Macam-Macam Terapi Terapi 1. Pengertian Terapi

18 siapa yang membiasakan istighfar, niscaya Allah akan melapangkan jalan keluar dari setiap kesulitannya, dan kelapangan dari setap kesusahannya, serta memberikan re eki kepadanya dari jalan yang tak terduga. HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah 5 b. Terapi dengan d ikir Semua ibadah pada hakikatnya adalah satu usaha untuk mengingat Allah, baik dengan takbir, tahlil, tahmid, pembacaan Al- Qur’an dalam setiap sholat, ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud dan sampai diakhiri dengan salam. Rasulullah Saw banyak menganjurkan para sahabat untuk selalu bertasbih dan menerangkan kepada mereka keutamannya dalam menggapai kebaikan dan menghapuskan dosa dan kesalahan dalam menggapai ampunan dan ridha Allah untuk mencapai surgaNYA. 6 ûï qZBä ûõKÜ?r Ogq= .‹ 3 w 2‹ ûõJÜ? q=9 ÇËÑÈ “ yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allhlah hati menjadi tenteram”. QS. Ar-Rad 13:28 c. Terapi dengan Do’a Do’a merupakan terapi yang paling mujarab, ia musuh segala bencana, dapat menolak bahkan dapat pula menghilangkannya minimial menghilangkan bala yang datang, 7 5 Ust. Mujaddidul Islam Mafa. “Menyibak Kedasyatan Dzikir”. Lumbung Insani, 2009 cet ke 1, h.120. 6 Musfir Bin said A - ahrani, Konseling Terapi. Penerjemah Sari Nurlita, Depok:Gema Insani, 2005, cet ke-1. H. 500 7 Ibnu Qoyyim, Terapi Penyakit Dengan Al-qur’ an dan Sunnah” , Jakarta: Pustaka:Amanah, 1991,h 9. 19 Do’a merupakan salah satu sarana untuk mengingat Allah, do’a juga merupakan otak dari semua ibadah yang ada, sesungguhnya di dalam do’a ada kelapangan hati dan penawar bagi segala keresahan dan bencana, karena sesungguhnya seorang yang berdo’a berharap agar Allah mengabulkan do’anya itu, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Baqarah 2:186 Œr 79™ “Š6ã Ó_㠒Tù =ƒ =‹_ oqãŠ í Œ b㊠q6‹fG¡Š=ù ’ qZBs‹9r ’1 Ng=è9 cr‰©ƒ ÇÊÑÏÈ “Dan apabila hamba-hamba-KU bertanya kepadamu tentang aku, maka jawablah, bahwasannya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a kepada-KU, maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-KU dan hendaklah mereka beriman kepada-KU, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. QS. al- Baqarah:186 8 Berd ikir dan bertawakkal bergantung kepada Allah mempunyai kekuatan yang luar biasa, di dalamnya ada kekuatan psikoreligius, yang dalam keilmuan termasuk dalam cabang psikoneuro-ondokrim-immunologi. Yang artinya kondisi psikis akan mempengaruhi syaraf dan selanjutnya mempengaruhi kelenjar, dan kelenjar akan mengeluarkan cairan dalam tubuh yang disebut dengan endokrim. 9 Dari pembahasan teori di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa terapi pengobatan yang disyari’atkan Al-Qur’an merupakan suatu cara alternatif yang dilakukan sebagai pengobatan guna 8 A -Zahrani, Konseling Terapi, h. 508. 9 Ust. Mujaddidul Islam Mafa, Menyibak Kedasyatan Dzikir, h.121. 20 memulihkan kembali kondisi tubuh si pasien, dengan metode pendekatan religius. Kekuatan psikoreligius dalam berd ikir dan berdo’a sangat membantu menciptakan suasana hati yang tenang dan tentram, karena dengan kekuatan keyakinan dan penuh rasa harap maka do’a tersebut insya Allah akan terkabul, disinilah pentingnya menata hati dan mental. Biasanya para “terapis” menggunakan media dan teknik yang berbeda-beda dalam melakukan terapi, salah satunya yaitu dengan air dan teknik pemijatan. Berikut penjelasan keduanya. Air adalah nikmat dan karunia Allah yang luar biasa bagi umat manusia, dengan mengutip al-qur’an, maka sebagai berikut pernyataan Allah, “Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup” QS al-anbiya:30. 10 Terapi air adalah bagian dari naturopati yaitu sistem penyembuhan berdasarkan pengobatan alami dengan memanfa’atkan kemampuan tubuh dalam menyembuhkan dirinya. Air memang memiliki daya penyembuh entah itu dengan cara diminum atau untuk berendam, bahkan ada yang mengkombinasikan terapi air dengan alunan musik yang diperdengar lewat kolam. 11 Dr. Masaru Emoto telah berhasil membuktikan bahwa air yang diberi respon positif, termasuk do’a, akan menghasilkan bentuk heksagonal yang indah, seperti kata-kata “cinta dan terima kasih”, lalu air tidak berbentuk apapun ketika diberi kata “kamu bodoh”. 10 Masaru Emoto, The True Power of Water. A am Translator, Bandung:MQ Publishing, 2007, cet ke-IX, h.9. 11 Dr Ade Sari Yuanita, Terapi Air Putih. Jakarta: Klik Publishing, 2001, cet ke-1, h. 79. 21 Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa air bisa membawa pesan atau informasi dari apa yang diberikan kepadanya. Bagi kaum muslim bolehlah merujuk pada apa yang pernah disabdakan Nabi Muhammad SAW tentang air am am, “air am am akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya”. 12 Selanjutnya yaitu terapi dengan teknik pijat, teknik pijat cukup sederhana, cukup menggunakan jari-jari tangan atau alat bantu. Terapi pijat memang erat kaitannya dengan akupuntur. Hal ini karena dengan memijat merupakan upaya untuk mencari kesembuhan, dan titik yang digunakan dan yang dipijat merupakan titik-titik akupuntur. Teknik akupuntur tersebut hingga kini berjumlah 360 titik yang tersebar di seluruh tubuh, mulai dari wajah, leher, dada, punggung, tangan, dan kaki. Ada pula titik khusus yang berada di bawah telinga. Titik di telinga ini adalah ona organ dalam tubuh, semua organ dalam jaringan tubuh memiliki area di daun telinga ini. ona telinga berfungsi sebagai ona deteksi dan ona terapi. Zona terpi di telinga sepintas sama dengan ona ona terapi dalam pijat refleksi. Terapi pijat dapat merangsang keluarnya hormon endorfin hormon yang menimbulkan rasa bahagia, memadukan pengetahuan tentang anatomi tubuh manusia yang menyeluruh, menyembuhkan bagian-bagian tubuh tertentu, patologi dan psikologi manusia. 12 Masaru Emoto, h.10. 22 Sehingga, terapi ini hanya bisa bermanfa’at jika dilakukan dengan seorang terapis yang terlatih. 13 Adapun terapi pengobatan NAPZA dengan cara tindakan medis untuk mengatasi kelebihan dosis yang dapat mengakibatkan kematian, berikut pembahasannya: a. Detoksifikasi Detoksifikasi adalah terapi untuk melepaskan pasien dari kelebihan dosis, intoksikasi, dan sindrom putus at. Detoksifikasi merupakan tahap awal dari proses terapi gangguan mantal dan prilaku akibat penggunaan at psikoaktif. Langkah-langkah detoksifikasi yaitu sebagai berikut: 1 Jaga agar pernapasan selalu berjalan lancar, bila perlu beri napas buatan, pasang intubasi trakeal dan pasang respirator 10-12 kali per menit, bindari oksigen karena akan menghambat pernapasan secara spontan. 2 Usahakan agar peredaran darah tetap lancar, bila jantung berhenti berdenyut, lakukan masase jantung eksternal dan berikan adrenalin intrakardial: bila terjadi fibrasi, gunakan defibrilator; bila sirkulasi darah tidak memadai, beri infus 50 cc sodium bikarbonat 3,75 g, untuk asidosis. 3 Pasang infus dan beri tetesan lambat, sampai dipastikan perlu cairan infus, baru tetesan di dipercepat sesuai kebutuhan. 13 Iqra’ Al-Firdaus, Terapi Pijat untuk Kesehatan, Kekuatan Daya Ingat”. Jogjakarta: Buku Biru, 2011 cet ke-1, h. 55. 23 4 Awasi kemungkinan terjadinya kejang: kendurkan pakaian yang terlalu menekan badan. Bila terjadi kejang, berikan dia epam i.v. 10 mg, dapat diulang setiap 20 menit bila diperlukan. 5 Bila kemungkinan terjadi hipoglikimia, beri glukosa 50 i.v. sebanyak 50 cc. 6 Bila penggunaan at psikoaktif secara oral belum berlangsung lama, pertimbangkan untuk menginduksi muntah atau lakukan kuras lambung setelah irama jantung stabil. Gunakan sirup ipecac 10-30 mg oral dan dapat diulang setelah 15-30 menit. Bila belum berhasil jangan gunakan arang bersamaan dengan ipecac karena arang akan menghambat ipecac. Kuras lambung dilakukan stelah intubasi trakeal terpasang. Kuras lambung dilakukan hanya bila penggunaan at psikoaktif berlangsung tidak lama dari 4-6 jam, yang ekstrem sampai 12 jam. Waktu yang lama ini khususnya pada penggunaan PCP karena PCP mengalami siklus ulang dan dieksresi kembali ke dalam lambung setelah lebih dari enam jam sesudah dimakan. Kuras lambung jangan dilakukan bila pasien mengkonsumsi at korosif, seperti kerosen, strychnine, atau minyak mineral. Setelah isi lambung dikeluarkan, bilas dengan cairan isotonik salin sebanyak 10-12 kali sampai cairan yang keluar tampak jernih. Sebaliknya jumlah cairan setiap kai membilas jangan 24 terlalu banyak agar lambung tidak mengembang terlalu besar sehingga at psikoaktif tida masuk ke dalam usus, simpan muntahan untuk pemeriksaan toksikologi. Berikan arang atau minyak kastor agar menghambat absorbi at psikoaktif oleh lambung. 7 Diuresis jarang dilakukan, bila dilakukan dapat dipakai furosemid 40-100 mg secara reguler. Jangan lupa memperhatikan elektrolit dan air. 8 Sesudah keadaan kritis sudah teratasi, lakukan observasi mula- mula setiap 15 menit selama empat jam. Sesudah itu setiap 2-4 jam selama 24-48 jam. b. Terapi putus NAPZA 1 Terapi putus kokain Rawat pasien ditempat yang tenang dan biarkan tidur dan makan sepuasnya. Hati-hati terhadap kemungkinan percobaan bunuh diri. Maka untuk mengantisipasi hal itu terjadi cukup diberikan antidepresi bila perlu. 2 Terapi putus alkohol Pasien diberikan ben odia epin yang berjanga panjang klordia epoksid, dia epam atau yang berjangka kerja pendek oksa epam atau lora epam. Bila terdapat gangguan fungsi hati, sebaiknya digunakan ben odea epin berjangka kerja pendek. Bila terjadi gangguan fungsi hati, pada umumnya 25 digunakan ben odea epin berjangka kerja panjang, yang paling sering digunakan adalah dia epam sebanyak 20 mg per oral stiap dua jam, maksimal 100 mg pada hari pertama. Dosis tersebut diturunkan setiap hari sekitar 10-20. 3 Terapi putus amfetamin Rawat inap pasien di tempat yang tenang, biarkan pasien tidur dan makan sepuasnya, waspada dengan ide bunuh dir, maka untuk menghindari hal ini dapat diberikan anti depresan bila perlu. 4 Terapi putus tembakau Tidak perlu di rawat inap di rumah sakit, bila diperlukan dapt diberikan analgetik untuk megatasi rasa nyeri dan antiansietas untuk mengatasi kegelisahan dan iritabilitasi. 5 Terapi putus kafein Tidak perlu dirawat inap di rumah sakit. Bila diperlukan, dapat diberikan antiansietas misalnya, diazepam untuk mengatasi ketegangan otot dan ansietas. 14

3. Fungsi dan Tujuan Terapi

Adapun fungsi dan tujuan terapi adalah sebagai berikut: a. Fungsi pencegahan preventif. Dengan mempelajari, memahami dan mengaplikasikan terapi ini, maka seseorang akan terhindar dari hal-hal, 14 Satya Joewana, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Gangguan Psikoaktif, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2004 hal 255-257. 26 keadaan atau peristiwa yang membahayakan dirinya, jiwa, mental, spritual atau moralnya. b. Fungsi penyembuhan atau treatmen. Dengan adanya terapi ini akan membantu seseorang melakukan pengobatan, penyembuhan, dan perawatan terhadap gangguan dan penyakit, khususnya terhadap gangguan mental, spritual, dan kejiwaan seperti dengan d ikrullah, hati dan jiwa menjadi tenang, damai dan sebagainya. c. Fungsi pensucian dan pembersihan sterilisasipurification. Terapi ini melakukan upaya pensucian-pensucian diri dari dosa. Sedangkan tujuan terapi adalah a. Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat jasmani dan rohani atau mental, spriual dan moral. b. Menggali dan mengembangkan potensi esensi sumber Akibat Penggunaan Zat daya insani. c. Mengantarkan individu kepada perubahan konstruksi dalam kepribadian dan etos kerja. d. Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman, keikhlasan dan ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari dan nyata. e. Mengantarkan individu menenai, mencintai, dan berjumpa dengan esensi diri, atau jati diri dan citra diri serta at Yang Mahasuci yaitu Allah SWT. 15 15 M. Hamdani Bakran A d -D aky, “Konseling dan Psikoterapi Islam Penerapan Metode Sufistik”, Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2004, h. 276-278.

Dokumen yang terkait

Strategi pengkaderan da'i Pondok Pesantren Daarul Hikmah desa Pekayon Sukadiri Tangerang

1 58 89

Pola komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren al-Asmaniyah Kampung Dukuhpinang, Tangerang, Banten

3 113 82

Strategi Dakwah Melalui Program Pembinaan Mantan Korban Napza Di Pondok Pesantren Hikmah Syahadah Tangerang

0 8 115

PERBANDINGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH BERBASIS MULTIKULTURAL Perbandingan Model Pendidikan Karakter Pondok Pesantren Darusy Syahadah Berbasis Multikultural dan Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Berbasis Potensi Diri Tahun

0 6 19

PERBANDINGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH BERBASIS MULTIKULTURAL Perbandingan Model Pendidikan Karakter Pondok Pesantren Darusy Syahadah Berbasis Multikultural dan Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Berbasis Potensi Diri Tahun

0 3 18

PRAKTIK BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK DI PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH BOYOLALI Praktik Bimbingan Konseling Kelompok Di Pondok Pesantren Darusy Syahadah Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 7 14

PRAKTIK BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK DI PONDOK PESANTREN DARUSY SYAHADAH BOYOLALI Praktik Bimbingan Konseling Kelompok Di Pondok Pesantren Darusy Syahadah Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 4 17

MODEL PENYEMBUHAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIK PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF (NAPZA) : Studi Eksplorasi Metode, Peranan dan Keterampilan pada Korban Penyalahgunaan NAPZA di Pondok Pesantren Suryalaya.

1 5 75

metode terapi dan rehabilitasi korban napza

0 4 16

PENGELOLAAN WAKAF PONDOK PESANTREN AL-HIKMAH SIRAMPOG KABUPATEN BREBES

0 1 22