10 Tabel 2.2 Sifat Fisika dan Kimia dari RBO [28]
Asam Lemak Nilai
Palmitat C16:0 dalam 18,8
StearatC18:0 dalam 2,4
Oleat C18:1 dalam 43,1
Linoleat C18:2 dalam 33,2
Linolenat C18:3 dalam 0,6
Arasidat C20:0 dalam 0,7
Densitas kgm
3
922 Viskositas Kinematik pada 40
o
C cSt 43,52
Viskositas Kinematik pada 100
o
C cSt 9,21
Titik nyala °C 316337
Titik tuang °C 1301
Berdasarkan  uraian  diatas  yang  menunjukkan  bahwa RBO memiliki potensi besar digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Hal ini disebabkan karena
ketersediaan  dedak  padi  yang  tinggi di  Indonesia  dan  harga  bahan  baku  yang murah. Biodiesel memiliki kandungan oksigen lebih tinggi dari bahan bakar fosil
seperti  solar.  Hal  tersebut menunjukkan pengaruh  besar  terhadap pengurangan senyawa polutan, seperti senyawa-senyawa karbon, emisi partikulat, mono oksida,
poliaromatik,  sulfur,  hidrokarbon,  asap, dan  kebisingan yang  dihasilkan  dari pembakaran  bahan  bakar  fosil. Terlepas  dari keuntungannya  pada lingkungan,
aspek ekonomi produksi biodiesel menjadi penghalang bagi pembangunan karena adanya fakta bahwa sebagian besar biodiesel dihasilkan dari minyak nabati yang
berharga mahal. Penggunaan  minyak  dedak  padi  diharapkan  mampu mengurangi  biaya
produksi biodiesel seperti halnya minyak nabati lainnya, lemak hewan, daur ulang atau  limbah  minyak  dan  produk  sampingan  dari pemakaian  minyak bekas.
Pengembangan sumber alternatif lain dari minyak terbarukan adalah kepentingan, tidak  hanya  untuk  lebih  meningkatkan  kelayakan ekonomi biodiesel,  tetapi  juga
untuk meningkatkan pasokan dan keberlanjutan produksi bahan bakar ini.
2.2.2 Metanol
Pelarut  yang  paling  umum digunakan untuk  produksi biodiesel adalah metanol, karena harganya  yang  relatif  rendah. Selain  itu,  beberapa alkil asetat
rantai pendek seperti metil asetat dan etil asetat dihasilkan sebagai akseptor asil. Laju reaksi tertinggi biasanya diperoleh ketika menggunakan pelarut ini [29].
Universitas Sumatera Utara
11 Tujuan  penggunaan pelarut  organik untuk transesterifikasi yaitu untuk
memastikan campuran reaksi bersifat homogen, mengurangi viskositas campuran reaksi sehingga meningkatkan  laju difusi, mengurangi masalah perpindahan
massa di sekitar katalis enzim [30]. Untuk meningkatkan stabilisasi katalis enzim sehingga memungkinkan untuk digunakan berulang kali [31]. Sifat-sifat fisika dan
kimia metanol dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Sifat-Sifat Fisika dan Kimia Metanol [32]
No. Sifat Fisika
Sifat Kimia
1. Wujud
berupa cairan
tidak berwarna
Berat molekul: 32 gmol 2.
Merupakan produk yang stabil Titik didih: 64,5 °C 148,1 °F
3. Larut  dalam  air,  metanol,  dan
dietil eter Titik leleh: -97,8 °C 144 °F
4. Bereaksi  tinggi  dengan
agen pengoksida
Specific gravity: 0,796 pada 20 °C 5.
Tidak korosif pada kaca pH: 7 netral
6. Beracun
Tekanan  uap:  97,68  mmHg  pada 20 °C
7. Berbahaya  apabila  terkena  kulit
tangan, mata Densitas  uap: 1,11
8. Mudah terbakar
Nilai ambang bau: 160 ppm
2.2.3 Zeolit
Katalis  digunakan  untuk  meningkatkan  kecepatan  reaksi  dan  nilai yield. Klasifikasi  katalis  dapat  berupa  alkali,  asam  dan  enzim
[33]. Reaksi transesterifikasi  dapat  dikatalisasi  baik  dengan  katalis  homogen  maupun
heterogen [34]. Dalam metode homogen konvensional, pemulihan katalis setelah reaksi secara  teknis sulit. Jumlah air  limbah yang  dihasilkan untuk  memisahkan
katalis dan membersihkan produk sangat besar. Oleh karena itu, katalis heterogen digunakan untuk  sintesis biodiesel. Katalis ini memiliki  banyak  keunggulan
dibandingkan katalis  homogen. Sifat noncorrosive, ramah  lingkungan dan masalah pembuangan yang ditimbulkan lebih sedikit. Katalis heterogen juga lebih
mudah untuk dipisahkan dari produk  cair, dapat  digunakan  kembali dan dapat dirancang untuk  memberikan aktivitas  yang  lebih  tinggi, selektivitas dan tahan
lama katalis [26]. Sumber dari katalis padat katalis heterogen, pada saat ini telah digunakan
secara komersial, seperti zeolit, alumina atau resin penukar ion. Zeolit merupakan
Universitas Sumatera Utara
12 kristal  aluminasilikat  dengan  struktur 3  dimensi. Sifat  fisika  dan  kimianya  yang
penting, maka bahan ini  telah  diaplikasikan  sebagai  absorben,  resin  penukar  ion dan katalis dengan aktivitas tinggi [35]. Rumus molekul dari zeolit secara umum
adalah M
xn
{AlO
2 x
SiO
2 y
}.
p
H
2
O, dimana M adalah jumlah kation n yang dapat dipertukarkan,  x  adalah  jumlah  alumunium,  y  adalah  jumlah  silika,  sedangkan  p
adalah jumkah kristal air [36]. Struktur kristal zeolit berdasarkan pada jaringan 3 dimensi yang terdiri dari
SiO
4 -4
dan AlO
4 -5
yang tetrahedral serta terhubung melalui atom oksigen O. Susunan  bentuk  senyawa  pada  sisi  negatif  ini  diseimbangkan  dengan  kehadiran
kation,  seperti  Na
+
,  K
+
,  dan  Ca
2+
yang  dimodifikasi  kedalam  zeolitnya [37]. Kenampakan unsur utama penyusun zeolit alam dan struktur molekul zeolit alam
yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada Gambar 4.1 dan 4.2 berikut.
a b
Gambar 2.2 Bentuk dari SiO
4
dan AlO
4
yang tetrahedral. a Penyusun utama zeolit b struktur kimia zeolit [38]
Gambar 2.3 Kerangka Struktur Molekul Zeolit Secara Umum [39] Pada  dasarnya  zeolit  dapat  dibedakan  atas  dua  jenis  berdasarkan  cara
perolehannnya  yaitu, zeolit alam dan zeolit sintetik. Zeolit alam natural zeolite adalah  zeolit  yang  berasal  dari  alam,  yang  diperoleh  dari  gunung  berapi  atau
daerah  sumber  air  panas.  Zeolit  sintetik  adalah  zeolit  yang  berasal  dari  bahan- bahan  sintetik  murni,  yang  direkayasa  atau  dibuat  oleh  manusia  dengan
Universitas Sumatera Utara
13 mempunyai  saluran, rongga,  kation,  dan  pori  tertentu.  Disetiap  daerah  gunung
berapi memiliki jenis zeolit yang berbeda karena kandungan mineral yang berbeda pula, sehingga zeolit alam memiliki 40 jenis diantaranya klinoptilotit, mordernit,
filipsit,  kabasit,  dan  erionit.  Sedangkan  zeolit  sintetik  memiliki  14  jenis  yang biasanya  dengan  cara  hidrotermal  yang  tergantung  dengan  pemanfaatannya.
Contoh  dari  zeolit  sintetik  yaitu  zeolit  ZSM,  zeolit  NaY,  dan  lain-lain [40, 41]. Oleh  sebab  itu,  zeolit  alam  sangat  berpotensi  di  Indonesia  mengingat  bahwa
banyaknya daerah  gunung berapi sehingga banyak pula potensi zeolit alam  yang dapat dimanfaatkan sebagai katalis biodiesel.
Sebelum  digunakan  zeolit  perlu  diaktivasikan  guna  mempertinggi  daya kerjanya,
memperluas permukaannya
dengan membentuk
pori, serta
menghilangkan  pengotor.    Ada  beberapa  dua  cara,  dengan  fisika  dan  kimia. Dengan  cara  fisika  dapat  dilakukan  dengan  pemanasan,  sedangkan  kimia  dapat
dilakukan  dengan  penukar  ion  atau  impregnasi  dengan  senyawa  asam  atau  basa. Impregnasi yaitu cara yang paling mudah dilakukan dengan penambahan beberapa
ion  dalam  porinya [40, 41]. Zeolit  dapat  ditambahkan  atau  divariasikan  dengan beberapa kation seperti Na
+
, K
+
, Ca
2+
, Mg
2+
dan lain-lain. Selain itu, penambahan kation guna menyeimbangkan zeolit karena jumlah elektron dari alumunium lebih
sedikit  dari  silika  sehingga  menyebabkan  ketidakseimbangan  zeolit. Zeolit  dapat digunakan sebagai katalis heterogen dalam pembuatan biodiesel [42].
Kemampuan  zeolit  sebagai  katalis  didasarkan  pada  adanya  ruang  kosong atau  pori  dimana  terjadi  difusi  molekul  dan  reaksi  kimia.  Keasaman  dari  zeolit
tergantung  pada  ratio  SiAl  nya,  dimana  jika  ratio  SiAl  nya  rendah  maka  zeolit akan  memiliki  aktivitas  katalis  yang  lebih  tinggi.  Dengan  adanya  ruang  kosong
pada  zeolit  sehingga  dapat  digunakan  pada  minyak  yang  memiliki  FFA  tinggi [43],  sehingga  dengan  penambahan  kation  alkali  pada  zeolit  alam  dapat
menambah  aktivitas  katalis  dalam  pembuatan  biodiesel  yang  dapat  merangkap reaksi  esterifikasi  dan  reaksi  transesterifikasi. Modifikasi  zeolit  alam  tersebut
dilakukan  dengan  cara  impregnasi.  Proses  impregnasi  permukaan  zeolit  dengan kation  terjadi  pada  permukaan  katalis.  Kation  akan  menempel  pada  permukaan
zeolit seperti yang terlihat pada Gambar 2.4.
Universitas Sumatera Utara
14 Gambar 2.4 Ilustrasi Proses Modifikasi Zeolit Alam dengan Kation [44]
Zeolit  alam  juga  telah  digunakan  oleh Kusuma  dkk  2013.  Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa zeolit alam Indonesia yang digunakan adalah jenis
kristal mordenit. Kemudian dimodifikasi dengan  cara impregnasi KOH memiliki aktivitas
katalitik yang  baik
untuk  digunakan  sebagai  katalis reaksi
transesterifikasi [7]. Selain  itu  juga  pada penelitian  yang  dilakukan  oleh Kusuma  dkk 2013,
Noiroj dkk 2009,  dan  Soetaredjo dkk 2011 [7, 45, 46] bahwa  KOH  sebagai sumber logam K yang ditambahkan ke dalam struktur zeolit saat dikalsinasi, akan
terkonversi  menjadi  K
2
O.  K
2
O  ini  memiliki  aktivitas  yang  tinggi  sebagai  katalis untuk  reaksi  transesterifikasi,  sehingga  pembentukkan  senyawa  ini  pada
permukaan  zeolit  menjadi sisi  aktif untuk  proses  transesterifikasi.  Hal  ini dibuktikan  dengan yield biodiesel tinggi yang  dihasilkan [7]. Adapun  reaksi
transesterifikasi dengan menggunakan katalis KOHzeolit alam  yang membentuk K
2
O menjadi biodiesel seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5. M
+
Kation berupa K
+
, Na
+
, dan Ca
2+
Universitas Sumatera Utara
15 Gambar 2.5 Mekanisme Reaksi Transesterifikasi dari Trigliserida dan
KOHzeolit alam sebagai Katalis Basa Kuat [7] Untuk  melihat  bagaimana  pengaruh  penggantian  larutan  modifikasi  yang
digunakan  dalam  impregnasi  katalis,  maka  digunakan  senyawa K
2
CO
3
sebagai sumber kation berupa K
+ ,
yang juga memiliki kinerja yang sama seperti senyawa KOH  sebagai  larutan  impregnasi. Selain  itu  pula  katalis  K
2
CO
3
ini  juga  telah sering digunakan sebagai katalis yang baik dalam pembuatan biodiesel [47].
Universitas Sumatera Utara
16
2.3 TRANSESTERFIKASI