2. SUMBER-SUMBER KEBIJAKAN ANALISA DATA

105

V. 2. SUMBER-SUMBER KEBIJAKAN

Untuk mengimplementasikan pengarusutamaan gender ini, serangkaian kegiatan telah dilaksanakan oleh Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu. Seluruh kegiatan ini tentunya memerlukan dana agar dapat dijalankan dengan baik. Sumber dana terbesar bagi biro ini terdiri dari 2 dua, yaitu APBD Provinsi Sumatera Utara dan bantuan teknis yang diberikan Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, yang berasal dari APBN. Namun bantuan teknis ini tidak diberikan secara rutin. Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu menilai akumulasi dari kedua sumber dana tersebut pada dasarnya belum memadai. Tambahan sumber dana lainnya diperoleh biro ini dari pihak swasta. Namun demikian, dilihat dari jumlahnya, akumulasi dari kedua sumber dana ini dinilai belum memadai untuk melaksanakan seluruh rencana program kegiatan yang diajukan oleh biro ini. Dari tabel berikut ini dapat disimak bahwa besarnya dana yang diajukan oleh Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu tidak sebanding dengan yang direalisasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sumatera Utara Bappedasu. Tabel Dana APBD yang Diajukan Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu dengan Dana APBD Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu yang Direalisasikan Bappedasu TAHUN ANGGARAN DANA YANG DI AJUKAN BPP SETDAPROVSU DANA YANG DI REALI SASI KAN BAPPEDASU 2007 Rp 1.725.000.000,- Rp 1.544.018.500,- 2008 Rp 4.035.000.000,- Rp 1.489.616.650,- Sumber: Penelitian Lapangan, 2008 Besar ataupun kecilnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Provinsi Sumatera Utara ikut mempengaruhi kinerja implementasi pengarusutamaan gender di provinsi ini. Semakin besar APBD, maka semakin besar jumlah dana yang diterima oleh Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu dalam mengimplementasikan pengarusutamaan gender. Dengan demikian, akan semakin banyak kegiatan yang dapat dilakukan untuk Universitas Sumatera Utara 106 meningkatkan kinerja implementasi pengarusutamaan gender di Provinsi Sumatera Utara. Semakin kecil APBD, maka semakin kecil pula jumlah dana yang diterima oleh Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu. Dampaknya, pengarusutamaan gender kemungkinan besar tidak dapat berjalan optimal. Agar program kegiatan tidak terhambat akibat minimnya dana yang diperoleh, maka biro ini melakukan penyesuaian kembali program kegiatan mereka dengan dana yang tersedia. Pada dasarnya, seluruh kegiatan memang tetap terlaksana tetapi dengan kadar yang diminimalisir karena terbatasnya dana tersebut. Hal tersebut diungkapkan melalui beberapa kutipan wawancara di bawah ini. “…biasanya biro dulu yang mengusulkan, kemudian disesuaikan dengan keadaan APBD itu. Ya sebenarnya sih, kalau mau jujur, jumlahnya itu memang tidak cukup ya…” Wawancara Kepala Sub Bagian Tata Usaha Biro Pemberdayaan Perempuan, 26 Maret 2008 “…dana tidak mencukupi. Harusnya tiap tahun ditingkatkan, karena sangat tidak memadai dengan kegiatan-kegiatan di BPP. Program tetap dilaksanakan dengan dana yang tersedia dan dimaksimalkan untuk itu…” Wawancara Kepala Sub Bagian BantuanPerlindungan Perempuan Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, 17 April 2008 “…memang kalau dari segi jumlah, ya bisa dikatakan kurang-lah ya. Tapi dengan berapa dana yang kita dapatkan itu, ya kita cukupkan juga supaya semua kegiatan yang sudah kita susun tadi, dapat berjalan dengan baik juga…” Wawancara Kepala Sub Bagian Sumber Daya dan Kemandirian Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, 15 April 2008 Meski jumlah dana dinilai tidak memadai, yang juga ikut memotivasi kinerja implementasi pengarusutamaan gender oleh Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu ini adalah adanya persaingan untuk mendapatkan penghargaan Parahita Ekapraya oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia. Dengan keberhasilan program pengarusutamaan gender yang telah dilaksanakan oleh Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu bekerja sama dengan instansi terkait kepolisian, kejaksaan, PSW atau Pusat Studi Wanita, LSM atau Lembaga Swadaya Masyarakat, organisasi perempuan, Universitas Sumatera Utara 107 organisasi masyarakat dan dukungan dari Komisi E DPRD-SU, maka Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah menerima Penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya tingkat Pratama tahun 2004 dan 2005, dan tingkat Utama tahun 2006 dan 2007 yang diserahkan langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, kepada Gubernur Sumatera Utara pada puncak Peringatan Hari Ibu.

V. 3. KOMUNIKASI ANTAR ORGANISASI DAN KEGIATAN-KEGIATAN