1. BENTUK PENELITIAN 2. LOKASI PENELITIAN 3. UNIT ANALISIS DAN INFORMAN 5. TEKNIK ANALISA DATA

35

BAB II METODE PENELITIAN

II. 1. BENTUK PENELITIAN

Karena penelitian mengenai implementasi pengarusutamaan gender dalam Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu ini dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, tanpa membuat perbandingan, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif Sugiyono, 2005:11. Seperti yang dinyatakan oleh Burhan Bungin 2001:124 bahwa data kualitatif diungkapkan dalam bentuk kalimat serta uraian-uraian, bahkan dapat berupa cerita pendek. Ciri khas dari data kualitatif adalah menjelaskan kasus-kasus tertentu. Data kasus hanya berlaku untuk kasus tertentu serta tidak bertujuan untuk digeneralisasikan atau menguji hipotesis tertentu Bungin, 2001:124. Dengan demikian, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

II. 2. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kantor Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara yang beralamat di Jl. P. Diponegoro No. 30 Medan, Sumatera Utara- Indonesia.

II. 3. UNIT ANALISIS DAN INFORMAN

Unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai, dalam arti termasuk kepala, dalam Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu. Sedangkan untuk informannya, peneliti membagi atas 2 dua kelompok, yaitu informan biasa dan informan kunci. Untuk informan biasa, peneliti akan memilih secara acak pegawai yang seluruh pegawai yang ada di Biro Universitas Sumatera Utara 36 Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, tetapi lebih diprioritaskan kepada kepala bagian atau kepala sub bagian terlebih dahulu dan kemudian kepada jabatan yang lebih rendahnya. Khusus untuk kepala Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, peneliti menentukannya sebagai informan kunci.

II. 4. TEKNIK PENGAMBILAN DATA

Adapun teknik pengumpulan datang yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Data primer, yang akan diperoleh melalui:

a. Wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman guide wawancara Bungin, 2001:133. Bungin juga mengemukakan beberapa bentuk wawancara, namun lebih tepat rasanya kalau peneliti menggunakan teknik wawancara terarah dimana wawancara dilaksanakan secara bebas, tetapi kebebasan ini tetap tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden dan telah dipersiapkan sebelumnya oleh pewawancara Bungin, 2001:135.

b. Observasi, adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

penelitian yang dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan melalui penggunaan panca indera Bungin, 2001:142. Bentuk observasi yang akan digunakan peneliti observasi langsung dimana pengamatan dilakukan secara langsung pada objek yang diobservasi dalam hal ini adalah kegiatan-kegiatan maupun perilaku pegawai sehari-hari dalam menjalankan tugasnya di Biro Pemberdayaan Perempuan Setdaprovsu, dalam arti bahwa pengamatan tidak menggunakan “media-media transparan”. Hal ini dimaksud bahwa peneliti secara Universitas Sumatera Utara 37 langsung melihat atau mengamati apa yang terjadi pada objek penelitian Bungin, 2001:143.

2. Data Sekunder, yang diperoleh melalui studi pustaka yang terdiri dari:

a. Penelitian kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui buku-buku,

dokumen, majalah, perundang-undangan yang relevan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan objek penelitian.

b. Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengkajian dan

penelaahan terhadap catatan-catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

II. 5. TEKNIK ANALISA DATA

Data kualitatif yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti akan dianalisis dengan teknik analisis domain domain analysis, artinya analisis hasil penelitan ini hanya ditargetikan untuk memperoleh gambaran seutuhnya dari objek yang diteliti, tanpa harus diperincikan secara detail unsur-unsur yang ada dalam keutuhan objek penelitian tersebut Bungin, 2001:293. Adapun teori yang akan digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh adalah teori model kebijakan yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn yang telah dijelaskan pada kerangka teori. Universitas Sumatera Utara 38

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III. 1. SEJARAH SINGKAT BIRO PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

SETDAPROVSU Cikal bakal pembentukan Biro Pemberdayaan Perempua di Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Utara sudah ada sejak lama. Biro ini sebenarnya berasal dari Sub Bagian Peranan Wanita yang terdapat dalam Biro Bina Sosial, sampai akhirnya diberlakukan Undang-Undang Otonomi Daerah pada tahun 2001. Otonomi daerah memberi peluang kepada pemerintahan daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri, termasuk struktur organisasi pemerintahannya, sesuai dengan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Demikianlah Sub Bagian Peranan Wanita ini berubah menjadi Biro Pemberdayaan Perempuan. Di beberapa daerah lain, Biro Pemberdayaan Perempuan ini bukan berbentuk, melainkan badan. Hal tersebut dianggap wajar dalam otonomi daerah. Karena semuanya itu tergantung kebutuhan dan kondisi daeraht tersebut. Pembentukan biro ini diatur dalam Perda Sumatera Utara No. 2 Tahun 2001. Sehingga pada bulan Desember 2001, dilantiklah pegawai yang akan ditempatkan pada biro ini. Adapun latar belakang pengalaman kerja pegawai Biro Pemberdayaan Perempuan ini adalah:

a. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah

b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

c. Badan Ketahanan Pangan

d. Biro Sosial

e. Biro Pemerintah Desa

f. Kantor Sosial Politik

Universitas Sumatera Utara