8 Tabel 2.1 Standar Biodiesel Berdasarkan ASTM D 675109, EN 1421403, dan Pr
EN 1421409 Lanjutan
No. Parameter
Satuan ASTM D
675109 EN
1421403 Pr EN
1421409 15.
Nilai Iodin g iodin100 g
- ≤120
≤120 16.
Linolenat metil ester ww
- ≤12,0
≤12,0 17.
Metil ester ganda tak jenuh
ww -
≤1 ≤1
18. Kandungan metanol
ww ≤0,20
≤0,20 ≤0,20
19. Kandungan
monogliserida ww
- ≤0,80
≤0,80 20.
Kandungan digliserida
ww -
≤0,20 ≤0,20
ASTM D 6751, 2009; EN 14214, 2003 dan Pr EN 14214, 2009
2.2 BAHAN BAKU
2.2.1 Minyak Dedak Padi
Produksi biodiesel yang dikembangkan saat ini umumnya dibuat dari minyak tumbuhan minyak kedelai, canola oil, rapeseed oil, crude palm oil, rice
bran oil, lemak hewani beef talow, lard, lemak ayam, lemak babi dan bahkan dari minyak goreng bekas [27]. Bahan baku yang digunakan untuk produksi
biodiesel bervariasi sesuai dengan wilayah geografis tergantung pada kondisi budidaya dan ketersediaannya. Indonesia sebagai salah satu produsen padi
terbesar di dunia dengan urutan ketiga setelah China dan India, yang juga berkontribusi pada kebutuhan padi dunia.
Berdasarkan jumlah produksi padi Indonesia pada tahun 2015 sebesar 74.991.788 ton [13] dan diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 1,65
pada tahun 2016 [14]. Padi sebagai tanaman pangan ini dapat pula dimanfaatkan salah satu bagiannya sebagai bahan baku dalam pembuatan biodiesel. Hal ini
disebabkan karena padi terdiri dari beberapa komposisi yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Struktur Kernel dari Padi [12]
Universitas Sumatera Utara
9 Salah satu dari bagian padi yang terlihat pada Gambar 2.1 adalah bekatul
atau rice bran. Bekatul atau rice bran merupakan hasil samping proses penggilingan padi yang berasal dari lapisan terluar beras yaitu bagian antara butir
beras dan kulit padi. Serta memiliki kandungan minyak sekitar 10-26 dari massanya [15].
Minyak dedak padi rice bran oil dapat didefinisikan sebagai minyak alami yang dihasilkan dari bekatul yang berada disamping sekam kulit padi.
Oleh karena bekatul dan sekam padi sulit untuk dipisahkan, maka campuran keduanya yang diekstrak menjadi minyak [12]. Perbedaan komposisi minyak
dedak padi yang dihasilkan ini tergantung pada varietas padi, proses penggilingan, metode ekstraksi, kondisi, dan lama penyimpanan dedak padi. Kadar FFA dari
Rice Bran Oil RBO adalah sebesar 6-70 tergantung dengan kualitas dedak padinya [16].
Soares, dkk 2015 pada penelitiannya mendapatkan yield RBO sebesar 12,68 dengan menggunakan teknologi dengan Liquefied Petroleum Gas LPG
[17]. Sedangkan kadar FFA yang terdapat pada RBO menurut Liu, dkk 2015 adalah sebesar 30,52. Kadar FFA dari RBO yang besar ini disebabkan karena
aktivitas enzim lipase yang tinggi setelah proses penggilingan padi [18]. Kadar FFA yang tinggi pada RBO dapat dikurangi dengan dilakukannya berbagai cara
perlakuan sebelum RBO disimpan dan digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Salah satu caranya adalah pemanasan bekatul sebelum digiling dan juga
pemanasan RBO untuk menonaktifkan kerja enzim lipase dalam membentuk FFA [16]. Selain itu pula RBO ini memiliki sifat fisika dan kimia yang ditunjukkan
pada Tabel 2.2.
Universitas Sumatera Utara
10 Tabel 2.2 Sifat Fisika dan Kimia dari RBO [28]
Asam Lemak Nilai
Palmitat C16:0 dalam 18,8
StearatC18:0 dalam 2,4
Oleat C18:1 dalam 43,1
Linoleat C18:2 dalam 33,2
Linolenat C18:3 dalam 0,6
Arasidat C20:0 dalam 0,7
Densitas kgm
3
922 Viskositas Kinematik pada 40
o
C cSt 43,52
Viskositas Kinematik pada 100
o
C cSt 9,21
Titik nyala °C 316337
Titik tuang °C 1301
Berdasarkan uraian diatas yang menunjukkan bahwa RBO memiliki potensi besar digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Hal ini disebabkan karena
ketersediaan dedak padi yang tinggi di Indonesia dan harga bahan baku yang murah. Biodiesel memiliki kandungan oksigen lebih tinggi dari bahan bakar fosil
seperti solar. Hal tersebut menunjukkan pengaruh besar terhadap pengurangan senyawa polutan, seperti senyawa-senyawa karbon, emisi partikulat, mono oksida,
poliaromatik, sulfur, hidrokarbon, asap, dan kebisingan yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil. Terlepas dari keuntungannya pada lingkungan,
aspek ekonomi produksi biodiesel menjadi penghalang bagi pembangunan karena adanya fakta bahwa sebagian besar biodiesel dihasilkan dari minyak nabati yang
berharga mahal. Penggunaan minyak dedak padi diharapkan mampu mengurangi biaya
produksi biodiesel seperti halnya minyak nabati lainnya, lemak hewan, daur ulang atau limbah minyak dan produk sampingan dari pemakaian minyak bekas.
Pengembangan sumber alternatif lain dari minyak terbarukan adalah kepentingan, tidak hanya untuk lebih meningkatkan kelayakan ekonomi biodiesel, tetapi juga
untuk meningkatkan pasokan dan keberlanjutan produksi bahan bakar ini.
2.2.2 Metanol