Setting Novel “Totto-Chan’s Children” Karya Tetsuko Kuroyanagi.

merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasanya dalam bentuk cerita.

7. Amanat

Amanat adalah pesan moral atau hikmah uang ingin disampaikan pengarang pada pembaca. Dalam menyampaikan amanat atau pesan, pengarang novel atau cerita rekaan menggunakan cara penyampaian langsung dan penyampaian tak langsung. Kedua bentuk penyampaian tersebut itu dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Penyampaian langsung adalah pengarang secara langsung mendeskripsikan perwatakan tokoh-tokoh dalam cerita dengan “memberitahukan”. b. Penyampaian tak langsung adalah pengarang menyampaikan pesan secara tersirat, terpadu dalam unsur cerita lainya. Pembaca dituntut untuk menentukan sendiri petunjuk, pepatah dan keteladenan melalui teks yang dibaca. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah novel atau cerita memiliki kepaduan yang utuh diantara semua unsur penyusunya agar dapat menghibur, memberikan kenikmatan emosional dan intelektual kepada pembacanya.

2.3. Setting Novel “Totto-Chan’s Children” Karya Tetsuko Kuroyanagi.

Salah satu unsur intrinsik dalam karya sastra ataupun dalam novel adalah setting atau latar. Menurut Abram dalam Nurgiantoro 1994:216, latar setting mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan. Sedangkan Menurut Dick hartono dalam Panuti Sudjiman 1984:46 latar atau setting adalah segala keterangan mengenai ruang, waktu, dan suasana terjadinya lakon dalam karya sastra ataupun novel secara lengkap, pembaca tentu harus memahami bagaimana setting dari karya sastra tersebut. Misalnya, dimana tempat berlangsungnya suatu peristiwa yang terdapat dalam novel atau disebut juga ruang, kapan peristiwa itu terjadi dan bagaimana situasi saat berlangsungnya peristiwa tersebut dalam suatu novel. Setting juga berhubungan erat dengan unsur-unsur lainya seperti tokoh, alur, tema, dan lain-lain. Mursal Esten dalam Dick Hartono 1984:88 mengatakan latar sebagai salah satu unsur yang terpenting dari struktur novel yang memperlihatkan suatu hubungan yang kait berkait dengan unsur-unsur struktur lainya, tidak saja erat hubunganya dengan penokohan tetapi juga amat erat hubungannya dengan tema dan amanat yang diungkpakan sebuah novel. Fungsi setting adalah memberikan informasi tentang situasi umum sebuah karya sastra. Novel “Totto-Chan’s Children” adalah novel yang di tulis oleh Tetsuko Kuroyanagi pada tahun 1997 dan mengambil setting di beberapa negara seperti Tanzania, Nigeria, India, Mozambik, Kamboja, Vietnam, Anggola, Banglades, Irak, Eitopia, Sudan, Rwanda, Haiti, Bosnia-Herzegovina. Setiap Negara mempunyai waktu yang berbeda-beda . 1. Tanzania 1984 Luas wilayah Tanzania kira-kira 945.086 kilometer persegi. Tanzania mengalami kekeringan parah, hujan tidak turun, hampir tak ada gandum yang bisa tumbuh. Setiap hari di Negara ini hampir kira-kira enam ratus anak di bawah umur lima tahun meninggal akibat kelaparan dan wabah penyakit. Banyak anak-anak yang tumbuh yang tubuhnya hanya tulang berbalut kulit, tulang rusuk mereka menonjol jelas. Selain kelaparan dan wabah penyakit, perang saudara adalah masalah berat Negara ini sehingga berakibat dampak buruk terhadap masyarakat Negara Tanzania ini. 2. Nigeria 1985 Nigeria terletak di tengah-tengah Afrika utara, di ujung selatan Sahara. Tidak jauh berbeda dengan Tanzania, di Negara ini hampir setengah wilayahnya adalah padang pasir, karena hujan jarang sekali turun di Negara yang berada di ujung selatan Sahara. Masalah terberat Negara ini adalah kekeringan yang luar biasa sehingga mengakibatkan kelaparan, karena tumbuhan tidak bisa tumbuh subur di Negara ini. 3. India 1986 India sangat berbeda dengan Tanzania dan Nigeria. Begitu banyak tumbuhan hijau di mana-mana. India merupakan Negara berpenduduk kedua terbanyak di Dunia setelah Cina. Madras adalah kota yang berda di bagian selatan india yang berpenduduk padat, tetapi merupakan daerah yang sangat indah untuk wisatawan namun kerena beberapa alasan 92 persen anak-anak Madras menderita kekurangan gizi. Bukan hanya di Madras namun di seluruh India menderita kekurangan gizi, banyak ibu-ibu yang kekurangan gizi saat mengandung dan sesudah melahirkan, sehingga anak-anak pun pasti akan kekurangan gizi. Selain kekurangan gizi, wabah penyakit tetanus juga salah satu masalah penyakit yang terbanyak di India. Tetanus disebabkan oleh bakteri beracun yang berdampak pada sistem saraf pusat. Sehingga banyak anak-anak meninggal dan sekarat. 4. Mozambik 1987 Mozambik mempunyai luas wilayah sekitar 776.996 kilometer persegi. Wilayahnya sangat luas dan subur dan Negara wisata, namun karena perang gerilya yeng terjadi di Negara ini membuat ancaman kematian merupakan dampak dari perang ini. Tentara gerilya selalu menanam ranjau atau bom di dalam tanah, gedung-gedung, menjarah hasil panen, membakar ladang, dan semua yang mereka lihat pun dihancurkan. Para lelaki dibunuh tanpa sebab, wanita diperkosa dan anak-anak yang cukup umur diculik dan dijadikan pakasa menjadi tentara gerilya. Perang ini membuat trauma kepada anak-anak, karena mereka tidak tahu mengapa perang terjadi. 5. Kamboza dan Vietnam 1988 Perang yang menjadi masalah terberat Negara ini. Akibat perang dan perebutan kekuasaan, banyak manuisa yang meninggal. Salah satunya adalah rezim Pol Pot. Rezim itu mengakibatkan sekitar tiga ribu anak menjadi yatim piatu karena dibunuh secara sadis. Dari jumlah tersebut tidak ada satu persen pun anak-anak tersebut tinggal di panti asuhan karena hanya 33 panti asuhan yang ada di seluruh negeri ini. Selain rezim Pol Pot serangan Negara Amerika yang menjatuhkan lima belas juta ton bahan peledak mendarat di Negara ini. Banyak anak –anak cacat dan menderita kelaparan. 6.Anggola 1989 Angola terletak di sebelah utara Afrika Selatan, jauh ke arah mengghadap ke Samudra Atlantik. Angola kaya akan emas, minyak bumi dan logam. Sebagian besar penduduk asli anggola ahanya dipekerjakan sebagai buruh, selain itu para petani dipaksa melakukan wajib militer untuk melindungi Negara. Negara ini baru saja merdeka dan enam puluh persen anggaran belanja Negara disisihkan untuk pertahanan. Perang sipil telah berlangsung begitu lama sampai- sampai dilaporkan bahwa dari seribu anak, 375 di antaranya akan meninggal sebelum mencapai usia lima tahun, sungguh sangat tragis. 7. Banglades 1990 Banglades terletek di perbatasan timur laut India, di Teluk Bengali. Luas wilayahnya kira-kira 144.000 kilometer persegi. Negara ini sangat subur namun sering terjadi banjir yang sangat parah sekali. Akibat banjir memicu banyaknya penyakit sehingga banyak masyarakat mengidap penyakit diare. Selain banjir sebelumya juga terjadi perang yang mengakibatkan banyak manusia yang meninggal dunia. Tidak heran jika rumah-rumah yang di dekat sungai hanyut setiap kali banjir dan air langgsung menuju ke tengah kota. Menurut laporan UNICEF tentang banjir tersebut, angin bertiup begitu cepat dan kencang hingga para ibu mengikat anaknya di pohon agar anak-anaknya tidak diterbangkan oleh angin. Badai juga tidak hanya mengambil nyawa manusia, namun juga merusak panen Bangladesh. Bencana alam seperti itu merupakan penyebab utama terjadinya kelaparan, penyakit, dan kemiskinan di Negara tersebut. Penyebab kematian anak-anak kebanyakan meninggal karena diare, karena anak-anak tidak meminum air yang higienis. Sepertiga kematian anak dibawah umur lima tahun disebabkan penyakit yang berhubungan dengan diare. Penularan penyakit terjadi pada waktu banjir, dan meminum air yang belum direbus. 8. Irak 1991 Perang merupakan penyebab utama banyaknya kematian di Irak. Perang ini berawal dari Amerika dan sekutu meluncurkan serangan udara besar-besaran atas jarak, yang dikenal dengan Perang Teluk Persia. Akibat perang perekonomian Irak menurun dan terjadinya inflasi yang sangat mengejutkan. Bahan makanan sangat mahal, maupun kebutuhan pokok lainya. Karena sebab itu rakyat pun jatuh miskin dan ancaman lingkungan yang sangat megerikan karena jorok dan tidak terurus. Anak-anak pun banyak terserang penyakit diare dan kekurangan gizi. 9. Etiopia 1992 Perang saudara yang berlangsung selama tiga puluh tahun dan bencana kekeringan yang terjadi sesudahnya membuat eitopia menjadi begitu miskin. Etiopia dipenuhi pengungsi. Orang- orang tak punya rumah, tak punya pekerjaan, tak punya makanan dan sangat memerihantinkan. Banyak terlihat gundukan-gundukan tanah tidak begitu besar, ironisnya itu adalah kuburan anak- anak yang meninggal karena kekurangan makanan dan gizi. Makanan sangat jarang mereka peroleh, lebih parah lagi dari Somalia sehingga mereka banyak yang tidak tahan dan menggungsi ke Etiopia. 10. Sudan 1993 Luas wilayah Sudan kurang lebih 2,5 juta kilometer persegi. Pada tahun 1993, Sudan merupakan Negara yang dibebani berbagai persolan serius yaitu perang saudara intens, kekeringan, dan 60 persen populasinya berjumlah 25 juta orang harus bergantung pada berbagai program bantuan luar negri untuk memperoleh makanan dan kebutuhan dasar lain. 30 persen wilayah Sudan kira-kira sepertiganya berupa gurun pasir yang tak bisa dihuni. Dapat dobayangkan betapa sulitnya bisa tinggal dan hidup di Negara ini.

11. Rwanda 1994

Negara Rwanda merupakan Negara yang subur namun perang saudara untuk mendapatkan wilayah kekuasaan sehinga merusak Negara subur ini. Tak tanggung-tanggung perang membuat rakyat menderita dan kelaparan. Masing-masing kubu mempertahankan kelompoknya masing-masing dengan cara melatih dan mendidik anak-anak yang masih kecil untuk menjadi tentara mereka. Sehingga anak-anak merasa trauma berat atas situasi pada saat itu. 12. Haiti 1995 Haiti adalah negara kecil yang terletak di Laut Karbia. Anak-anak yang menjadi korban kemiskinan, kondisi kesehatan yang buruk, dan juga perang, sehingga muncul perasaan iba, belas kasihan terhadap manusia khususnya kepada anak-anak yang di temuinya di Negara itu. Lokasi atau tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam novel ‘‘Totto-chan’s Children’’ tidak berlangsung di satu tempat saja, melainkan terjadi di beberapa tempat. 2.4. Defenisi Semiotik 2.4.1. Pengertian Semiotik

Dokumen yang terkait

Analisis Konsep Kazoku Dalam Novel “Kitchen” Karya Banana Yoshimoto (Banana Yoshimoto No Sakuhin Daidokoro No To Iu Shosetsu Ni Okeru Kazoku Ni Gainen No Bunseki)

7 71 54

Etika Bushido Dalam Novel Shiosai Karya Yukio Mishima (Yukio Mishima No Sakuhin No “Shiosai” No Shosetsu Ni Okeru Bushido No Doutoku)

3 36 58

ANALISIS PERKEMBANGAN MORAL YANG TERCERMIN PADA TOKOH TOTTO-CHAN DALAM NOVEL MADOGIWA NO TOTTO-CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI (MELALUI METODE PENDEKATAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN)

10 60 26

TOKOH TOTTO-CHAN DALAM NOVEL MADOGIWA NO TOTTO-CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI; TINJAUAN STRUKTURAL.

0 1 30

PROBLEMATIKA KEPRIBADIAN DALAM PROSES PENDIDIKAN DALAM NOVEL MADOGIWA NO TOTTO-CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI; TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 3 2

NOVEL MADOGIWA NO TOTTO CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI DI KALANGAN PENDIDIK TINJAUAN RESEPSI SASTRA.

0 0 6

SISTEM PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI TOMOE GAKUEN SEBELUM PERANG DUNIA II DALAM NOVEL MADO GIWA NO TOTTO CHAN KARYA TETSUKO KUROYANAGI : TINJAUAN MIMESIS.

0 1 7

The influence of the Seven Principles of Bushido on Totto-chan`s personality, in Tetsuko Kuroyanagi`s Totto-chan : The Little Girl at the Window.

0 0 88

ANALISIS MATERI KURIKULUM DALAM NOVEL AUTOBIOGRAFI TOTTO-CHAN GADIS CILIK DI JENDELA KARYA TETSUKO KUROYANAGI DAN IMPLIKASINYA PADA PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR KELAS 1 - iainska repository

0 5 136

Nilai-nilai pendidikan dalam novel Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi - USD Repository

0 15 136