untuk dijadikan bahan atau objek pembahasan dalam skripsi ini. Karena budaya ini sangat menarik serta kondisi perilaku manusia yang mencerminkan budaya Ninjõ yang dilihat dalam
kehidupan nyata, dapat diekspresikan atau diungkapkan dalam bentuk karya sastra yaitu novel. Salah satu diantaranya adalah dalam novel berjudul Totto-chan’s Children Karya Tetsuko
Kuroyanagi . Dengan demikian penulis akan mencoba membahas tentang konsep Ninjõ dalam novel Tetsuko Kuroyanagi melalui skripsi yang berjudul “KONSEP NINJÕ DALAM NOVEL
“TOTTO-CHAN’S CHILDREN” KARYA TETSUKO KUROYANAGI”.
1.2. Perumusan Masalah
Tetsuko Kuroyanagi adalah Sastrawan wanita yang terkenal di Jepang dewasa ini. Selain mengarang Panda and I, ia juga menjabat sebagai anggota dewan di Worldwide Fund for Nature
Jepang. Salah satu karyanya adalah novel Totto-Chan’s Children. Novel Totto-Chan’s Children ini syarat akan konsep-konsep Ninjo yang selalu ada dalam kehidupan keseharian masyarakat
Jepang. Dalam novel ini banyak konsep-konsep Ninjõ yang di ekspresikan oleh Tetsuko Kuroyanagi kepada anak-anak atau orang–orang yang ditemuinya dalam misinya menjalankan
tugas kemanusiaannya bersama UNICEF, oleh sebab itu menarik untuk diteliti. Sehingga penulis akan meneliti “KONSEP NINJÕ DALAM NOVEL“TOTTO-CHAN’SCHILDREN” KARYA
TETSUKO KUROYANAGI”, maka skripsi ini akan membahas Konsep Ninjõ yang direalisasikan oleh Tetsuko Kuroyanagi melalui tokoh Totto Chan yang terdapat dalam novel ini.
Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep dan arti Ninjõ dalam masyarakat Jepang ? 2. Bagaimana perilaku Ninjõ yang direalisasikan oleh Tetsuko Kuroyunagi
melalui tokoh Totto Chan dalam novel “Totto-chan’s Children” karya Tetsuko Kuroyanagi ?
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup bahasanya yaitu pada hal yang berkaitan dengan penerapan konsep Ninjõ saja. Untuk membahas konsep Ninjõ ini penulis
menggunakan novel “Totto-chan’s Children” karya Tetsuko Kuroyanagi. Dalam analisisnya penulis memfokuskan pada perilaku Ninjõ yang dilakukan oleh tokoh
Totto chan dalam novel Tetsuko Kuroyanagi. Untuk lebih akurat dalam menunjukkan sikap perilaku berlandaskan Ninjõ dari tokoh cerita, penulis sebelumnya juga menjelaskan tentang
konsep Ninjõ, konsep novel, setting novel Totto-Chan Children, dan biografi Tetsuko Kuroyanagi.
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1. Tinjauan Pustaka
Setiap Negara mempunyai budaya yang harus dipelihara dan dilestarikan begitu juga dengan Jepang. Jepang adalah Negara yang sangat menjungjung tinggi kebudayaan bangsanya.
Mereka selalu berusaha memelihara dan melestarikan kebudayaan-kebudayaan bangsanya. Negara Jepang umumnya dikenal sebagai bangsa yang mampu mengambil dan menarik manfaat
dari hasil budi daya bangsa lain tanpa mengorbankan keperibadianya sendiri. Selain itu juga sifat bangsa jepang menunjukkan naluri yang sangat kuat untuk menjamin kelangsungna hidupnya
dan meneruskan nilai-nilai budaya bangsanya. Banyak sikap dan sifat orang jepang yang berkaitan erat dengan nilai-nilai penting yang harus dipertahankan di dalam kehidupan
masyarakat Jepang Suryohadiprojo,1982:192. Hal ini dapat terlihat jelas pada budaya Ninjõ yang merupakan Konsep moral bangsa Jepang yang telah tertanam dalam diri orang Jepang.
Hasil karya sastra Bangsa Jepang banyak sekali yang mencerminkan konsep budaya Ninjõ sebagai tema karyanya atau membuat cerita yang didalamnya terdapat konsep Ninjõ.
Seperti Sastrawan terkenal Jepang yaitu Yasunari Kawabata yang pernah mendapat nobel bidang kesusasteraan. Beberapa karyanya yang terkenal didunia antara lain : Yuki Guni, Sembazuru,
Yama no Oto, Meijin, dan Mizumi. Novel Yuki Guni itu dibuat pada tahun 1948. Kesedihan merupakan tema yang utama dalam karya-karya Yasunari Kawabata dikarenakan bagi Yasunari
Kawabata dalam novel Yuki Guni ini bercerita tentang berbagai persoalan manusia, percintaan oarng dewasa dan keadaan serta keindahan alam Jepang yang menarik untuk dibaca. Setelah
Novel Yuki Guni beberapa tahun kemudian tepatnya pada tahun 1952 Yasunari Kawabata membuat Sembazuru. Bercerita tentang kisah cinta seorang pemuda yang sangat kompleks,
dengan berbagai permasalahannya sampai kepada cinta segitiga. Dengan bertemakan permasalahan manusia dalam kehidupanya, yang menitikberatkan kepada masalah percintaan
dan hubungan manusia, di dalam novel Sembazuru dapat dilihat situasi-situasi yang mencerminkan adanya Ninjõ yang dilakukan oleh para tokoh dalam novel tersebut.
1.4.2. Kerangka Teori
Sastra adalah gabungan kehidupan yang mencerminkan dan mengekspresikan hidup. Seorang sastrawan menulis dan menyusun bahan-bahan yang dipilih, diambilnya dari kehidupan
yang berpedoman pada asa dan tujuannya melalui karya sastra dengan maksud memperdalam
dan menjernihkan penghayatan pembaca terhadap salah satu sisi kehidupan sehingga dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari karya sastra itu sendiri.
Menurut Rene Wellek dalam Melani Budianto 1997:109 bahwa Sastra merupakan lembaga sosial yang memakai medium bahasa dalam menampilkan gambaran kehidupan itu
sendiri adalah kenyataan sosial. Novel sebagai salah satu karya sastra merupakan suatu bentuk kebudayaan. Jan Van Luxembrug 1986:46 menyatakan bahwa sastra mempunyai hubungan non
sastra kepada riwayat hidup pengarang, kondisi zaman ketika karya terebut ditulis, dan dengan kenyataan yang dicerminkan dalam karya sastra tersebut. Dalam sebuah karya sastra banyak
mengandung nilai-nilai budaya yang sangat tinggi. Suatu kebudayaan dapat diungkapkan melalui sebuah karya sastra, dengan menginterprestasikan makna yang terdapat dalam karya sastra
tersebut. Sebagi suatu bentuk karya sastra, novel merupakan jenis sastra yang dapat mengungkapkan nilai-nilai budaya.
Menurut Henry Guntur dalam “The American Collage Dictionary” dalam Liza 2009:2, bahwa novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu yang melukiskan para
tokoh, gerak, serta adegan kehidupan nyata yang responsif, dalam suatu alur atau keadaan yang agak kacau atau kusut. Hal ini berarti sebuah karya sastra biasanya mengungkapkan masalah-
masalah manusia dan kemanusiaan, selain itu tentang makna hidup dan kehidupan. Sastra juga dapat mengungkapkan berbagi hal, termasuk kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat.
Ninjõ timbul dari hati yang paling dalam karena adanya perasaan kemanusiaan itu sendiri sehingga menyebabkan munculnya suatu kebaikan. Ninjõ dapat juga berarti perasaan
kemanusiaan. Perasaan ini timbul dari hati yang paling dalam karena rasa iba atau kasihan sehingga ia mengeluarkan kebaikan dan kasih sayang. Ninjõ merujuk kepada kecendrungan,
perasaan, dan keinginan alamiah manusia dan tidak di buat-buat.
Menurut Nobuyaki Honna dalam Wahyuliana 2005:10 menyatakan bahwa Ninjõ merupakan perasaan kemanusiaan dan semua orang Jepang mempercayai bahwa perasaan cinta,
kasih sayang, belas kasihan dan simpati merupakan perasaan yang paling penting dalam menjaga hubungan kemanusiaan. Orang Jepang selalu mengukur sesuatu atau berusaha
mempertimbangkan segala sesuatu berdasarkan perasaan manusiawi. Menurut Yamamoto Ikuo dalam Wahyuliana 2005:10 Ninjõ secara umum merupakan
perasaan kemanusiaan yang merupakan perasaan cinta, perasaan kasih sayang, perasaan belas kasih, rasa simpati, rasa iba hati yang dirasakan terhadap orang lain seperti hubungan orang tua
dengan anaknya atau antara kekasihnya. Ninjõ merupakan perasaan kasih sayang manusia yang dicurahkan kepada sesamanya Salecha, 1981:1.
Pembuktian untuk melihat budaya yang terdapat dalam novel ini yaitu dengan melihat perilaku tokoh yang mana saja dapat dikatakan mencerminkan konsep Ninjõ, akan menggunakan
teori Semiotika. Menurut Pradopo dkk 2001:71 mengatakan bahwa Semiotik itu ilmu yang mempelajari
sistem-sitem, aturan-aturan, konveksi-konveksi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Tanpa memperhatikan sistem tanda, tanda dan maknanya, dan konveksi tanda,
maka struktur karya sastra ataupun karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal. Menurut Jan Van Luxemburg 1986:46 semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda,
lambang-lambang, sistem-sistem lambang dan proses-proses perlambangan. Tanda-tanda yang terdapat di dalam novel ini akan diinterpretasikan dan kemusian akan dipilih bagian mana saja
yang merupakan tindakan maupun perbuatan tokoh yang mencerminkan konsep Ninjõ.
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitaian
1.5.1. Tujuan Penelitian
Konsep budaya Ninjõ pada diri orang Jepang masih melekat sampai saat ini, khususnya dalam interaksi antara sesama manusia. Atas dasar itu penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan tentang konsep dan pengertian budaya Ninjõ dalam masyarakat Jepang.
2. Mendeskripsikan konsep Ninjõ dalam Novel Totto-chan’s Children karya Tetsuko Kuroyanagi.
1.5.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitaian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai konsep Ninjõ dalam
masyarakat Jepang. 2. Memberikan tambahan refrensi tentang budaya Jepang
3. Dapat memahami lebih dalam lagi bagaimana karakter orang Jepang itu sesungguhnya.
1.6. Metode Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian bahasa dan sastra, yang di golongkan ke dalam penelitian sosial. Karena objek kerjanya adalah manusia dan interaksi manusia yang di
ungkapkan dalam karya, pengarang, dan pembaca Djojosuroto,2000:1. Dalam melakukan
sebuah penelitian, tentulah dibutuhkan metode sebagai penunjang untuk mencapai tujuan. Metode adalah salah satu cara untuk melakukan penelitian. Metode yang digunakan adalah
metode deskriptif. Deskriptif adalah tulisan yang menggambarkan bentuk objek pengamatan atau melukiskan perasaan Mulyadi, 2004 : 59 .
Menurut Koentjaraningrat 1976: 30 bahwa penelitian bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala, atau kelompok
tertentu. Metode deskriptif juga merupakan suatu metode yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian yang dilakukan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya dan dipakai untuk memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan, mengkaji, dan menginterprestasikan data. Deangan metode
tersebut peneliti akan menjelaskan sejauh mana konsep Ninjõ yang terkandung dalam novel “Totto-chan’s Children” karya Tetsuko Kuroyanagi. Penelitian ini menggunakan pendekatan
semiotik untuk menunjukkan adanya perilaku yang mecerminkan Ninjõ di dalam novel. Teknik penelitian yang digunakan adalah meneliti data berupa buku-buku yang
berhubungan dengan kebudayaan dan sastra. Buku-buku ini akan dibaca dan dicari hubungan yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan. Objek penelitian adalah novel yang
berjudul Totto-chan’s Children karya Tetsuko Kuroyanagi. Dalam novel inilah akan dicari dan dianalisa secara menyeluruh tentang konsep budaya Ninjo. Jadi penelitian ini bersifat studi
kepustakaan atau liberary research. Menurut Hadari 1991:133 studi kepustakaan adalah mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, yang dilakukan dengan cara menggumpulkan buku-buku atau refrensi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Buku berbahasa asing juga digunakan pada penelitian
ini. Jadi penerjemahan buku-buku tersebut juga menggunakan teori terjemahan. Menurut Nida dan Taber dalam Setiasih 1987:6 , menerjemahkan adalah pemindahan pesan atau amanat
yang terdapat dalam bahasa sumber kedalam bahasa sasaran dengan mencari padanan terdekat yaitu dari segi makna dan gaya bahasa. Membaca novel “Totto Chan Children’s sebanyak 322
halaman. Serta memanfaatkan berbagai fasilitas yang tersedia di perpustakaan umum Sumatera Utara dan juga pemanfaatan buku-buku pribadi penulis.
BAB II DEFENISI
NINJÕ, NOVEL, DAN SEMIOTIK
2.1. Defenisi Ninjõ 2.1.1 Pengertian Ninjõ
Dilihat dari kanjinya 人 情
Ninjõ terdiri dari dua karakter kanji yaitu 人
yang memiliki arti “orang”, atau “ manusia”, dan jõ
情 yang memiliki arti “emosi”, “perasaan”,
atau “ perasaan hati”.
Menurut
新村移出
dalam kamus
広辞苑
60:1654 人情:1。自然に備わる人情の愛
情 。 つ く し み 。 な さ け 。 2 。 人 心 の 自 然 の 情 状 。 Menyatakan bahwa Ninjõ merupakan
perasaan mahluk hidup yang dimiliki secara alami. Kasih sayang, simpati, belas kasihan dan kebaikan budi. Keadaan perasaan manusia yang alami.
Menurut Nobuyaki Honna dalam Wahyuliana 2005:10 menyatakan bahwa Ninjõ merupakan perasaan kemanusiaan dan semua orang Jepang mempercayai bahwa perasaan cinta,
kasih sayang, belas kasihan dan simpati merupakan perasaan yang paling penting dalam menjaga hubungan kemanusiaan. Orang Jepang selalu mengukur sesuatu atau berusaha
mempertimbangkan segala sesuatu berdasarkan perasaan manusiawi. Menurut Yamamoto Ikuo dalam Wahyuliana 2005:10 Ninjõ secara umum merupakan
perasaan kemanusiaan yang merupakan perasaan cinta, perasaan kasih sayang, perasaan belas kasih, rasa simpati, rasa iba hati yang dirasakan terhadap orang lain seperti hubungan orang tua
dengan anaknya atau antara kekasihnya.