Pengertian Remaja Problema Remaja

commit to user 24

4. Problema Remaja

a. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Seorang individu yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum sampai pada masa atau usia dewasa yang penuh tanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun kepada masyarakat. Lamanya masa peralihan ini tergantung kepada keadaan dan tingkat sosial masyarakat di mana ia hidup. Remaja pada masa peralihan ini sama halnya seperti pada masa anak mengalami perubahan jasmani, kepribadian, intelek dan peranan di dalam maupun di luar lingkungan. Perbedaan proses perkembangan yang jelas pada masa remaja ini adalah perkembangan psikoseksualitas dan emosionalitas yang mempengaruhi tingkah laku para remaja, yang sebelumnya pada masa anak tidak nyata pengaruhnya. Pengertian remaja menurut Singgih D. Gunarsa 1991: 6 mengemukakan, “Masa remaja adalah masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa”. Sedangkan menurut Zakiah Daradjat dalam Sofyan S. Willis 1981: 22, Remaja adalah usia transisi. Seorang individu, telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat. Banyaknya masa transisi ini tergantung kepada keadaan dan tingkat sosial masyarakat dimana ia hidup. Semakin maju masyarakat semakin panjang usia remaja, karena ia harus mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat yang banyak syarat dan tuntutannya. Sarlito Wirawan Sarwono 1994: 4 dalam psikologi remaja memberikan definisi remaja dari berbagai segi, yaitu: 1 Remaja Ditinjau dari Segi Hukum 2 Remaja Ditinjau dari Segi Perkembangan Fisik 3 Batasan Remaja Menurut WHO 4 Remaja Ditinjau dari Segi Sosial-Psikologik 5 Definisi Remaja Untuk Masyarakat Indonesia commit to user 25 Di Indonesia konsep “Remaja” tidak dikenal, hanya mengenal anak-anak dan dewasa dengan batasan yang bermacam-macam. Dalam pasal 7 UU No. 11974 tentang perkawinan menganggap mereka yang di atas usia 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria sebagai bukan anak-anak lagi, tetapi mereka juga belum dianggap sebagai dewasa penuh, sehingga masih diperlukan ijin orang tua untuk mengawinkan mereka. Inilah yang dapat disejajarkan dengan pengertian-pengertian “Remaja” dalam ilmu-ilmu sosial yang lain. Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu yang terikat seperti Biologi dan Faal remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Perkembangan yang terjadi yaitu seorang pria yang berotot dan berkumis atau berjanggut yang mampu menghasilkan beberapa ratus juta sel mani setiap kali ia berejakulasi, aau seorang wanita yang berpayudara dan berpinggul besar yang setiap bulannya mengeluarkan sebuah sel telur dari indung telurnya. Pada tahun 1974, WHO memberikan devinisi tentang remaja ke dalam 3 kriteria yaitu biologi, psikologi dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut: Remaja adalah suatu masa dimana: 1 Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 2 Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3 Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada yang relatif lebih mandiri. Masa remaja merupakan masa mulai bangkitnya rasa kepribadian dan sosial. Keadaan yang demikian mendorong remaja untuk mengenal masyarakat yang ditampakkan dari jalur kebudayaan yang selalu ia soroti dan mempunyai ciri-ciri kebudayaan berbeda dari orang tua atau keluarganya. Remaja merupakan suatu individu yang berusaha lepas dari orang tuanya, baik dari segi pembiayaan, pola berfikir, situasi kekeluargaan atau bahkan dari segi aturan norma-norma. Jiwa remaja mengalami transisi dari sifat kejiwaan yang dialami anak-anak commit to user 26 berubah kearah jiwa dewasa yang dimiliki oleh individu yang sudah masakmengalami kedewasaan. Pada masa ini timbul gangguan-gangguan keseimbangan psikis, sehingga timbul konflik, pertentangan batin, pemberontakan, dan kegelisahan. Kita dapat menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: 1 Pada usia 11 tahun tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak kriteria fisik. 2 Banyak masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil baligh, baik menurut adat maupun agama Kriteria sosial. 3 Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan jiwa seperti tercapainya identitas diri, fase genital dari perkembangan psikoseksual dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral kriteria psikologik. 4 Orang-orang yang sampai batas usia 24 tahun belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologik masih dapat digolongkan remaja. 5 Definisi remaja di sini dibatasi, khususnya yang belum menikah.

b. Tugas-tugas Perkembangan Usia Remaja

Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI PERHATIAN ORANG TUA DAN INTENSITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP Kontribusi Perhatian Orang Tua Dan Intensitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Banyudono Boyolali Ta

0 2 10

PENGARUH PENDAPATAN ORANG TUA SISWA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA, KELAS VIII SMP NEGERI 2 Pengaruh Pendapatan Orang Tua Siswa Terhadap Motivasi Belajar Matematika, Kelas VIII SMP Negeri 2 Banyudono (Tahun Pelajaran 2012/2013).

0 2 15

PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI MOJOREJO 2 KARANGMALANG SRAGEN.

0 0 16

PENGARUH MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 5 PENGARUH MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 5 SEKOLAH DASAR NEGERI 01 KEBAK TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 16

PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III Pengaruh Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Iii Sd Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun 2011/2012.

0 0 16

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA Pengaruh Disiplin Belajar Dan Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Mondokan Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 16

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA Pengaruh Disiplin Belajar Dan Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Mondokan Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 14

PENGARUH INTERAKSI BELAJAR DAN MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP Pengaruh Interaksi Belajar dan Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 17

PENGARUH INTERAKSI BELAJAR DAN MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP Pengaruh Interaksi Belajar dan Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 14

Pengaruh Perhatian Orang Tua, Motivasi Belajar, dan Lingkungan Sosial Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP di Kota Mataram.

0 0 2