sangat buruk. Ibunya yang masih muda menangis karena diberitahukan bahwa bayinya tidak akan sembuh. Lalu meletakkan pipinya di kakiku, berkata, “Kumohon, berdoalah untuk bayiku”.
Aku berkata padanya, “Jangan menagis. Dokter mengatakan bayimu akan baik-baik saja. Kau harus kuat, ibu”.
Tetsuko Kuroyanagi : 169
Analisis :
Cuplikan ini meneritakan tentang Totto chan berjumpa dengan seorang ibu yang mempunyai seorang bayi yang kondisinya sangat memperihantinkan. Anaknya kekurangan gizi
sehingga menyebabkan kompikasi penyakit. Ibu itu pun masih terlihat sangat muda namun sudah mempunyai bayi yang sangat memperihantinkan. Totto chan merasa sangat kasihan dan iba
melihatnya, terutama kepada ibu anak tersebut. Totto chan pun langgsung memberi semangat dan harapan kepada ibu itu dengan mengatakan kau harus kuat dan jangan menangis. Rasa iba
dan belas kasihan Totto chan tersebut merupakan indeksikal adanya konsep Ninjõ.
3.2.8. Cuplikan Ketika di Irak. Cuplikan :
Semakin lama aku menatapnya, semakin aku mendekati kesimpulan itu. Menyedihkan sekali. Datang ke dunia ini hanya untuk pergi secepat itu. Siapa tahu mungkin saja anak seperti
dirinyalah yang memiliki kemampuan untuk menyelamatkan anak-anak di seluruh dunia, tapi faktanya ia lahir di negara ini dan dengan kondisi seperti ini, ditakdirkan untuk mati seperti kain
yang mengerut.
Tak seorang pun bisa melakukan sesuatu untuk membuat anak-anak ini nyaman. Satu- satunya yang bisa ku lakukan adalah meremas tangan kecil mereka dan meminta pengampunan
dari mereka di dalam hati : memohon maaf karena tak mampu berbuat apa-apa untuk melenyapkan penderitaan mereka.
Tetsuko Kuroyanagi : 179-181
Analisis :
Dalam cuplikan ini bercerita tentang Totto chan bertemu dengan bayi yang sekarat akibat gizi buruk. Totto chan merasa sangat kasihan dan iba karena melihat bayi yang menderita
kekurangan gizi, sehingga badanya kecil, kulitnya keriput dan tatapan matanya kosong. Totto chan merasa sangat kasihan dan iba melihatnya, karena bayi itu dilahirkan untuk menderita dan
mati seperti kain yang menngerut. Tapi Totto chan tidak tau melakukan apa untuk kesembuhan bayi itu, sehingga Totto chan hanya bisa meremas tangan bayi kecil itu dengan hangat dan
meminta pengampunan kepada bayi itu. Perasaan Totto chan ini merupakan indeksikal adanya konsep Ninjõ yang direalisasikan oleh Totto chan kepada bayi munggil itu.
Cuplikan :
Aku tahu betapa menderitanya para ibu pada masa perang ketika tidak tersedia apa-apa. Situasi memang sulit bagi anak-anak, tapi lebih sulit lagi bagi para ibu. Mungkin penderitaan
anak-anak mereka membuat para ibu ini tampak tua sebelum waktunya, sering kali para ibu yang batu berumur 35 atau 36 sudah kelihatan seperti tua.
Seorang dokter muda berteriak kearah kamera, “Saya harap anda akan mengerti, tidak ada yang lebih menyedihkan bagi seorang dokter dari pada tidak mengobati pasenya karena
kekurangan obat dan peralatan kedokteran.” Kata-katanya merupakan gema kata-kata semua dokter di Baghdad.
Aku hanya bisa berempati dengan para dokter, baik yang ada di Basra maupun di ibu kota.
Tetsuko Kuroyanagi : 186-187
Analisis :
Selain bayi dan orang-orang yang dikunjungi Aku Totto chan dan kru UNICEF dalam misinya menjalankan perjalanan kemanusiaan, dokter juga sangat menyedihkan sekali
kondisinya kerena obat dan alat kesehatan tidak ada. Sungguh tragis sekali apa gunanya ada dokter tapi obat tidak ada untuk mengobati manusia yang harus di obati itu. Perasaan Totto chan
melihat kondisi itu merasa sangat kasihan karena melihat dokter yang tak bisa berbuat apa-apa karena peralatan dan obatnya tidak ada. Totto chan pun merasa empati melihat dokter-dokter
yang ada di Basra maupun di kota. Sikap dan perasaa ini merupakan indeksikal adanya konsep Ninjõ.
3.2.9. Cuplikan Ketika di Etiopia. Cuplikan :