itu Totto chan dengan tak sadar menatap anak-anak dan meneteskan air mata di pipinya itu.

5. Kamboza dan Vietnam 1988

Lagi-lagi perang yang menjadi masalah terberat Negara ini. Akibat perang dan perebutan kekuasaan, banyak manusia yang meninggal. Salah satunya adalah rezim Pol Pot. Rezim itu mengakibatkan sekitar tiga ribu anak menjadi yatim piatu karena dibunuh secara sadis. Dari jumlah tersebut tidak ada satu persen pun anak-anak tersebut tinggal di panti asuhan karena hanya 33 panti asuhan yang ada di seluruh negeri ini. Totto chan pun akhirnya berkunjung ke sebuah panti asuhan milik Negara untuk anak-anak kecil. Mereka manis-manis dan ramah sekali. Dari semua yang dilihatnya di Negara ini pemandangan seribu tenggkorak karena keganasan razim Pol Pot yang menumpuk tingggi dan menatap langit masih membebani pikiranya. Racun yang dipakai oleh tentara Amerika selama Perang Vietnam, bom yang belum meledak saat perang dan tiba-tiba meledak sekarang, juga hal-hal seperti kekurangan gizi, dan anak yang tuna netra. Ada pula anak perempuan yang dilahirkan tanpa memiliki bola mata, ini efek samping mengerikan racun perang. Usianya kira-kira sama dengan anak sekolah menengah, dengn poni rambut yang menutupi keningnya. Wajahnya seperti topeng mati, kosong dan tanpa ekspresi. Dia tak sanggup melihat wajah anak itu dan berkata kepadanya “teruslah tersenyum”.

6. Angola 1989

Angola terletak di sebelah utara Afrika Selatan, jauh ke arah mengghadap ke Samudra Atlantik. Angola kaya akan emas, minyak bumi dan logam. Sebagian besar penduduk asli anggola ahanya dipekerjakan sebagai buruh, selain itu para petani dipaksa melakukan wajib militer untuk melindungi Negara. Negara ini baru saja merdeka dan enam puluh persen anggaran belanja Negara disisihkan untuk pertahanan. Perang sipil telah berlangsung begitu lama sampai- sampai dilaporkan bahwa dari seribu anak, 375 di antaranya akan meninggal sebelum mencapai usia lima tahun, sungguh sangat tragis. Di Angola ada hal yang sangat menarik perhatian Totto chan. Anak-anak yang ingin sekolah harus membawa bangku mereka ke sekolah karena tidak ada banggku yang di sediakan disekolah, karena keterbatasan biaya. Mereka tidak membawa tas dan makanan hanya membawa bangku yang tidak mempunyai sandaran, bila tidak memiliki bangku mau tak mau mereka harus duduk di tanah. Banyak anak-anak yang dia temui di Negara ini mereka bercerita tentang kekejaman peperangan yang mereka alami dimana mereka kehilangan orang-orang yang mereka cintai, dan ada juga yang membuat mereka cacat seumur hidup. Dia begitu mendengarkan semua curahan hati anak-anak dengan sangat prihatin dan mengghibur anak-anak itu dengan permainan-permainan yang penuh dengan kehangatan. Secara tak sengaja permainan itu menjadi sebuah tarian dan mereka bersama-sama mengatakan “Kebebasan”. Mendengar itu Totto chan ingin memberikan harapan kepada mereka.

7. Banglades 1990

Negara ini sangat subur namun sering terjadi banjir yang sangat parah sekali. Akibat banjir memicu banyaknya penyakit sehingga banyak masyarakat mengidap penyakit diare. Selain banjir sebelumya juga terjadi perang yang mengakibatkan banyak manusia yang meninggal dunia. Tidak heran jika rumah-rumah yang di dekat sungai hanyut setiap kali banjir dan air langgsung menuju ke tengah kota. Menurut laporan UNICEF tentang banjir tersebut, angin bertiup begitu cepat dan kencang hingga para ibu mengikat anaknya di pohon agar anak-anaknya tidak diterbangkan oleh angin. Badai juga tidak hanya mengambil nyawa manusia, namun juga merusak panen Bangladesh. Bencana alam seperti itu merupakan penyebab utama terjadinya kelaparan, penyakit, dan kemiskinan di Negara tersebut. Penyebab kematian anak-anak kebanyakan meninggal karena diare, karena anak-anak tidak meminum air yang higienis. Sepertiga kematian anak dibawah umur lima tahun disebabkan penyakit yang berhubungan dengan diare. Penularan penyakit terjadi pada waktu banjir, dan meminum air yang belum direbus. Rumah sakit yang dibangun untuk Pusat Penelitian Internasional untuk Diare. Ada seorang anak yang sangat memperinhatinkan. Dia terlihat sangat menderita dan sengsara, sehingga dia tak sanggup lagi untuk menangis, seakan merintih dan memohon “aku hanya ingin hidup lebih lama” seketika Totto chan bergumam Maafkanlah aku katanya perlahan namun dia menyemangatinya dengan jangan menyerah katanya.

8. Irak 1991

Perang merupakan penyebab utama banyaknya kematian di Irak. Perang ini berawal dari Amerika dan sekutu meluncurkan serangan udara besar-besaran atas iarak, yang dikenal dengan Perang Teluk Persia. Akibat perang perekonomian irak menurun dan terjadinya inflasi yang sangat mengejutkan. Bahan makanan sangat mahal, maupun kebutuhan pokok lainya. Karena sebab itu rakyat pun jatuh miskin dan ancaman lingkungan yang sangat megerikan karena jorok dan tidak terurus. Anak-anak pun banyak terserang penyakit diare dan kekurangan gizi. Ada seorang bayi yang sangat memperihantinkan, tubunya sangat keriput dan hanya terlihat tulang, pipinya keriput dan tampak seperti wanita tua. Ibunya begitu kekurangan gizi hingga tidak bisa memproduksi ASI. Tragisnya yang hanya bisa diberikan sang ibu adalah air gula. Pandangan matanya sangat tajam dan penuh arti seakan berkata Mengapa ini terjadi kepadaku?. Menurut Totto chan mungkin karena ditakdirkan untuk tidak hidup lama. Semakin lama dia menatap anak itu semakain sedih hatinya melihatnya.

9. Etiopia 1992

Perang saudara yang berlangsung selama tiga puluh tahun dan bencana kekeringan yang terjadi sesudahnya membuat eitopia menjadi begitu miskin. Etiopia dipenuhi pengungsi. Orang- orang tak punya rumah, tak punya pekerjaan, tak punya makanan dan sangat memperihantinkan. Banyak terlihat gundukan-gundukan tanah tidak begitu besar, ironisnya itu adalah kuburan anak- anak yang meninggal karena kekurangan makanan dan gizi. Makanan sangat jarang mereka peroleh, lebih parah lagi dari Somalia sehingga mereka banyak yang tidak tahan dan menggungsi ke Etiopia. Mendengar adanya makanan akan datang yang dibawa oleh UNICEF, mereka pun berdatangan dan berbondong-bondong layaknya tulang belulang yang hidup. Sudah banyak anak-anak yang dilihat Totto chan tapi tidak sekurus di Etiopia. Tulang merekapun sangat kurus apalagi tubuh mereka. Setelah melihat tumpukan manusia yang hanya tulang belulang hati Totto chan sangat hancur ketika makanan yang dibagikan kurang dan tidak cukup. Namun bantuan lain pun berdatangan lagi, ada sebagian yang tak sanggup lagi berdiri dan berlari untuk mengambil makanan sehingga diberi dengan cara menyuntik ke mulut mereka.Karena jarangnya curah hujan di Negara ini hutan-hutan pun gersang, bahkan sungai yang menjadi sumber air mereka pun ikut mengering.

10. Sudan 1993

Masalah kekeringan dan gizi buruk merupakan dasar permasalahan Negara ini. UNICEF begitu merasa sangat perihatin sekali dengan Negara terbesar di Afrika ini. Negara ini juga padat penduduk sehingga membuat pasokan makanan sangat berkurang dan hampir tidak ada. Hanya menggharapkan bantuan dari luar. UNICEF memberikan kebijakan pada Negara ini dengan membuat sumur-sumur baru untuk menyediakan air. Ada sebuah lembah yang agak jauh dari kota terdapat air yang mengalir namun airnya sangat keruh, banyak anak-anak yang datang untunk minum dan berendam dalamya hampir sepinggang anak-anak. Mereka dengan nikmatnya meminum air itu. Hati Totto chan sangat iba dan kasihan melihat anak-anak yang polos meminum air sungai kotor itu, nalurinya berkata keliru sekali jika meremehkan ketidaktahuan mereka. Anak-anak kecil bisa terjangkit diare karena meminum air sungai itu, kemudian penyakit-penyakit lainya , sungguh sangat tragis.

11. Rwanda 1994

Dulu Rwanda disebut swissnya Afrika. Hampir di seluruh Rwanda terdapat tengkorak- tengkorak manusia yang tidak dikuburkan. Gedung-gedung banyak yang berlobangkan peluru tentara sungguh sangat tragis. Lagi-lagi perang saudara dan perebutan kekuasaan menjadi alasan perang yang beralasan itu. Banyak tenggkorak yang menjadi bukti keganasan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab karena kepala tenggkorak tidak ada. Banyak anak-anak selamat dari pembantaian pembunuhan tersebut namun mereka harus menjadi yatim piatu, sehingga anak- anak menjadi trauma terhadap apa yang terjadi di sekeliling mereka. Apalagi ada sebgian anak- anak di culik dan dijadikan sebagai tentara mereka, mereka dilatih dan dipaksa sungguh ironis sekali. Dengan adanya pendekatan UNICEF dengan pihak pembantai mereka akhirnya melepasakan sebagian anak-anak dan memulangkanya ke panti asuhan, betapa senangnya mereka dengan hal itu.

12. Haiti 1995

Negara ini merdeka dan berada di pemerintahan diktator, kaum elite di Haiti dua puluh persen dari total penduduknya hidup dengan sangat mewah, sedangkan delapan puluh persenya sangat miskin. Banyak penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan hidupnyapun berpindah-pindah. Totto chan bertemu dengan seorang anak namanya Markenson, dia ditemukan duduk di tepi jalan didekat tong sampah sambil menatap langit. Dia berkata umurnya dua belas tahun, Totto chan menggengam tangan anak itu dan mengajak untuk berkunjung kerumah anak itu. Rumah mereka sangat mengerikan karena rumah mereka kecil dan hanya berdingdingkan kayu seadanya saja, lebih ironis lagi melihat mereka mempunyai anggota keluarga sebanyak tujuh orang dan tinggal di rumah sekecil ini. Totto chan bertanya kepada Markenson, apa yang kamu ingin kamu lakukan sekarang ini, jawabnya dengan polos, aku ingin bersekolah. Aku mau belajar membaca, dan menulis jawabnya dengan senang. Lalu Totto chan pun berjanji akan mewujudkan impianya untuk belajar dan menimba ilmu. Di Haiti hanya dua puluh enam persen anak yang bersekolah dasar. Setelah itu UNICEF melanjutkan perjalananya ke sebuah rumah sakit yang tidak mempunyai pasien banyak karena percuma untuk kerumah sakit karena obat- obatannya tidak ada, kebanyakan orang sakit hanya singgah untuk beristirahat sejenak. Di sana ada anak yang kepalanya di tututpi kain putih dan kakinya sngat kecil, memang benar-benar tidak ada yang bisa dilakukan untuknya. Benar-benar sangat menyedihkan dan orang tuanya tidak ada, melihat itu Totto chan tak kuasa menahan haru dan dia menangis. 13.Bosnia-Herzegovania 1996 Perselisihan perang merupakan masalah terbesar di Negara ini. Inti perang ini adalah pembunuhan sebuah etnis. Gagasan dasarnya adalah membunuh semua orang dan ras yang berbeda. Salah satu strategi mereka adalah membunuh anak-anak dan ras yang berbeda. Ada sebuah media mengatakan bahwa Duta Kemanusiaan Tetsuko adalah mata-mata, sehingga pihak UNICEF melapor ke pihak Interpol. Karena itu pihak yang mengatakan hal tersebut meminta maaf kepada pihak UNICEF, karena tuduhan mereka tidak benar dan mengghambat kinerja Duta Kemanusian. Anak-anak di Negara ini cukup baik bila dibandingkan dengan anak-anak Afrika yang menjadi korban keganasan perang. Namu perang haruslah di hentikan kerena sudah banyak menelan banyak nyawa dan tenaga. Sehingga keinginan UNICEF dalam melindungi dan membantu anak-anak harus didukung oleh semua pihak khususnya Negara-negara yang ada di dunia ini.

3.2. Konsep Ninjõ Yang Diperankan Oleh Totto-Chan.

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Kazoku Dalam Novel “Kitchen” Karya Banana Yoshimoto (Banana Yoshimoto No Sakuhin Daidokoro No To Iu Shosetsu Ni Okeru Kazoku Ni Gainen No Bunseki)

7 71 54

Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima (Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku)

3 36 58

ANALISIS PERKEMBANGAN MORAL YANG TERCERMIN PADA TOKOH TOTTO-CHAN DALAM NOVEL MADOGIWA NO TOTTO-CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI (MELALUI METODE PENDEKATAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN)

10 60 26

TOKOH TOTTO-CHAN DALAM NOVEL MADOGIWA NO TOTTO-CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI; TINJAUAN STRUKTURAL.

0 1 30

PROBLEMATIKA KEPRIBADIAN DALAM PROSES PENDIDIKAN DALAM NOVEL MADOGIWA NO TOTTO-CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI; TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 3 2

NOVEL MADOGIWA NO TOTTO CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI DI KALANGAN PENDIDIK TINJAUAN RESEPSI SASTRA.

0 0 6

SISTEM PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI TOMOE GAKUEN SEBELUM PERANG DUNIA II DALAM NOVEL MADO GIWA NO TOTTO CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI : TINJAUAN MIMESIS.

0 1 7

The influence of the Seven Principles of Bushido on Totto-chan`s personality, in Tetsuko Kuroyanagi`s Totto-chan : The Little Girl at the Window.

0 0 88

ANALISIS MATERI KURIKULUM DALAM NOVEL AUTOBIOGRAFI TOTTO-CHAN GADIS CILIK DI JENDELA KARYA TETSUKO KUROYANAGI DAN IMPLIKASINYA PADA PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR KELAS 1 - iainska repository

0 5 136

Nilai-nilai pendidikan dalam novel Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi - USD Repository

0 15 136