“Ayo, pakilah,” kata wanita-wanita itu, tapi tangan dan kaki anak-anak yang menderita polio dan harus berpegangan saat berjalan, sangat lemah dan goyah sehingga tidak bisa memakai
sepatu sendiri. Apalagi sepatu dan talinya diberikan secara terpisah, jadi tidak seorang punt ahu harus bagaimana. Anak-anak hanya memegangi sepatu dan talinya di tangan masing-masing,
tampak binggung. Jadi aku berlutut di depan seorang anak penderita polio dan, setelah memasangkan tali ke sepatu, memakaikan sepatu itu. Sepatu itu memiliki tali pengikat sampai ke
lutut. Setelah dipakai, anak perempuan iti bisa berjalan sendiri dengan hanya dibantu tongkat . Aku juga menolong salah satu pasien lansia memakai sepatu itu, membuatnya bisa berjalan
dengan lebih mudah. Tetsuko Kuroyanagi: 81
Analisis :
Cuplikan di atas bercerita tentang anak-anak yang berada di rumah penampungan anak yang menderita cacat polio dan penderita lepra. Seorang dermawan wanita mengadiahkan
mereka beberapa sepatu, namun anak-anak tersebut tidak bisa memakai sepatu karena mereka belum pernah sebelumnya memakai sepatu dan tidak tahu cara mengikat sepatu itu. Sehingga
Aku Totto chan membantu anak itu dengan langsung mengampri anak itu dan memakaikannya sepatu. Terlihat juga dalam cuplikan ini dia juga menolong salah satu pasien lansia memakai
sepatu itu, membuatnya bisa berjalan dengan lebih mudah. Ini merupakan indeksikal adanya konsep Ninjõ yang diralisasikan oleh Totto chan kepada anak dan orang tua yang ditemuinya itu
dari hati yang paling dalam Totto chan.
3.2.4. Cuplikan Ketika di Mozambik.
Cuplikan:
Aku bertemu dengan kelompok-kelompok remaja yang tidak bisa lagi bergabung dengan masyarakat umum. Kondisinya benar-benar tragis.
Perang pasti menimbulkan trauma bagi anak-anak, karena mereka sama sekali tak tahu kenapa perang harus terjadi. Karena aku juga tumbuh besar pada masa perang, aku bisa mengerti
sedikit bagaiman perasaan anak-anak Mozambik ini. Tapi sebagai orang dewasa yang berasal dari Jepang yang damai, melihat tragedi ini dari dekat benar-benar pengalaman yang
menyakitkan. Tetsuko Kuroyanagi: 85
Analisis:
Cuplikan diatas bercerita tentang Aku Totto chan bertemu dengan beberapa anak tumbuh dalam suasana perang. Banyak anak-anak yang menderita depresi dan trauma berat.
Terlihat dari cuplikan kondisi anak-anak tersebut sangat tragis dan memperihantinkan. Rasa iba dan rasa kasihan Totto chan yang dirasakannya adanya konsep Ninjõ.
3.2.5. Cuplikan Ketika di Kamboja dan Vietnam. Cuplikan :
Aku mengunjungi panti asuhan milik Negara untuk anak-anak kecil. Ketika melihat anak- anak yang berumur sekitar delapan bulan sampai tiga tahun, aku menawari seorang bocah kecil
untuk bermain gendong-gendongan. Kelihatannya ia belum pernah bermain seperti ini dan tertawa riang. Aku juga jadi tertawa , dan ketika aku menoleh ke belakang, kulihat dua puluh
anak berbaris menunggu giliran mereka untuk bermain bersamaku. Semuanya bersikap manis, dengan sabar menunggu antrean . Perasaaku hangat sekali akibat kejadian itu dan menggendong
mereka di punggungku, satu persatu. Sebagian anak tak tahu harus bagaimana dan, bukannya berpegangan pada punggungku, mereka malah duduk di atas punggungku. Aku melakukan
permainan ini lama sekali, tapi sepertinya anak-anak tidak ada habisnya. Aku sadar bahwa mereka berbaris lagi untuk giliran kedua . Aku bertanya, ‘‘Hei, bukankah kau sudah bermain
kuda-kudaan ?’’ tapi anak itu hanya tersenyum malu-malu kemudian melangkah lagi untuk mengantre di baris belakang.
Tetsuko Kuroyanagi : 108-109
Analisis :
Terlihat dari cuplikan di atas bahwa adanya perasaan rasa cinta dan kasih sayang Aku Totto chan kepada anak-anak itu dari cuplikan Perasaaku hangat sekali akibat kejadian itu dan
menggendong mereka di punggungku, satu persatu. Karena dia merasa adanya kasih sayang antara dirinya dan anak-anak itu maka dia merasakan hangat dari hatinya, karena perasaannya
tersebut dia mengajak lagi anak-anak itu untuk bermain terlihat dari cuplikan Aku melakukan permainan ini lama sekali, tapi sepertinya anak-anak tidak ada habisnya. Aku sadar bahwa
mereka berbaris lagi untuk giliran kedua . Aku bertanya, ‘‘Hei, bukankah kau sudah bermain kuda-kudaan ?’’ tapi anak itu hanya tersenyum malu-malu kemudian melangkah lagi untuk
mengantre di baris belakang. Ini merupakan indeksikal adanya konsep Ninjõ yang diperlakukan oleh Totto chan dengan adanya rasa cinta dan kasih sayangnya kepada nak-anak itu, dan
timbullah hal perlakuan baik kepada anak-anak itu yaitu Totto chan mengajak anak-anak itu bermain kuda-kudaan sampai lama, dan terlihat sekali betapa begtu nyamanya anak-anak itu
dalam melakukan permainan itu.
Cuplikan :
Ada pula anak perempuan yang dilahirkan tanpa memiliki bola mata, ini efek samping mengerikan dari racun perang. Usianya kira-kira sama dengan anak sekolah menengah, dengan
poni rambut yang menutupi keningnya. Saat aku salamku dalam bahasa Vietnam. Seorang guru memintanya untuk menyibakkan rambut. Ia melakukan itu agar aku bisa
melihat wajahnya. Kulit wajahnya datar dan halus dari kening sampai pipi, menutupi rongga matanya. Tapi ketika aku meremas tanganya bibir abak itu melebar membentuk senyuman
manis. “Teruslah tersenyum” kataku. Aku tak sanggup melihatnya. Ia ada di sana, mempelajari huruf Braillenya tanpa
mengeluh. Di tempat ini, sekali lagi, aku tak bisa tidak memikirkan bahwa selalu anak-anak dan para ibu yang paling menderita.
Tetsuko Kuroyanagi : 122-123
Analisis :
Cuplikan di atas merupakan dialog antara Aku Totto chan dan anak yang anak perempuan yang dilahirkan tanpa memiliki bola mata. Anak ini merupakan korban dari efek
samping mengerikan dari racun perang. Kulit wajahnya datar dan halus dari kening sampai pipi, menutupi rongga matanya. Tapi ketika aku meremas tanganya bibir abak itu melebar
membentuk senyuman manis. “Teruslah tersenyum” kataku. Aku tak sanggup melihatnya. Ia ada di sana, mempelajari huruf Braillenya tanpa mengeluh. Di tempat ini, sekali lagi, aku tak
bisa tidak memikirkan bahwa selalu anak-anak dan para ibu yang paling menderita. Dari cuplikan ini terlihat adanya rasa belas kasihan dan rasa iba hati terhadap anak tersebut, sehingga
di pun member semangat kepada anak itu dengan mengatakan Teruslah berusaha agar anak itu dapat hidup dengan semangat. Dan juga Totto chan memberikan tidakan dengan cara meremas
tangan anak itu. Dari cuplikan ini terlihat adanya konsep Ninjõ, yang direalisasikan oleh Totto chan kepada anak itu.
Cuplikan :
Racun yang digunakan tentara Amerika masih mendatangkan banana hingga kini. Aku mengunjungi Rumah Sakit Bersalin dan Kandungan TU DU, tempat si kembar siam Viet dan
Duc dirawat. Dengan ekspresi menyedihkan, direktur perempuan di rumah sakit mengatakan kepadaku bahea dalam lima minggu kira-kira lima bayi kembar siam yang di lahirkan di rumah
sakit itu. Viet dan Duc merupakan salah satu kembar siam yang lahir dalam rumah sakit itu. Viet dan Duc berhasil dipisahkan tapi yang lain harus tetap saling menempel seumur hidup mereka.
Duc sudah cukup kuat untuk berjalan-jalan di koridor rumah sakit memakai kursi roda. Duc
sudah Viet harus masih harus berbaring di tempat tidur, tapi reaksinya sudah mengalami kemajuan dan ia sudah bisa menangis. Mereka juga mengatakan bahwa berat badan Viet naik 3
kilogram. “Cepatlah sembuh” kataku, sambil memberikan boneka tangan panda dan boneka kucing yang bisa bergerak untuk kedua anak laki-laki itu. Meskipun pihak rumah sakit berkata
reaksi Viet lambat, ia tersenyum ketika aku menggerak-gerakan padanya. Tetsuko Kuroyanagi : 124
Analisis :
Viet merupakan anak kembar siam yang baru saja di pisahkan, selain itu mereka juga korban dari racun perang oleh tentara Amerika. Kondisinya sangat buruk bila di bandingkan
dengan kembaranya yang bernama Duc. Dalam cuplikanini terlihat Totto chan merasa kasihan dan iba melihat Viet yang berbaring sakit di tempat tidur. Terlihat dari Totto chan memberikan
semangat dan juga menghibur Viet dengan memberikan hadiah boneka panda dan kucing. Perasaan ini merupakan indeksikal konsep dari Ninjõ yang direalisasikan oleh Totto chan
kepada Viet.
3.2.6. Cuplikan ketika di Angola. Cuplikan :