dan kalor siswa yang menggunakan pembelajaran model STAD dan Jigsaw masing-masing sebesar 34,86 dan 50,94, nilai selengkapnya terdapat pada lampiran deskripsi data. Maka model
pembelajaran Jigsaw pada materi suhu dan kalor memberikan efek lebih baik terhadap prestasi belajar pada materi suhu dan kalor.
Beberapa hal yang mendukung keberhasilan model pembelajaran Jigsaw lebih baik dari model pembelajaran STAD, diantaranya lebih kepada penguasaan konsep daripada penguasaan
kemampuan, siswa termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik, siswa mau bekerja keras dalam kelompok supaya mereka dapat membantu kelompoknya melakukan tugas dengan baik,
siswa juga memperoleh materi yang berbeda dari teman-teman ahlinya. Fakta bahwa para siswa, setelah mengalami proses pembelajaran dengan model pembelajaran Jigsaw, telah membentuk
pengalaman belajar yang nyata, menggali informasi dan membahas topik lebih mendalam, hal ini terlihat di gambar dokumentasi pada lampiran photo-photo pembelajaran. Menurut Kazim
Karabekir 2008 dalam penelitian yang berjudul “The Effect of the Jigsaw Technique on
Learning the Concepts of the Principles and Methods of Teaching ”
menyimpulkan bahwa kelompok yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih berhasil
dibandingkan kelompok yang menggunakan metode pembelajaran tradisional. Berdasarkan uraian di atas pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Jigsaw pada materi suhu dan kalor merupakan model pembelajaran yang baik digunakan untuk melatih siswa dalam belajar memahami suhu dan kalor serta melatih siswa
mengembangkan cara berpikir koopertif. Pembelajaran model ini merupakan inovasi pembelajaran fisika agar proses pembelajaran tidak membosankan sehingga dapat menghasilkan
prestasi belajar yang memuaskan.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan, gaya belajar visual dan auditorial diperoleh p-value sebesar 0,965 yang lebih besar dari batas signifikansi yang
ditentukan yaitu = 0,05. Gaya belajar siswa visual dan auditorial tidak berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual dan auditorial masing-masing sebesar 43,63 dan 40,30, nilai selengkapnya terdapat pada lampiran
deskripsi data. Maka gaya belajar visual dan auditorial tidak memberikan efek berbeda terhadap prestasi belajar pada materi suhu dan kalor. Mengapa gaya belajar tidak berpengaruh terhadap
prestasi belajar pada materi suhu dan kalor karena model pembelajaran kooperatif menggunakan STAD dan Jigsaw yang dilakukan pada penelitian ini membantu siswa yang memiliki gaya
belajar apapun baik gaya belajar visual maupun auditorial untuk menghadapi masalah-masalah yang dihadapi pada materi suhu dan kalor. Dalam pembelajaran STAD dan Jigsaw, adakalanya
siswa berperan sebagai pembicara dan penyimak pada proses pembelajaran kooperatif. Hal inilah yang menyebabkan gaya belajar tidak memberikan pengaruh dalam prestasi belajar pada materi
suhu dan kalor.
V A
50.0 47.5
45.0 42.5
40.0 37.5
35.0
Gaya Belajar M
e a
n
39.92 45.16
42.54
One-Way Normal ANOM for Nilai Prestasi
Alpha = 0.05
Gambar 4.4 Analysis of Mean Prestasi dilihat dari Gaya Belajar Siswa
Pada gambar 4.4. terlihat bahwa nampak bahwa siswa yang memiliki gaya belajar visual cenderung mendapatkan prestasi lebih baik daripada siswa yang memiliki gaya belajar auditorial.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil perhitungan analisis variansi tiga jalan, interaksi sosial diperoleh p- value sebesar 0,322 yang lebih besar dari batas signifikansi yang ditentukan yaitu
= 0,05. Interaksi sosial siswa tinggi dan rendah tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Nilai
rata-rata prestasi belajar siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dan rendah masing-masing sebesar 43,73 dan 41,31, nilai selengkapnya terdapat pada lampiran deskripsi data. Maka
interaksi sosial siswa tinggi dan rendah tidak memberikan efek berbeda terhadap prestasi belajar pada materi suhu dan kalor. Interaksi sosial tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar pada
materi suhu dan kalor karena model pembelajaran kooperatif menggunakan STAD dan Jigsaw yang dilakukan pada penelitian ini menciptakan situasi dan kondisi yang mengharuskan siswa
berkomunikasi satu dengan yang lain sehingga siswa yang memiliki interaksi sosial rendah
secara tidak langsung ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran begitu juga dengan siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hugo F. Reading
1986:207 mendefinisikan “interaksi sebagai proses saling merangsang dan menanggapi satu sama lain”. Hal inilah yang menyebabkan interaksi sosial tidak memberikan pengaruh dalam
prestasi belajar pada materi suhu dan kalor.
T in g g i Re n d ah
4 8 4 6
4 4 4 2
4 0 3 8
Kat eg o ri I n t eraksi So sial M
e a
n
3 8 . 8 4 4 6 . 2 4
4 2 . 5 4
One - W a y N or ma l AN OM f or N ila i Pr e st a si
Alpha = 0.05
Gambar 4.5 Analysis of Mean Prestasi dilihat dari Interaksi Sosial Siswa
Pada gambar 4.5 terlihat bahwa siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi cenderung mendapatkan prestasi lebih baik daripada siswa yang memiliki interaksi sosial rendah.
4. Hipotesis Keempat