Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan di Puskesmas Limbong Kecamataan Sianjur Mula-mula Tahun 2016.
No Status Perkawinan
Jumlah Persentase
1 Kawin
17 81
2 Tidak Kawin
3 14,3
3
Janda 1
4,8
Jumlah 21
100
Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas
4.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja
Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Limbong, sebagian besar masa kerja responden pada kelompok 5-10 tahun sebanyak 10 responden47,6
danmasa kerja terendah pada kelompok kurang dari 5 tahun sebanyak 3 responden 14,3. Secara rinci diuraikan pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di Puskesmas Limbong Kecamataan Sianjur Mula-mula Tahun 2016.
No Masa Kerja
Jumlah Persentase
1 5 Tahun
3 14,3
2
5-10 Tahun 10
47,6
3 10 Tahun
8 38,1
Jumlah 21
100
Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas 4.3. Analisis Bivariat
Analisi bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara peranan kepemimpinan yang meliputi aspek komunikasi, arahan dan bimbingan,
pengawasan, memotivasi dan pemberian penghargaan terhadap motivasi kerja staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-mula dengan menggunakan uji
Universitas Sumatera Utara
Pearson Product Moment untuk data yang berdistribusi normal dan uji alternatif korelasi Spearman untuk data yang tidak berdistribusi normal.
4.3.1. Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Komunikasi Kepala Puskesmas Limbong dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas
Limbong Tahun 2016
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf diketahui bahwa dari 13 responden 61,9 yang menilai
komunikasi yang dilakukan oleh kepala puskesmas kurang baik terdapat 8 responden 38,1 yang motivasi kerjanya pada kategori rendah, 4 responden
19 pada kategori sedang dan 1 responden 4,8 pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi spearman
diketahui bahwa variabel komunikasi mempunyai hubungan dengan motivasi kerja yang tidak signifikan. Hubungan korelasi antara variabel kepemimpinan
dengan motivasi kerja adalah sangat lemah yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,126 dengan nilai p sama dengan 0,5880,05 dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang tidak signifikan antara kedua variabel. Jadi koefisien determinasi adalah 0,126
2
= 0,016. Hal ini diartikan pengaruh komunikasi dengan motivasi kerja = 1,6, dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Secara rinci dapat dilihat
pada tabel 4.20.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6. Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Aspek Komunikasi dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas
Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016
Peranan Kepemimpinan
Motivasi Kerja Staf Total
rho P
Rendah Sedang
Tinggi Komunikasi
f f
f f
Kurang 8
38,1 4
19 1
4,8 13
61,9 0,126
0,588
Cukup 4
19 1
4,8 2
9,5 7
33,3
Baik 1
4,8 1
4,8
Total
13 61,9
5 23,8
3 14,3
21 100
Sumber: Data Primer Penelitian Lapangan 2016 4.3.2. Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Arahan dan
Bimbingan Oleh Kepala Puskesmas Limbong dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Tahun 2016
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf diketahui bahwa sebanyak 16 responden 76,2 yang
menyatakan arahan dan bimbingan yang diperankan oleh kepala puskesmas cukup baik terdapat 10 responden 47,6 yang motivasi kerjanya pada kategori rendah,
4 responden 19 pada kategori sedang dan 2 responden 9,5 pada kategori tinggi.
Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi Spearman diketahui bahwa variabel arahan dan bimbingan mempunyai hubungan dengan
motivasi kerja yang tidak signifikan. Hubungan korelasi antara variabel arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja adalah sangat lemah yang ditunjukkan
dengan nilai korelasi 0,063 dengan nilai p sama dengan 0,7850,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara kedua variabel. Jadi
koefisien determinasi adalah 0,063
2
= 0,004. Hal ini diartikan pengaruh bimbingan dan arahan dengan motivasi kerja = 0,4, dan sisanya ditentukan oleh
faktor lain. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.21.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7. Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Aspek Arahan dan Bimbingan dengan Motivasi Kerja Staf
Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016
Peranan Kepemimpinan
Motivasi Kerja Staf Total
rho p
Rendah Sedang
Tinggi Arahan dan
Bimbingan
f F
f f
Kurang
3 14,3
1 4,8
1 4,8
5 23,8
0,063 0,785
Cukup
10 47,6
4 19
2 9,5
16 76,2
Baik Total
13 61,9
5 23,8
3 14,3
21 100
Sumber: Data Primer Penelitian Lapangan 2016 4.3.3. Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Pengawasan
Kepala Puskesmas Limbong dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Tahun 2016
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf diketahui bahwa sebanyak 11 responden 52,4 yang
menyatakan pengawasan yang dilakukan kepala puskesmas cukup baik terdapat 6 28,6 responden yang motivasi kerjanya rendah, 4 responden 19 yang
motivasi kerjanya sedang dan 1 4,8responden yang motivasi kerjanya tinggi. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi Spearman
diketahui bahwa variabel pengawasan mempunyai hubungan dengan motivasi kerja yang tidak signifikan. Hubungan korelasi antara variabel pengawasan
dengan motivasi kerja adalah sangat lemah yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,146 dengan nilai p sama dengan 0,5280,05 dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang tidak signifikan antara kedua variabel. Jadi koefisien determinasi adalah 0,146
2
= 0,02. Hal ini diartikan pengaruh pengawasan dengan motivasi kerja = 2,13, dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Secara rinci dapat dilihat
pada tabel 4.22.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8. Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Aspek Pengawasan dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas
Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016
Peranan Kepemimpinan
Motivasi Kerja Staf Total
rho p
Rendah Sedang
Tinggi Pengawasan
f f
f f
Kurang 5
23,8 1
4,8 2
9,5 8
38,1 0,146
0,528
Cukup 4
19 6
28,6 1
4,8 11
52,4
Baik 2
9,5 2
9,5
Total
13 61,9
5 23,8
3 14,3
21 100
Sumber: Data Primer Penelitian Lapangan 2016 4.3.4. Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Memotivasi
Kepala Puskesmas Limbong dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Tahun 2016
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf diketahui bahwa sebanyak 15 responden 71,4 yang
menyatakan peran pemimpin dalam aspek memotivasi stafnya dalam kategori kurang baik, terdapat 11 52,4 responden yang motivasi kerjanya rendah, 2
responden 9,5 yang motivasi kerjanya rendah dan 2 responden 9,5 yang motivasi kerjanya tinggi.
Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi Spearman diketahui bahwa variabel memotivasi mempunyai hubungan dengan motivasi
kerja yang signifikan. Hubungan korelasi antara variabel memotivasi dengan motivasi kerja adalah lemah yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,449 dengan
nilai p sama dengan 0,0300,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Jadi koefisien determinasi adalah 0,449
2
= 0,20. Hal ini diartikan pengaruh memotivasi dengan motivasi kerja = 20, dan sisanya
ditentukan oleh faktor lain. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.23.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9. Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Aspek Memotivasi dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas
Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016
Peranan Kepemimpinan
Motivasi Kerja Staf Total
rho p
Rendah Sedang
Tinggi Memotivasi
f f
f f
Kurang 11
52,4 2
9,5 2
9,5 15
71,4 0,449
0,030
Cukup 2
9,5 3
14,3 1
4,8 6
28,6
Baik Total
13 61,9
5 23,8
3 14,3
21 100
Sumber: Data Primer Penelitian Lapangan 2016 4.3.5. Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Pemberian
Penghargaan Oleh Kepala Puskesmas Limbong dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Tahun 2016
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf diketahui bahwa sebanyak 15 responden 71,4 yang
menyatakan peranan kepala puskesmas dalam memberikan penghargaan kepada stafnya kurang baik, terdapat 10 responden 47,6 yang motivasi kerjanya
rendah dan 4 responden 19 yang motivasi kerjanya sedang dan 1 responden 4,8 yang motivasi kerjanya tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 4.19. berikut ini. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi Spearman
diketahui bahwa variabel pemberian penghargaan mempunyai hubungan dengan motivasi kerja yang signifikan. Hubungan korelasi antara variabel memotivasi
dengan motivasi kerja adalah sedang yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,453 dengan nilai p sama dengan 0,0480,05 dapat disimpulkan terdapat
hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Jadi koefisien determinasi adalah 0,453
2
= 0,26. Hal ini diartikan pengaruh pemberian penghargaan dengan
Universitas Sumatera Utara
motivasi kerja = 26, dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.24.
Tabel 4.10. Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Aspek Pemberian Penghargaan dengan Motivasi Kerja Staf
Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016
Peranan Kepemimpinan
Motivasi Kerja Staf Total
rho P
Rendah Sedang
Tinggi Pemberian
Penghargaan
f f
f f
Kurang 10
47,6 4
19 1
4,8 15
71,4 0,453
0,048
Cukup 2
9,5 1
4,8 1
4,8 4
19
Baik 1
4,8 1
4,8 2
9,5
Total 13
61,9 5
23,8 3
14,3 21
100
Sumber: Data Primer Penelitian Lapangan 2016
Universitas Sumatera Utara
52
BAB V PEMBAHASAN
Pada penelitian terdiri atas 5 variabel yaitu komunikasi, arahan dan bimbingan, pengawasan, memotivasi dan pemberian penghargaan. Berikut ini
akan dibahas hubungan komunikasi dengan motivasi kerja, hubungan arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja, hubungan pengawasan dengan motivasi kerja,
hubungan memotivasi dengan motivasi kerja dan hubungan pemberian penghargaan dengan motivasi kerja.
5.1 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Komunikasi Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong
Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016
Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan komunikasi dengan motivasi kerja ternyata tidak ada hubungan
komunikasi dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong. Meskipun berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa variabel komunikasi
tidak berhubungan secara signifikan terhadap motivasi kerja staf Puskesmas Limbong, aspek ini harus tetap diperhatikan sebab secara teoritis komunikasi
atasan kepada bawahan berhubungan dengan motivasi kerja. Selain itu, jumlah sampel yang relatif kecil juga ikut mempengaruhi tingkat signifikan suatu
penelitian. Menurut teori Siagian 2003, komunikasi merupakan salah satu peran
pemimpin yang bersifat hakiki dan sangat penting bagi peningkatan kerjasama antar anggota organisasi. Dalam lingkungan puskesmas, jika kepala puskesmas
Universitas Sumatera Utara
selaku pemimpin mampu melaksanakan peran komunikasinya dengan cara menyatukan seluruh aspek untuk mencapai kepentingan bersama maka akan
tercapi pula tujuan berorganisasitarget puskesmas. Jika kurang adanya peranan kepemimpinan
dalam menciptakan
komunikasi yang
harmonis akan
mengakibatkan tingkat motivasi kerja pegawai menjadi rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang diperankan kepala
puskesmas sebagian besar responden menilai kurang dengan motivasi kerja staf yang rendah. Berdasarkan hasil wawancara terhadap staf puskesmas diketahui
bahwa pemimpin sebagai atasan yang mungkin memiliki banyak kesibukan hanya memberi instruksi sekilas saja dan tidak jelas penyampaiannya serta enggan untuk
mengulangi pesan tersebut sehingga mengakibatkan staf tidak memahami dan tidak merespon dengan baik instruksi yang dikomunikasikan oleh pemimpin.
Pemimpin juga tidak menanyakan kendala apa yang dihadapi stafnya dalam proses mengerjakan program sehingga staf seringkali merasa malas dan tidak
antusias dalam bekerja karena sikap cuek kepala puskesmas selaku pemimpin. Kurangnya komunikasi pemimpin juga tergambar dari sikap pemimpin
yang sering membuat keputusan tanpa berdiskusi dahulu dengan staf sehingga staf merasa tidak terlalu dibutuhkan sehingga motivasi kerjanya menjadi rendah.
Selain itu, karakteristik responden yang mayoritas adalah perempuan juga ikut mempengaruhi peranan komunikasi terhadap motivasi kerja sebab perempuan
berusaha mencari solusi dalam bekerja melalui komunikasi dengan cara diskusi membicarakan apa yang harus dikerjakan, berbeda dengan laki-laki biasanya lebih
cenderung diam dan bertindak untuk mencari solusi sendiri. Oleh sebab itulah
Universitas Sumatera Utara
peranan komunikasi pemimpin seharusnya lebih ditingkatkan mengingat jumlah staf di Puskesmas Limbong mayoritas perempuan.
Menurut Gibson dan Donnely 1995 hambatan yang umum terjadi dalam berkomunikasi di organisasi diakibatkan oleh kerangka acuan yang berbeda,
persepsi selektif, pertimbangan nilai, masalah semantik, penyaringan, tekanan waktu dan beban yang berlebihan.
Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti berpendapat bahwa peran komunikasi seperti menanyakan tentang apa yang diharapkan staf atas pekerjaan
yang dilakukan serta mendiskusikan tentang kendala-kendala yang dihadapi staf selama menjalankan pekerjaan masih kurang. Kurangnya komunikasi ini dapat
mempengaruhi motivasi kerja staf yang berdampak kepada tingkat tanggung jawab staf dalam menyelesaikan tugas menjadi kurang sehingga seringkali
laporan kegiatan tidak tidak selesai tepat waktu dan kurangnya semangat staf dalam bekerja.
5.2 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Arahan dan Bimbingan Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas
Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016
Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja ternyata tidak ada
hubungan arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong.
Penyebab variabel arahan dan bimbingan tidak berhubungan secara signifikan terhadap motivasi kerja mungkin disebabkan karena faktor masa kerja
dan tingkat pendidikan responden. Menurut masa kerja sebagian responden
Universitas Sumatera Utara
dengan masa kerja 5-10 tahun dan tingkat pendidikan sebagian besar D3 sebanyak 10 responden. Faktor-faktor tersebut memungkinkan responden sudah
berpengalaman dan sudah mengerti tentang apa dan bagaimana menyelesaikan suatu pekerjaan yang diberikan oleh pemimpin tanpa diberi arahan dan
bimbingan. Faktor lainnya yang ikut mempengaruhi aspek arahan dan bimbingan tidak berhubungan dengan motivasi kerja adalah jumlah sampel yang relatif kecil.
Menurut Supardi 2002, kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan
organisasi. Pengarahan yang diberikan oleh pemimpin inilah yang menjadi petunjuk bagi staf untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.
Menurut Siagian 2009, salah satu peran pemimpin adalah bertanggung jawab untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada para bawahannya. Dalam
konteks puskesmas, untuk mencapai keberhasilan program maka staf harus mau mendengar dan mengerti serta mau dibimbing oleh pemimpin. Pemimpin tentunya
harus mampu memberikan arahan dan membimbing staf supaya termotivasi dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa arahan dan bimbingan yang diperankan kepala puskesmas sebagian besar responden menilai cukup dan
motivasi kerja staf yang rendah. Berdasarkan hasil wawancara terhadap staf puskesmas diketahui bahwa
pemimpin selalu ingin stafnya mengerjakan tugas sampai selesai sesuai dengan standar yang berlaku sedangkan pemimpin itu sendiri bersikap cuek dan
menganggap staf sudah mampu mengerjakan suatu program tanpa harus detail
Universitas Sumatera Utara
dalam menjelaskan proses yang harus dilaksanakan. Pemimpin seringkali tidak memberikan
arahan dan
bimbingan pada
saat ada
kegiatan di
PuskesmasPosyandu dan terkadang tidak memberikan bimbingan apabila staf melakukan kesalahan. Padahal, tidak semua staf dapat mengerjakan suatu
program dengan baik tanpa adanya bimbingan dan arahan dari pemimpin. Tingkat pendidikan staf yang masih ada pada jenjang SMA 28,6 dan D1 9,5 juga
berperan dalam mempengaruhi daya tanggap dan inisiatif dalam mengerjakan suatu program.
Menurut Hatmoko 2006, Peranan dokter kepala puskesmas sebagai seorang manajer salah satu tugasnya adalah memberikan pengarahan dan
bimbingan teknis. Pemberian pedoman atau petunjuk kepada stafnya dengan cara yang ramah, bersikap tegas dan konsisten antara sikap dan ucapannya dapat
meningkatkan dorongan semangat bagi staf dalam bekerja.
5.3 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Pengawasan Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong
Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016
Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan pengawasan dengan motivasi kerja ternyata tidak ada hubungan
pengawasan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong. Pengawasan yang diperankan kepala puskesmas sebagian besar responden menilai cukup dan
motivasi kerja staf yang rendah. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Sogirin 2013 yang menyatakan bahwa variabel pengawasan pegawai terhadap motivasi kerja pegawai Puskesmas di Kabupaten Rokan Hulu tahun 2013
Universitas Sumatera Utara
memperoleh hubungan yang signifikan dengan menggunakan uji Chi Square dengan p= 0,037 p0,05.
Meskipun berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa variabel pengawasan tidak berhubungan secara signifikan terhadap motivasi kerja staf Puskesmas
Limbong, aspek ini harus tetap diperhatikan sebab secara teoritis pengawasan berhubungan dengan motivasi kerja. Selain itu, jumlah sampel yang relatif kecil
juga ikut mempengaruhi tingkat signifikan penelitian. Menurut Siagian 1992, dalam suatu organisasi fungsi pengawasan sangat
dibutuhkan, dengan pengawasan yang baik dapat mencegah timbulnya penyimpangan dan menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan organisasi berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Sesuai dengan pendapat Effendi 1992, peran pemimpin sebagai eksekutif
executive leader yang f ungsinya adalah “menerjemahkan” kebijaksanaan
menjadi suatu kegiatan. Dia memimpin dan mengawasi tingkah laku orang-orang yang menjadi bawahannya serta membuat keputusan dan memerintahkannya
untuk dilaksanakan. Menurut Hatmoko 2006, Peran dokter kepala puskesmas sebagai seorang
manajer adalah memberikan supervisi pengawasan dengan memantau staf secara berkala dan teratur guna meningkatkan disiplin staf dalam melaksanakan tugas
Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian sebelumnya yang terkait dengan hubungan pengawasan dengan motivasi kerja, pengawasan yang cukup
berpengaruh terhadap motivasi kerja staf. Peran pengawasan yang dilakukan pemimpin yang cenderung bersikap otoriter mengakibatkan staf tidak merasa
Universitas Sumatera Utara
nyaman dengan adanya pengawasan sehingga staf merasa risih dalam melakukan pekerjaan sehingga tidak termotivasi semangat dalam bekerja.
5.4 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Memotivasi Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong
Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016
Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan memotivasi dengan motivasi kerja ternyata ada hubungan yang
signifikan aspek memotivasi dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong yang lemah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memotivasi yang diperankan
kepala puskesmas sebagian besar responden menilai kurang dan motivasi kerja staf yang rendah.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Iboto 2004 yang menyatakan bahwa variabel memotivasi pegawai tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai. Menurut Siagian 2009, motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang
untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Perananan kepala puskesmas sebagai pemimpin
dalam memotivasi bawahannya sangat mempengaruhi motivasi kerja staf. pemimpin harus mampu memberikan inspirasi, semangat dan dorongan dalam
berkarya. Kurangnya peranan memotivasi yang dilakukan pemimpin didukung oleh
hasil wawancara terhadap staf puskesmas yang menilai aspek memotivasi yang diperankan pemimpin kurang dan motivasi kerja stafnya rendah menyatakan
bahwa pimpinan tidak memberikan dorongan semangat terhadap penyelesaian
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan yang ada karena kepala puskesmas cenderung tidak mau mengurusi staf dalam menyelesaikan pekerjaannya karena menganggap staf sudah paham dengan
apa yang harus dikerjakan. Sebagian responden juga menyatakan bahwa pimpinan tidak memberikan
kesempatan kepada staf dalam mengembangkan diri misalnya melalui pelatihan pendidikan karena kepala puskesmas tidak ada tindakan dalam memberikan
kesempatan kepada staf untuk mengikuti pelatihan dan cenderung hanya orang tertentu saja yang mendapat kesempatan.
Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian sebelumnya yang terkait dengan hubungan memotivasi dengan motivasi kerja, diketahui bahwa peranan
pemimpin dalam memotivasi mempunyai hubungan yang searah dengan motivasi kerja staf. Peranan pemimpin seperti memberikan kesempatan bagi staf dalam
mengembangkan, mengevaluasi program dan memberikan dorongan semangat dalam menyelesaikan tugas dapat mendorong semangat kerja staf. Semakin besar
peranan pemimpin dalam memotivasi staf, maka akan semakin tinggi motivasi kerja staf dalam bekerja.
5.5 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Pemberian Penghargaan Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas
Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016
Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan pemberian penghargaan dengan motivasi kerja ternyata ada hubungan
antara aspek pemberian penghargaan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian dapat dilihat tabel 4.10 bahwa pemberian penghargaan yang diperankan kepala puskesmas sebagian besar responden menilai kurang dan
motivasi kerja staf yang rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa pimpinan tidak memberikan pujian kepada staf ketika mereka
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tidak memberikan promosi jabatan kepada staf yang berprestasi dalam kerjanya serta tidak ada penghasilan yang
lebih bagi staf yang produktif dalam bekerja sehingga motivasi kerja staf menjadi rendah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar 2008 tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat pelaksana di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 didapatkan hasil uji bivariat ada hubungan yang
signifikan antara pengakuanpenghargaan terhadap kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Kabupaten
Tapanuli Utara. Menurut Siagian 1992, pemberian penghargaan dapat meningkatkan
semangat bagi anggota organisasi atas kinerja yang diberikannya. Suatu penghargaan menjadi dorongan bagi staf untuk melakukan tindakan yang menjadi
inti dari motivasi. Menurut Notoadmodjo 2007, pengakuan berupa penghargaan pimpinan
organisasi terhadap karyawan merupakan dorongan semangat kerja. Dorongan semangat inilah yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi kerja staf
Puskesmas Limbong dalam melaksanakan pekerjaannya
Universitas Sumatera Utara
Pemberian penghargaan kepada staf sangatlah besar perannya dalam meningkatkan motivasi kerja staf sebagai pemenuhan kebutuhan. Hal ini juga
didukung karakteristik responden yang sebagian besar adalah perempuan yang sudah berstatus kawin, tentu saja hal ini membuat kebutuhan staf menjadi
bertambah. Perempuan yang sudah berumah tangga tentu saja mempunyai tanggung jawab ganda yakni di rumah dan di tempat kerja. Oleh sebab itulah,
dengan adanya penghargaan seperti penambahan penghasilan serta pelatihan pendidikan dapat meningkatkan motivasi kerja staf sebab pemenuhan kebutuhan
mereka tercapai. Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian sebelumnya yang terkait
dengan hubungan pemberian penghargaan dengan motivasi kerja, diketahui bahwa pemberian penghargaan mempunyai hubungan dengan motivasi kerja.
Penghargaan sebagai tanda pengakuan bahwa staf yang mempunyai kemampuan lebih dapat memperkuat motivasi dan memacu diri setiap individu untuk
mencapai prestasi. Semakin baik peranan pemberian penghargaan yang diberikan pemimpin kepada stafnya maka semakin staf merasa diakui kerja kerasnya
sehingga semakin tinggi pula dorongan semangat dalam diri setiap pegawaistaf dalam melakukan pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
62
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan