7. STRATEGI UNTUK MENGATASI HAMBATAN

99 Keterbatasan dana untuk pemberdayaan perempuaan, tidak hanya terjadi di biro ini tetapi juga di instansi-instansi pemerintah lainnya, seperti yang dinyatakan oleh Ibu Ir. Hj. Nurlisa Ginting, M. Sc., melalui kutipan hasil wawancara berikut ini. “…menyangkut budget juga ya. Terbatas. Bukan hanya di sini, tetapi juga di kabupatenkota, di instansi-instansi, di organisasi-organisasi…” Wawancara Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, 03 Juni 2008 Akibat terbatasnya dana di biro ini, maka program kegiatan yang telah mereka rencanakan sedemikian rupa tidak dapat diselenggarakan semaksimal yang mereka harapkan. Meski tetap berjalan, namun program kegiatan tersebut masih jauh dari harapan. Padahal, menurut Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, Ibu Ir. Hj. Nurlisa Ginting, M. Sc., dalam bidang pemberdayaan perempuan, begitu banyak hal yang masih harus dilakukan Wawancara Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, 03 Juni 2008.

IV. 7. STRATEGI UNTUK MENGATASI HAMBATAN

Dari beberapa hambatan yang dihadapi Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu dalam mengimplementasikan pengarusutamaan gender, yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya, hanya ada beberapa hambatan yang dapat diminimalisir biro ini melalui beberapa strategi yang dijalankannya. Penanggulangan untuk masalah rendahnya kuantitas keterwakilan perempuan pada tingkat pengambil keputusan ini tidak dapat dilaksanakan secara tiba-tiba oleh Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, mengingat ini menyangkut pemahaman dari para pengambil keputusan tersebut. Semakin tinggi tingkat pemahaman mereka mengenai konsep gender, maka hambatan ini akan semakin cepat teratasi. Dalam hal inilah Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu berperan penting dalam melakukan sosialisasi yang gencar demi terpupuknya pemahaman tersebut. Universitas Sumatera Utara 100 Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia SDM pegawainya, Biro Pemberdaayaan Perempuan Setdaprovsu telah dilakukan berbagai upaya, seperti misalnya mengadakan atau pun juga mengikutsertakan para pegawai pada pelatihan dan juga seminar, dengan tujuan agar mereka lebih mengerti akan implemetasi pengarusutamaan gender ini. Biro ini bahkan memiliki anggaran khusus untuk tujuan tersebut setiap tahunnya, seperti yang dinyatakan oleh Ibu Ir. Hj. Nurlisa Ginting, M. Sc. berikut ini. “…ya kita memang mengadakan pelatihan untuk para pegawai ya. Seperti yang pernah kita adakan kerjasama dengan USU. Itu kemarin kita adakan 2 hari pelatihan. Tetapi yang lebih dikhususkan itu kepada staf biasa, bukan pegawai strukturalnya. Meski memang ada juga yang untuk mereka, tetapi lebih diutamakan staf-staf. Karena saya merasa pegawai struktural di biro ini memang sudah paham ya, karena mereka memang lebih sering terlibat dari staf-staf biasa. Selain itu, kita juga sering mengirim pegawai kita untuk mengikuti pelatihan atau mungkin seminar yang diadakan oleh Meneg PP. Biasanya memang tidak dipungut biaya, tapi untuk memberangkatkan mereka itu ‘kan butuh biaya. Nah, biaya itu yang kita tanggung dalam dana yang kita dapatkan dari APBD. Jadi kita memang punya anggaran setiap tahunnya untuk meningkatkan SDM di biro ini…” Wawancara Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, 11 Juni 2008 Masalah keterbatasan dana dalam Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu ternyata mendorong biro ini untuk berswadaya melalui pihak-pihak yang lain. Pada dasarnya, inisiatif yang seperti inilah yang dituntut pemerintah dari biro ini. Karena tidak selamanya pemerintah mampu memenuhi seluruh permintaan yang mereka tampung. Kemampuan pemerintah pun terbatas, mengingat masih banyak hal lain yang harus diselesaikan juga. Tetapi dengan terbangunnya kerjasama dengan pihak-pihak lain tadi, maka pekerjaan pemerintah pun semakin diringankan. Universitas Sumatera Utara 101

BAB V ANALISA DATA

Sesuai dengan yang telah disebutkan pada bab-bab sebelumnya dalam laporan penelitian ini, data-data yang telah berhasil diperoleh oleh peneliti akan dianalisis berdasarkan teori model implementasi yang dikemukakan oleh Van Horn dan Van Meter. Adapun beberapa variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi suatu kebijakan menurut teori ini, yaitu: ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan; sumber-sumber kebijakan; komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan; karakteristik badan-badan pelaksana; kondisi sosial, ekonomi, dan politik; dan kecenderungan pelaksana implementors.

V. 1. UKURAN-UKURAN DASAR DAN TUJUAN-TUJUAN KEBIJAKAN

Ukuran-ukuran dasar kinerja implementasi pengarusutamaan gender memang tidak turut dicantumkan dalam Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional sebagai dasar hukum pelaksanaan pengarusutamaan gender di Indonesia. Dan di banyak produk hukum lainnya pun, hal ini memang tidak pernah ditetapkan secara pasti. Namun yang menjadi dasar penilaian evaluasi pengarusutamaan gender yang selalu dilakukan oleh Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, adalah hasil perumusan dari beberapa pertemuan penting seputar perempuan di tingkat internasional, seperti CEDAW, Beijing Platform, dan MDGs Millenium Development Goals. Dalam rumusan tersebut terdapat beberapa poin penting yang dapat dijadikan menjadi ukuran- ukuran dasar kinerja implementasi pengarusutamaan gender. Adapun evaluasi berdasarkan Parahita, merupakan evaluasi yang diadakan sebagai syarat untuk mendapatkan penghargaan dalam bidang pemberdayaan perempuan, yang diselenggarakan langsung oleh Kementerian Universitas Sumatera Utara