Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kesimpulan

42 BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Limbong adalah Unit Pelaksana Teknis UPT dari Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir. Puskesmas Limbong terletak di Desa Aek Sipitudai, Onan Limbong, Kecamatan Sianjur Mula-mula. Puskesmas Limbong berdiri pada tahun 1975 saat Kabupaten Samosir belum mengalami pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara. Keadaan wilayah Puskesmas Limbong dikelilingi bukit-bukit, disetiap lereng bukit dijadikan masyarakat setempat menjadi ladang dan sawah. Wilayah kerja Puskesmas Limbong berbatasan dengan:  Sebelah Timur berbatasan dengan Desa BohoDanau Toba  Sebelah Barat berbatasan dengan daerah Sagala  Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Pusuk Buhit  Sebelah Selatan berbatasan dengan Menara Pandang Tele Luas wilayah kerja Puskesmas Limbong 154,91 km 2 , yang terdiri dari 12 desa. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Limbong 9394 jiwa, dan terdiri dari 2384 KK. Dengan kondisi tempat Puskesmas Limbong yang jauh dari setiap desa, Puskesmas Limbong dibantu oleh unit-unit fungsional dibawahnya yaitu satu unit Puskesmas Pembantu yang terletak di daerah Sagala dan persebaran Polindes di setiap desa. Universitas Sumatera Utara

4.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah seluruh pegawai di Puskesmas Limbong kecuali kepala puskesmas yang berjumlah 21 orang.

4.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik umur menunjukkan bahwa klasifikasi umur staf pegawai di Puskesmas Limbong yang tertinggi pada kelompok umur 26-35 tahun yaitu sebanyak 10 responden 47,6 dan kelompok umur terendah dibawah umur 26 tahun yaitu sebanyak 1 responden 4,8. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Distribusi Responden Menurut Umur di Puskesmas Limbong Kecamataan Sianjur Mula-mula Tahun 2016. No Berdasarkan Umur Jumlah Persentase 1 ≤25 Tahun 1 4,8 2 26-35 Tahun 10 47,6 3 4 36-45 Tahun 45 4 6 19 28,6 Jumlah 21 100 Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas 4.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Limbong, mayoritas responden adalah perempuan sejumlah 17 responden 81 sedangkan jumlah laki-laki sebanyak 4 responden 19. Lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Puskesmas Limbong Kecamataan Sianjur Mula-mula Tahun 2016. No Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1 Perempuan 17 81 2 Laki-laki 4 19 Jumlah 21 100 Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas 4.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Limbong, mayoritas pendidikan responden adalah tingkat D3 berjumlah 10 orang 47,6, yang berpendidikan SMA sebanyak 6 responden 28,6, yang berpendidikan S1 sebanyak 3 responden 14,3 dan yang berpendidikan D1 sebanyak 2 responden 9,5. Lebih rinci dapat diuraikan pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Puskesmas Limbong Kecamataan Sianjur Mula-mula Tahun 2016. No Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase 1 SMASederajat 6 28,6 2 D1 2 9,5 3 D3 10 47,6 4 S1 3 14,3 Jumlah 21 100 Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas

4.2.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Limbong diketahui sebagian besar responden berstatus kawin yaitu 17 orang 81, yang berstatus tidak kawin sebanyak 3 responden 14,3 dan yang berstatus janda sebanyak 1 responden4,8. Lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan di Puskesmas Limbong Kecamataan Sianjur Mula-mula Tahun 2016. No Status Perkawinan Jumlah Persentase 1 Kawin 17 81 2 Tidak Kawin 3 14,3 3 Janda 1 4,8 Jumlah 21 100 Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas

4.2.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Limbong, sebagian besar masa kerja responden pada kelompok 5-10 tahun sebanyak 10 responden47,6 danmasa kerja terendah pada kelompok kurang dari 5 tahun sebanyak 3 responden 14,3. Secara rinci diuraikan pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja di Puskesmas Limbong Kecamataan Sianjur Mula-mula Tahun 2016. No Masa Kerja Jumlah Persentase 1 5 Tahun 3 14,3 2 5-10 Tahun 10 47,6 3 10 Tahun 8 38,1 Jumlah 21 100 Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas 4.3. Analisis Bivariat Analisi bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara peranan kepemimpinan yang meliputi aspek komunikasi, arahan dan bimbingan, pengawasan, memotivasi dan pemberian penghargaan terhadap motivasi kerja staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-mula dengan menggunakan uji Universitas Sumatera Utara Pearson Product Moment untuk data yang berdistribusi normal dan uji alternatif korelasi Spearman untuk data yang tidak berdistribusi normal. 4.3.1. Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Komunikasi Kepala Puskesmas Limbong dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Tahun 2016 Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf diketahui bahwa dari 13 responden 61,9 yang menilai komunikasi yang dilakukan oleh kepala puskesmas kurang baik terdapat 8 responden 38,1 yang motivasi kerjanya pada kategori rendah, 4 responden 19 pada kategori sedang dan 1 responden 4,8 pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi spearman diketahui bahwa variabel komunikasi mempunyai hubungan dengan motivasi kerja yang tidak signifikan. Hubungan korelasi antara variabel kepemimpinan dengan motivasi kerja adalah sangat lemah yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,126 dengan nilai p sama dengan 0,5880,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara kedua variabel. Jadi koefisien determinasi adalah 0,126 2 = 0,016. Hal ini diartikan pengaruh komunikasi dengan motivasi kerja = 1,6, dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.20. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6. Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Aspek Komunikasi dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016 Peranan Kepemimpinan Motivasi Kerja Staf Total rho P Rendah Sedang Tinggi Komunikasi f f f f Kurang 8 38,1 4 19 1 4,8 13 61,9 0,126 0,588 Cukup 4 19 1 4,8 2 9,5 7 33,3 Baik 1 4,8 1 4,8 Total 13 61,9 5 23,8 3 14,3 21 100 Sumber: Data Primer Penelitian Lapangan 2016 4.3.2. Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Arahan dan Bimbingan Oleh Kepala Puskesmas Limbong dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Tahun 2016 Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf diketahui bahwa sebanyak 16 responden 76,2 yang menyatakan arahan dan bimbingan yang diperankan oleh kepala puskesmas cukup baik terdapat 10 responden 47,6 yang motivasi kerjanya pada kategori rendah, 4 responden 19 pada kategori sedang dan 2 responden 9,5 pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi Spearman diketahui bahwa variabel arahan dan bimbingan mempunyai hubungan dengan motivasi kerja yang tidak signifikan. Hubungan korelasi antara variabel arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja adalah sangat lemah yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,063 dengan nilai p sama dengan 0,7850,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara kedua variabel. Jadi koefisien determinasi adalah 0,063 2 = 0,004. Hal ini diartikan pengaruh bimbingan dan arahan dengan motivasi kerja = 0,4, dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.21. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7. Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Aspek Arahan dan Bimbingan dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016 Peranan Kepemimpinan Motivasi Kerja Staf Total rho p Rendah Sedang Tinggi Arahan dan Bimbingan f F f f Kurang 3 14,3 1 4,8 1 4,8 5 23,8 0,063 0,785 Cukup 10 47,6 4 19 2 9,5 16 76,2 Baik Total 13 61,9 5 23,8 3 14,3 21 100 Sumber: Data Primer Penelitian Lapangan 2016 4.3.3. Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Pengawasan Kepala Puskesmas Limbong dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Tahun 2016 Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf diketahui bahwa sebanyak 11 responden 52,4 yang menyatakan pengawasan yang dilakukan kepala puskesmas cukup baik terdapat 6 28,6 responden yang motivasi kerjanya rendah, 4 responden 19 yang motivasi kerjanya sedang dan 1 4,8responden yang motivasi kerjanya tinggi. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi Spearman diketahui bahwa variabel pengawasan mempunyai hubungan dengan motivasi kerja yang tidak signifikan. Hubungan korelasi antara variabel pengawasan dengan motivasi kerja adalah sangat lemah yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,146 dengan nilai p sama dengan 0,5280,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang tidak signifikan antara kedua variabel. Jadi koefisien determinasi adalah 0,146 2 = 0,02. Hal ini diartikan pengaruh pengawasan dengan motivasi kerja = 2,13, dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.22. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8. Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Aspek Pengawasan dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016 Peranan Kepemimpinan Motivasi Kerja Staf Total rho p Rendah Sedang Tinggi Pengawasan f f f f Kurang 5 23,8 1 4,8 2 9,5 8 38,1 0,146 0,528 Cukup 4 19 6 28,6 1 4,8 11 52,4 Baik 2 9,5 2 9,5 Total 13 61,9 5 23,8 3 14,3 21 100 Sumber: Data Primer Penelitian Lapangan 2016 4.3.4. Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Memotivasi Kepala Puskesmas Limbong dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Tahun 2016 Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf diketahui bahwa sebanyak 15 responden 71,4 yang menyatakan peran pemimpin dalam aspek memotivasi stafnya dalam kategori kurang baik, terdapat 11 52,4 responden yang motivasi kerjanya rendah, 2 responden 9,5 yang motivasi kerjanya rendah dan 2 responden 9,5 yang motivasi kerjanya tinggi. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi Spearman diketahui bahwa variabel memotivasi mempunyai hubungan dengan motivasi kerja yang signifikan. Hubungan korelasi antara variabel memotivasi dengan motivasi kerja adalah lemah yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,449 dengan nilai p sama dengan 0,0300,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Jadi koefisien determinasi adalah 0,449 2 = 0,20. Hal ini diartikan pengaruh memotivasi dengan motivasi kerja = 20, dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.23. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9. Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Aspek Memotivasi dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016 Peranan Kepemimpinan Motivasi Kerja Staf Total rho p Rendah Sedang Tinggi Memotivasi f f f f Kurang 11 52,4 2 9,5 2 9,5 15 71,4 0,449 0,030 Cukup 2 9,5 3 14,3 1 4,8 6 28,6 Baik Total 13 61,9 5 23,8 3 14,3 21 100 Sumber: Data Primer Penelitian Lapangan 2016 4.3.5. Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Pemberian Penghargaan Oleh Kepala Puskesmas Limbong dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Tahun 2016 Berdasarkan hasil tabulasi silang antara peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf diketahui bahwa sebanyak 15 responden 71,4 yang menyatakan peranan kepala puskesmas dalam memberikan penghargaan kepada stafnya kurang baik, terdapat 10 responden 47,6 yang motivasi kerjanya rendah dan 4 responden 19 yang motivasi kerjanya sedang dan 1 responden 4,8 yang motivasi kerjanya tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.19. berikut ini. Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi Spearman diketahui bahwa variabel pemberian penghargaan mempunyai hubungan dengan motivasi kerja yang signifikan. Hubungan korelasi antara variabel memotivasi dengan motivasi kerja adalah sedang yang ditunjukkan dengan nilai korelasi 0,453 dengan nilai p sama dengan 0,0480,05 dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Jadi koefisien determinasi adalah 0,453 2 = 0,26. Hal ini diartikan pengaruh pemberian penghargaan dengan Universitas Sumatera Utara motivasi kerja = 26, dan sisanya ditentukan oleh faktor lain. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.24. Tabel 4.10. Tabulasi Silang dan Hasil Analisis Korelasi Spearman Antara Aspek Pemberian Penghargaan dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016 Peranan Kepemimpinan Motivasi Kerja Staf Total rho P Rendah Sedang Tinggi Pemberian Penghargaan f f f f Kurang 10 47,6 4 19 1 4,8 15 71,4 0,453 0,048 Cukup 2 9,5 1 4,8 1 4,8 4 19 Baik 1 4,8 1 4,8 2 9,5 Total 13 61,9 5 23,8 3 14,3 21 100 Sumber: Data Primer Penelitian Lapangan 2016 Universitas Sumatera Utara 52 BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian terdiri atas 5 variabel yaitu komunikasi, arahan dan bimbingan, pengawasan, memotivasi dan pemberian penghargaan. Berikut ini akan dibahas hubungan komunikasi dengan motivasi kerja, hubungan arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja, hubungan pengawasan dengan motivasi kerja, hubungan memotivasi dengan motivasi kerja dan hubungan pemberian penghargaan dengan motivasi kerja. 5.1 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Komunikasi Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016 Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan komunikasi dengan motivasi kerja ternyata tidak ada hubungan komunikasi dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong. Meskipun berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa variabel komunikasi tidak berhubungan secara signifikan terhadap motivasi kerja staf Puskesmas Limbong, aspek ini harus tetap diperhatikan sebab secara teoritis komunikasi atasan kepada bawahan berhubungan dengan motivasi kerja. Selain itu, jumlah sampel yang relatif kecil juga ikut mempengaruhi tingkat signifikan suatu penelitian. Menurut teori Siagian 2003, komunikasi merupakan salah satu peran pemimpin yang bersifat hakiki dan sangat penting bagi peningkatan kerjasama antar anggota organisasi. Dalam lingkungan puskesmas, jika kepala puskesmas Universitas Sumatera Utara selaku pemimpin mampu melaksanakan peran komunikasinya dengan cara menyatukan seluruh aspek untuk mencapai kepentingan bersama maka akan tercapi pula tujuan berorganisasitarget puskesmas. Jika kurang adanya peranan kepemimpinan dalam menciptakan komunikasi yang harmonis akan mengakibatkan tingkat motivasi kerja pegawai menjadi rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang diperankan kepala puskesmas sebagian besar responden menilai kurang dengan motivasi kerja staf yang rendah. Berdasarkan hasil wawancara terhadap staf puskesmas diketahui bahwa pemimpin sebagai atasan yang mungkin memiliki banyak kesibukan hanya memberi instruksi sekilas saja dan tidak jelas penyampaiannya serta enggan untuk mengulangi pesan tersebut sehingga mengakibatkan staf tidak memahami dan tidak merespon dengan baik instruksi yang dikomunikasikan oleh pemimpin. Pemimpin juga tidak menanyakan kendala apa yang dihadapi stafnya dalam proses mengerjakan program sehingga staf seringkali merasa malas dan tidak antusias dalam bekerja karena sikap cuek kepala puskesmas selaku pemimpin. Kurangnya komunikasi pemimpin juga tergambar dari sikap pemimpin yang sering membuat keputusan tanpa berdiskusi dahulu dengan staf sehingga staf merasa tidak terlalu dibutuhkan sehingga motivasi kerjanya menjadi rendah. Selain itu, karakteristik responden yang mayoritas adalah perempuan juga ikut mempengaruhi peranan komunikasi terhadap motivasi kerja sebab perempuan berusaha mencari solusi dalam bekerja melalui komunikasi dengan cara diskusi membicarakan apa yang harus dikerjakan, berbeda dengan laki-laki biasanya lebih cenderung diam dan bertindak untuk mencari solusi sendiri. Oleh sebab itulah Universitas Sumatera Utara peranan komunikasi pemimpin seharusnya lebih ditingkatkan mengingat jumlah staf di Puskesmas Limbong mayoritas perempuan. Menurut Gibson dan Donnely 1995 hambatan yang umum terjadi dalam berkomunikasi di organisasi diakibatkan oleh kerangka acuan yang berbeda, persepsi selektif, pertimbangan nilai, masalah semantik, penyaringan, tekanan waktu dan beban yang berlebihan. Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti berpendapat bahwa peran komunikasi seperti menanyakan tentang apa yang diharapkan staf atas pekerjaan yang dilakukan serta mendiskusikan tentang kendala-kendala yang dihadapi staf selama menjalankan pekerjaan masih kurang. Kurangnya komunikasi ini dapat mempengaruhi motivasi kerja staf yang berdampak kepada tingkat tanggung jawab staf dalam menyelesaikan tugas menjadi kurang sehingga seringkali laporan kegiatan tidak tidak selesai tepat waktu dan kurangnya semangat staf dalam bekerja. 5.2 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Arahan dan Bimbingan Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016 Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja ternyata tidak ada hubungan arahan dan bimbingan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong. Penyebab variabel arahan dan bimbingan tidak berhubungan secara signifikan terhadap motivasi kerja mungkin disebabkan karena faktor masa kerja dan tingkat pendidikan responden. Menurut masa kerja sebagian responden Universitas Sumatera Utara dengan masa kerja 5-10 tahun dan tingkat pendidikan sebagian besar D3 sebanyak 10 responden. Faktor-faktor tersebut memungkinkan responden sudah berpengalaman dan sudah mengerti tentang apa dan bagaimana menyelesaikan suatu pekerjaan yang diberikan oleh pemimpin tanpa diberi arahan dan bimbingan. Faktor lainnya yang ikut mempengaruhi aspek arahan dan bimbingan tidak berhubungan dengan motivasi kerja adalah jumlah sampel yang relatif kecil. Menurut Supardi 2002, kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan organisasi. Pengarahan yang diberikan oleh pemimpin inilah yang menjadi petunjuk bagi staf untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Menurut Siagian 2009, salah satu peran pemimpin adalah bertanggung jawab untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada para bawahannya. Dalam konteks puskesmas, untuk mencapai keberhasilan program maka staf harus mau mendengar dan mengerti serta mau dibimbing oleh pemimpin. Pemimpin tentunya harus mampu memberikan arahan dan membimbing staf supaya termotivasi dalam menyelesaikan pekerjaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arahan dan bimbingan yang diperankan kepala puskesmas sebagian besar responden menilai cukup dan motivasi kerja staf yang rendah. Berdasarkan hasil wawancara terhadap staf puskesmas diketahui bahwa pemimpin selalu ingin stafnya mengerjakan tugas sampai selesai sesuai dengan standar yang berlaku sedangkan pemimpin itu sendiri bersikap cuek dan menganggap staf sudah mampu mengerjakan suatu program tanpa harus detail Universitas Sumatera Utara dalam menjelaskan proses yang harus dilaksanakan. Pemimpin seringkali tidak memberikan arahan dan bimbingan pada saat ada kegiatan di PuskesmasPosyandu dan terkadang tidak memberikan bimbingan apabila staf melakukan kesalahan. Padahal, tidak semua staf dapat mengerjakan suatu program dengan baik tanpa adanya bimbingan dan arahan dari pemimpin. Tingkat pendidikan staf yang masih ada pada jenjang SMA 28,6 dan D1 9,5 juga berperan dalam mempengaruhi daya tanggap dan inisiatif dalam mengerjakan suatu program. Menurut Hatmoko 2006, Peranan dokter kepala puskesmas sebagai seorang manajer salah satu tugasnya adalah memberikan pengarahan dan bimbingan teknis. Pemberian pedoman atau petunjuk kepada stafnya dengan cara yang ramah, bersikap tegas dan konsisten antara sikap dan ucapannya dapat meningkatkan dorongan semangat bagi staf dalam bekerja. 5.3 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Pengawasan Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016 Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan pengawasan dengan motivasi kerja ternyata tidak ada hubungan pengawasan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong. Pengawasan yang diperankan kepala puskesmas sebagian besar responden menilai cukup dan motivasi kerja staf yang rendah. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sogirin 2013 yang menyatakan bahwa variabel pengawasan pegawai terhadap motivasi kerja pegawai Puskesmas di Kabupaten Rokan Hulu tahun 2013 Universitas Sumatera Utara memperoleh hubungan yang signifikan dengan menggunakan uji Chi Square dengan p= 0,037 p0,05. Meskipun berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa variabel pengawasan tidak berhubungan secara signifikan terhadap motivasi kerja staf Puskesmas Limbong, aspek ini harus tetap diperhatikan sebab secara teoritis pengawasan berhubungan dengan motivasi kerja. Selain itu, jumlah sampel yang relatif kecil juga ikut mempengaruhi tingkat signifikan penelitian. Menurut Siagian 1992, dalam suatu organisasi fungsi pengawasan sangat dibutuhkan, dengan pengawasan yang baik dapat mencegah timbulnya penyimpangan dan menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan organisasi berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Sesuai dengan pendapat Effendi 1992, peran pemimpin sebagai eksekutif executive leader yang f ungsinya adalah “menerjemahkan” kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan. Dia memimpin dan mengawasi tingkah laku orang-orang yang menjadi bawahannya serta membuat keputusan dan memerintahkannya untuk dilaksanakan. Menurut Hatmoko 2006, Peran dokter kepala puskesmas sebagai seorang manajer adalah memberikan supervisi pengawasan dengan memantau staf secara berkala dan teratur guna meningkatkan disiplin staf dalam melaksanakan tugas Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian sebelumnya yang terkait dengan hubungan pengawasan dengan motivasi kerja, pengawasan yang cukup berpengaruh terhadap motivasi kerja staf. Peran pengawasan yang dilakukan pemimpin yang cenderung bersikap otoriter mengakibatkan staf tidak merasa Universitas Sumatera Utara nyaman dengan adanya pengawasan sehingga staf merasa risih dalam melakukan pekerjaan sehingga tidak termotivasi semangat dalam bekerja. 5.4 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Memotivasi Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016 Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan memotivasi dengan motivasi kerja ternyata ada hubungan yang signifikan aspek memotivasi dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong yang lemah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memotivasi yang diperankan kepala puskesmas sebagian besar responden menilai kurang dan motivasi kerja staf yang rendah. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Iboto 2004 yang menyatakan bahwa variabel memotivasi pegawai tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai. Menurut Siagian 2009, motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Perananan kepala puskesmas sebagai pemimpin dalam memotivasi bawahannya sangat mempengaruhi motivasi kerja staf. pemimpin harus mampu memberikan inspirasi, semangat dan dorongan dalam berkarya. Kurangnya peranan memotivasi yang dilakukan pemimpin didukung oleh hasil wawancara terhadap staf puskesmas yang menilai aspek memotivasi yang diperankan pemimpin kurang dan motivasi kerja stafnya rendah menyatakan bahwa pimpinan tidak memberikan dorongan semangat terhadap penyelesaian Universitas Sumatera Utara pekerjaan yang ada karena kepala puskesmas cenderung tidak mau mengurusi staf dalam menyelesaikan pekerjaannya karena menganggap staf sudah paham dengan apa yang harus dikerjakan. Sebagian responden juga menyatakan bahwa pimpinan tidak memberikan kesempatan kepada staf dalam mengembangkan diri misalnya melalui pelatihan pendidikan karena kepala puskesmas tidak ada tindakan dalam memberikan kesempatan kepada staf untuk mengikuti pelatihan dan cenderung hanya orang tertentu saja yang mendapat kesempatan. Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian sebelumnya yang terkait dengan hubungan memotivasi dengan motivasi kerja, diketahui bahwa peranan pemimpin dalam memotivasi mempunyai hubungan yang searah dengan motivasi kerja staf. Peranan pemimpin seperti memberikan kesempatan bagi staf dalam mengembangkan, mengevaluasi program dan memberikan dorongan semangat dalam menyelesaikan tugas dapat mendorong semangat kerja staf. Semakin besar peranan pemimpin dalam memotivasi staf, maka akan semakin tinggi motivasi kerja staf dalam bekerja. 5.5 Hubungan Peranan Kepemimpinan Dilihat dari Aspek Pemberian Penghargaan Kepala Puskesmas dengan Motivasi Kerja Staf Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016 Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh hasil pengujian statistik untuk hubungan pemberian penghargaan dengan motivasi kerja ternyata ada hubungan antara aspek pemberian penghargaan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian dapat dilihat tabel 4.10 bahwa pemberian penghargaan yang diperankan kepala puskesmas sebagian besar responden menilai kurang dan motivasi kerja staf yang rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa pimpinan tidak memberikan pujian kepada staf ketika mereka menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tidak memberikan promosi jabatan kepada staf yang berprestasi dalam kerjanya serta tidak ada penghasilan yang lebih bagi staf yang produktif dalam bekerja sehingga motivasi kerja staf menjadi rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar 2008 tentang pengaruh motivasi terhadap kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008 didapatkan hasil uji bivariat ada hubungan yang signifikan antara pengakuanpenghargaan terhadap kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Menurut Siagian 1992, pemberian penghargaan dapat meningkatkan semangat bagi anggota organisasi atas kinerja yang diberikannya. Suatu penghargaan menjadi dorongan bagi staf untuk melakukan tindakan yang menjadi inti dari motivasi. Menurut Notoadmodjo 2007, pengakuan berupa penghargaan pimpinan organisasi terhadap karyawan merupakan dorongan semangat kerja. Dorongan semangat inilah yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi kerja staf Puskesmas Limbong dalam melaksanakan pekerjaannya Universitas Sumatera Utara Pemberian penghargaan kepada staf sangatlah besar perannya dalam meningkatkan motivasi kerja staf sebagai pemenuhan kebutuhan. Hal ini juga didukung karakteristik responden yang sebagian besar adalah perempuan yang sudah berstatus kawin, tentu saja hal ini membuat kebutuhan staf menjadi bertambah. Perempuan yang sudah berumah tangga tentu saja mempunyai tanggung jawab ganda yakni di rumah dan di tempat kerja. Oleh sebab itulah, dengan adanya penghargaan seperti penambahan penghasilan serta pelatihan pendidikan dapat meningkatkan motivasi kerja staf sebab pemenuhan kebutuhan mereka tercapai. Berdasarkan teori, hasil penelitian dan penelitian sebelumnya yang terkait dengan hubungan pemberian penghargaan dengan motivasi kerja, diketahui bahwa pemberian penghargaan mempunyai hubungan dengan motivasi kerja. Penghargaan sebagai tanda pengakuan bahwa staf yang mempunyai kemampuan lebih dapat memperkuat motivasi dan memacu diri setiap individu untuk mencapai prestasi. Semakin baik peranan pemberian penghargaan yang diberikan pemimpin kepada stafnya maka semakin staf merasa diakui kerja kerasnya sehingga semakin tinggi pula dorongan semangat dalam diri setiap pegawaistaf dalam melakukan pekerjaan. Universitas Sumatera Utara 62 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan peranan kepemimpinan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan kepala Puskesmas dalam menjalankan peran kepemimpinannya sebagai manajer dinilai masih kurang terutama dalam aspek memotivasi dan memberikan penghargaan kepada staf di Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016. 2. Tidak ada hubungan peranan kepemimpinan dalam aspek komunikasi, arahan dan bimbingan dan aspek pengawasan dengan motivasi kerja staf di Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016. 3. Semakin baik peranan kepemimpinan kepala puskesmas maka tingkat motivasi kerja staf semakin tinggi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan kepemimpinan kepala puskesmas dinilai kurang dan tingkat motivasi kerja staf yang rendah di Puskesmas Limbong Kecamatan Sianjur Mula-Mula Tahun 2016. Universitas Sumatera Utara

6.2. Saran 1. Kepala Dinas Kesehatan