Cuplikan Ketika di Nigeria. Cuplikan :

kami” kataku dalam bahasa jepang sambil mengulurkan tangan. Tapi dia tidak bergerak. Terlihat di cuplikan ini adanya rasa kasih sayang yang di tunjukkan oleh Totto chan kepada anak tersebut dengan cara membujuk Benedicta untuk bermain bersama mereka. Ini merupakan indeksikal adanya konsep Ninjõ. Setelah beberapa lama kemudian Totto chan akhirnya berhasil membujuk anak tersebut dan langgsung menghampiri Totto chan Kemudian tangan-tangannya memeluk leherku dan kakinya melingkari tubuhku. Ia tak mau melepaskan peganganya, jadi aku menggendongnya dalam pelukanku saat melanjutkan berkeliling panti asuhan. Terlihatlah konsep Ninjõ yang direalisasikan oleh Totto chan dengan adanya perlakuan baik kepada anak tersebut melalui pelukannya terhadap anak itu.

3.2.2. Cuplikan Ketika di Nigeria. Cuplikan :

Di Mozambik, banyak ibu yang mengalami depresi berat karena kehilangan anak-anak dengann cara yang sama. Dan banyak anak, sambil menahan air mata, tiba-tiba harus terpisahdari ibu mereka yang di tinggalkan. Seorang anak perempuan yatim piatu memakai kalung yang terbuat dari biji-bijian, yang katanya merupakan hadiah dari ibunya. “Ini sangat berharga,”kataku padanya. “Suatu hari nanti kau mungkin akan bertemu ibumu, dan dia akan mengenalimu lewat kalung itu, jadi jaga baik-baik kalungmu.” “Ya,” kata anak itu, sambil memegang biji-bijian di kalungnya. Tetsuko Kuroyanagi : 89 Analisis : Dalam cuplikan ini bercerita tentang anak-anak yang depresi karena orang tua mereka banyak yang meninggal dan hilang, ditinggalkan akibat perang. Seorang anak perempuan yatim piatu memakai kalung yang terbuat dari biji-bijian, yang katanya merupakan hadiah dari ibunya yang sudah menghilang. Karena anak itu berharap kalung itu menjadi jimat keberuntungan untuk menemukan ibunya yang hilang itu. Totto chan hampir tak sanggup menahan rasa kasihan dan iba melihat anak itu menceritakan makna dari kalung yang dipakainya itu. Sehingga dia pun menyuruh anak itu untuk menjaga dengan sangat hati-hati kalung yang dipakainya itu. Rasa kasihan dan iba hati yang dirasakan oleh Totto chan terhadap anak itu, dan juga perlakuan Totto chan dengan memberikan perhatian merupakan indeksikal dari konsep Ninjõ. 3.2.3. Cuplikan Ketika di Idia. Cuplikan : Anak itu berusaha keras mengatakan sesuatu. Saat itulah aku melihat ternyata bukan hanya kaki dan tanganya yang kaku, tapi jug yang lain, termasuk bibir, lidah, pita suara dan rahangnya. Meskipun demikian, anak itu mengerahkan seluruh kemampuanya dan berhasil mengatakan sesuatu. Aku bertanya kepada perawat apa yang dikatakan anak itu. Perawat memberitahuku bahwa anak itu, yang tampak sekarat, berkata padaku, “Aku berdoa untuk kebahagianmu”. Aku kehabisan kata. Aku sehat dan aku bisa makan sengan cukup. Dan aku sudah disuntik tetanus. Tapi anak laki-laki di ambang kematian itu, bukanya merengek dan mengeluh soal belum divaksinasi, masalah berkata bahwa ia berdoa untuk kebahagianku. Yang dapat kukatakan sebagai jawaban hanyalah, “Kumohon, maafkan aku. Aku benar-benar menyesal tidak bisa memberimu vaksin”. Kata-kata anak-anak itu benar-benar tidak terduga. Aku begitu terharu hingga harus cepat-cepat meninggalkan bangsal itu. Tetsuko Kuroyanagi: 77 Analisis : Cuplikan di atas bercerita tentang Aku Totto-chan berjumpa dengan anak yang menderita penyakit. Anak itu tak dapat di suntik vaksin karena kurangnya obat. Walaupun anak itu sekarat namun dia berusaha untuk berkomunikasi dengan Totto chan. Totto chan pun seakan merasakan perasaan anak itu. Yang dapat kukatakan sebagai jawaban hanyalah, “Kumohon, maafkan aku. Aku benar-benar menyesal tidak bisa memberimu vaksin”. Kata-kata anak-anak itu benar-benar tidak terduga. Aku begitu terharu hingga harus cepat-cepat meninggalkan bangsal itu. Cuplikan ini merupakan indeksikal adanya rasa iba hati Totto chan terhadap anak tersebut. Karena dia mengagap dirinya tidak bisa berbuat apa-apa dan merasa iba terhadap anak itu dan yang hanya dia dapat lakukan kepada anak itu dengan berkata Kumohon maafkan lah aku. Karena adanya rasa iba yang dirasaka oleh Totto chan maka dari cuplikan ini adanya konsep Ninjõ yang direalisasikan oleh Totto chan kepada anak itu. Cuplikan : Seorang sukarelawan wanita mengumumkan bahwa duta kemanusiaan UNICEF telah tiba dan membawakan sepatu sebagai hadiah dari pemerintah India untuk kalian. Para sukarelawan kemusian membagikan sepatu, yang sudah di desain khusus untuk membantu orang-orang yang cacat berjalan dengan baik. “Ayo, pakilah,” kata wanita-wanita itu, tapi tangan dan kaki anak-anak yang menderita polio dan harus berpegangan saat berjalan, sangat lemah dan goyah sehingga tidak bisa memakai sepatu sendiri. Apalagi sepatu dan talinya diberikan secara terpisah, jadi tidak seorang punt ahu harus bagaimana. Anak-anak hanya memegangi sepatu dan talinya di tangan masing-masing, tampak binggung. Jadi aku berlutut di depan seorang anak penderita polio dan, setelah memasangkan tali ke sepatu, memakaikan sepatu itu. Sepatu itu memiliki tali pengikat sampai ke lutut. Setelah dipakai, anak perempuan iti bisa berjalan sendiri dengan hanya dibantu tongkat . Aku juga menolong salah satu pasien lansia memakai sepatu itu, membuatnya bisa berjalan dengan lebih mudah. Tetsuko Kuroyanagi: 81 Analisis : Cuplikan di atas bercerita tentang anak-anak yang berada di rumah penampungan anak yang menderita cacat polio dan penderita lepra. Seorang dermawan wanita mengadiahkan mereka beberapa sepatu, namun anak-anak tersebut tidak bisa memakai sepatu karena mereka belum pernah sebelumnya memakai sepatu dan tidak tahu cara mengikat sepatu itu. Sehingga Aku Totto chan membantu anak itu dengan langsung mengampri anak itu dan memakaikannya sepatu. Terlihat juga dalam cuplikan ini dia juga menolong salah satu pasien lansia memakai sepatu itu, membuatnya bisa berjalan dengan lebih mudah. Ini merupakan indeksikal adanya konsep Ninjõ yang diralisasikan oleh Totto chan kepada anak dan orang tua yang ditemuinya itu dari hati yang paling dalam Totto chan.

3.2.4. Cuplikan Ketika di Mozambik.

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Kazoku Dalam Novel “Kitchen” Karya Banana Yoshimoto (Banana Yoshimoto No Sakuhin Daidokoro No To Iu Shosetsu Ni Okeru Kazoku Ni Gainen No Bunseki)

7 71 54

Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima (Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku)

3 36 58

ANALISIS PERKEMBANGAN MORAL YANG TERCERMIN PADA TOKOH TOTTO-CHAN DALAM NOVEL MADOGIWA NO TOTTO-CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI (MELALUI METODE PENDEKATAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN)

10 60 26

TOKOH TOTTO-CHAN DALAM NOVEL MADOGIWA NO TOTTO-CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI; TINJAUAN STRUKTURAL.

0 1 30

PROBLEMATIKA KEPRIBADIAN DALAM PROSES PENDIDIKAN DALAM NOVEL MADOGIWA NO TOTTO-CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI; TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 3 2

NOVEL MADOGIWA NO TOTTO CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI DI KALANGAN PENDIDIK TINJAUAN RESEPSI SASTRA.

0 0 6

SISTEM PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI TOMOE GAKUEN SEBELUM PERANG DUNIA II DALAM NOVEL MADO GIWA NO TOTTO CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI : TINJAUAN MIMESIS.

0 1 7

The influence of the Seven Principles of Bushido on Totto-chan`s personality, in Tetsuko Kuroyanagi`s Totto-chan : The Little Girl at the Window.

0 0 88

ANALISIS MATERI KURIKULUM DALAM NOVEL AUTOBIOGRAFI TOTTO-CHAN GADIS CILIK DI JENDELA KARYA TETSUKO KUROYANAGI DAN IMPLIKASINYA PADA PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR KELAS 1 - iainska repository

0 5 136

Nilai-nilai pendidikan dalam novel Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi - USD Repository

0 15 136