18 transesterifikasi dipengaruhi oleh beberapa parameter proses yang meliputi:
Kandungan kelembaban dan asam lemak bebas FFA, waktu reaksi, reaksi suhu, katalis dan rasio molar alkohol dan minyak menjadi faktor utama yang
mempengaruhi transesterifikasi [50].
2.3.1 Suhu
Suhu reaksi adalah faktor penting yang akan mempengaruhi hasil biodiesel. Sebagai contoh, reaksi dengan suhu yang lebih tinggi akan
meningkatkan laju reaksi dan memperpendek waktu reaksi karena pengurangan viskositas minyak. Namun, peningkatan suhu reaksi luar secara optimal
menyebabkan penurunan yield biodiesel, karena suhu reaksi yang lebih tinggi mempercepat saponifikasi
trigliserida dan
menyebabkan metanol mudah menguap. Biasanya suhu reaksi transesterifikasi harus di bawah titik didih alkohol
untuk mencegah penguapan alkohol [50]. Kisaran optimal suhu reaksi dapat bervariasi dari 50 °C hingga 60 °C tergantung pada minyak atau lemak yang
digunakan. Akan tetapi banyak penelitian juga yang menggunakan temperatur reaksi yang mendekati titik didih alkohol yang digunakan untuk memperoleh
konversi yang lebih cepat [51]. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Fan dkk 2012 yang memperoleh temperatur reaksi optimalnya adalah 65 °C dalam
pembuatan biodiesel dari minyak kedelai. Katalis heterogen modifikasinya berupa KFCaO-MgO dengan yield biodiesel tertinggi yang dihasilkan sebesar 97,98
[46].
2.3.2 Waktu Reaksi
Peningkatan konversi asam lemak alkil ester dapat dilihat ketika adanya peningkatan waktu reaksi. Menurut Lee dkk 2009 konversi metil ester yang
hampir mendekati sempurna biasanya dilakukan dengan penggunaan waktu reaksi sebesar 2-6 jam dalam proses pembuatan biodiesel [52]. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Noiroj dkk 2009 yang memperoleh waktu reaksi optimal sebesar 3 jam dalam pembuatan biodiesel dari minyak kelapa sawit. Katalis heterogen
modifikasinya berupa KOHNaY dengan yield biodiesel tertingginya adalah 91,70 [8].
Universitas Sumatera Utara
19
2.3.3 Rasio Molar Metanol : Minyak
Parameter lain yang mempengaruhi yield biodiesel adalah rasio molar alkohol untuk trigliserida. Dalam stoikiometri reaksi transesterifikasi, rasio mol
antara alkohol dan minyak adalah sebesar 3:1 dengan menghasilkan 3 mol asam lemak metiletil ester dan 1 mol gliserol. Rasio mol ini dapat bervariasi dengan
tujuan untuk menggeser reaksi ke arah kanan sehingga meningkatkan produk berupa biodiesel. Jenis alkohol yang paling sering digunakan adalah metanol
karena memiliki harga murah dan secara fisik maupun kimiawi dapat menguntungkan perolehan yield biodiesel yang dihasilkan [50]. Penggunaan
katalis heterogen dan homogen dalam pembuatan biodiesel sangatlah berbeda. Pada proses dengan menggunakan katalis heterogen, laju reaksi yang dihasilkan
adalah reaksi lambat apabila dibandingkan dengan proses pada katalis homogen. Untuk alasan ini, kondisi reaksi dari katalis heterogen dapat ditingkatkan dengan
menambah temperatur reaksi 100-250 °C, jumlah katalis 3-10 dari massa minyak dan rasio molar metanol dan minyak 10:1-25:1 [52]. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Noiroj, dkk 2009 yang memperoleh rasio molar metanol:minyak terbaik sebesar 15:1. Katalis heterogen yang digunakan berupa
KOHNaY. Yield biodiesel tertinggi yang dihasilkan adalah 91,70 [8].
2.3.4 Jenis dan Jumlah Katalis