Semiotika Sastra Defenisi Semiotik 1. Pengertian Semiotik

Ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan ini disebut juga hubungan persamaan, misalnya gambar pohon sebagai penanda yang menandai pohon sebagai artinya. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan kausual atau hubungan sebab akibat antara penanda dan petandanya. Hubungan ini dapat terjadi dikarenakan adanya kedekatan eksistensi antara penanda dan petandanya. Sebagai contoh, ada asap menandai api, asap merupakan tandanya karena dengan adanya api baru muncul asap. Simbol adalah tanda yang menunjukkan tidak adanya hubungan alamiah antara penanda dan petandanya, hubungan ini merupakan hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional. Misalnya, berbagai gerakan anggota badan menandakan maksud-maksud tertentu, atau warna tertentu seperti warna putih menandai sesuatu pula. Dalam sesuatu penelitian atau penelaahan sastra dengan pendekatan semiotik, tanda yang berupa indekslah yang paling banyak dicari, yaitu tanda-tanda yang menunjukkan hubungan sebab akibat, misalnya dalam hal penokohan.

2.4.2 Semiotika Sastra

Sastra sebagai kreatif menggunakan manusia dan segala macam segi kehidupanya, maka sastra tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir manusia, tetapi juga merupakan media untuk menampung ide, teori, dan sistem berpikir manusia. Sastra juga merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupanya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya Atar semi,1993 :8. Berbeda dengan seni lain, seperti seni lukis yang mediumnya netral dalam arti, belum mempunyai arti, mempunyai sistem, dan mempunyai konveksi. Dalam sastra banyak bentuk-bentuk karya sastra, misalnya prosa, puisi dan drama. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri, untuk itu dalam menganalisis karya sastra harus memahami arti bahasa dan sistem tanda. Pada dasarnya konvensi-konvensi yang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa merupakan prinsip penandaan. Pemahaman makna sebuah karya sastra dapat diinterprestasikan melalui tanda. Hal tersebut didasarkan kenyataan bahwa bahasa adalah sistem tanda atau sign. Dikarenakan bahasa adalah sistem tanda untuk memahami konsep makna dalam karya sastra, seorang penelaah atau pembaca harus menguasai tanda-tanda, lambang-lambang, sistem lambang dan proses perlambangan yang ada pada bahasa tersebut. Dalam hal ini bukan berarti bahasa saja yang dapat diartikan sebagai tanda, melainkan berbagai hal yang melengkupi kehidupan ini. Jadi tanda itu dapat diinterpersentasikan keberbagai hal, seperti pengalaman, pikiran, perasaan maupun konsep-konsep khusus tentang budaya, seni dan sastra. Bahasa adalah tanda, dikarenakan dalam bahasa terdapat kata, kalimat, dan teks yang merupakan tanda-tanda bahasa. Oleh karena itu sastra identik dengan teks. Teks sastra secara keseluruhan merupakan legisn tanda atas dasar sebuah konvensi atau sebuah kode, dikarenakan teks berdasarkan kumpulan peraturan atau kode, sehingga banyak kesalahan dalam memahami teks sebuah karya sastra Aart Van Zoest, 1993:67 Untuk memahami teks sebuah karya sastra diperlukan suatu telaah semiotika sebagai salah satu iman tentang tanda yang dapat dijadikan pendekatan dalam telaah sastra. Pendekatan semiotik dalam sastra dikenal dengan istilah semiotika sastra. Semiotika sastra bukanlah suatu aliran dan bukan suatu ilmu yang hanya mempelajari bahasa-bahasa alami yang dipakai dalam sastra, tetapi juga sistem-sistem tanda lainya untuk menemukan kode-kode dalam teks sebuah karya sastra Jan Van Luxemburg,1986:44-45. Semiotika sastra lebih mengarah pada cara-cara untuk membedakan tanda-tanda sastra dengan tanda tipe-tipe wacana yang lain yang mengandung kesusastraan sebagai kegiatan yang mempersoalkan tipe-tipe tanda yang lain. Dapat disimpulkan bahwa dalam menginterprestasikan sebuah teks karya sastra dapat dilakukan melalui tanda-tanda yang tepat dalam teks sastra tersebut. Hal ini berarti, apabila ingin melihat budaya yang berdapat di dalam sebuah teks karya sastra, dapat diinterprestasikan dengan cara memahami konsep dasar tentang budaya yang ingin diambil, kemudian menghubungkan konsep tersebut dengan bagian-bagian teks yang menjadi tanda yang memiliki sifat indeksikal. Jadi, unsur budaya yang terdapat dalam sebuah karya sastra dapat dijadikan sebagai tanda untuk diinterprestasikan dengan mengambil bagian-bagian teks dalam karya sastra tersebut.

2.5 Biografi Tetsuko Kuroyanagi

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Kazoku Dalam Novel “Kitchen” Karya Banana Yoshimoto (Banana Yoshimoto No Sakuhin Daidokoro No To Iu Shosetsu Ni Okeru Kazoku Ni Gainen No Bunseki)

7 71 54

Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima (Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku)

3 36 58

ANALISIS PERKEMBANGAN MORAL YANG TERCERMIN PADA TOKOH TOTTO-CHAN DALAM NOVEL MADOGIWA NO TOTTO-CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI (MELALUI METODE PENDEKATAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN)

10 60 26

TOKOH TOTTO-CHAN DALAM NOVEL MADOGIWA NO TOTTO-CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI; TINJAUAN STRUKTURAL.

0 1 30

PROBLEMATIKA KEPRIBADIAN DALAM PROSES PENDIDIKAN DALAM NOVEL MADOGIWA NO TOTTO-CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI; TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 3 2

NOVEL MADOGIWA NO TOTTO CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI DI KALANGAN PENDIDIK TINJAUAN RESEPSI SASTRA.

0 0 6

SISTEM PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI TOMOE GAKUEN SEBELUM PERANG DUNIA II DALAM NOVEL MADO GIWA NO TOTTO CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI : TINJAUAN MIMESIS.

0 1 7

The influence of the Seven Principles of Bushido on Totto-chan`s personality, in Tetsuko Kuroyanagi`s Totto-chan : The Little Girl at the Window.

0 0 88

ANALISIS MATERI KURIKULUM DALAM NOVEL AUTOBIOGRAFI TOTTO-CHAN GADIS CILIK DI JENDELA KARYA TETSUKO KUROYANAGI DAN IMPLIKASINYA PADA PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR KELAS 1 - iainska repository

0 5 136

Nilai-nilai pendidikan dalam novel Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi - USD Repository

0 15 136