PENGARUH PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR DARI ORANG TUA, MINAT BELAJAR MATEMATIKA, DAN PROBLEMA REMAJA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 200920

(1)

commit to user

i

PENGARUH PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR DARI

ORANG TUA, MINAT BELAJAR MATEMATIKA, DAN

PROBLEMA REMAJA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 5 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

OLEH

LIA ROSINA ANGGREINI K1303046

PROGRAM PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

PENGARUH PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR DARI

ORANG TUA, MINAT BELAJAR MATEMATIKA, DAN

PROBLEMA REMAJA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 5 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

OLEH

LIA ROSINA ANGGREINI K1303046

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

PROGRAM PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Lia Rosina Anggreini. PENGARUH PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR

DARI ORANG TUA, MINAT BELAJAR MATEMATIKA, DAN PROBLEMA REMAJA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) ada atau tidak adanya pengaruh pemberian motivasi belajar dari orang tua terhadap prestasi belajar matematika, (2) ada atau tidak adanya pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika, (3) ada atau tidak adanya pengaruh problema remaja terhadap prestasi belajar matematika, (4) ada atau tidak adanya interaksi pemberian motivasi belajar dari orang tua dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika, (5) ada atau tidak adanya interaksi pemberian motivasi belajar dari orang tua dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika, (6) ada atau tidak adanya interaksi minat belajar siswa dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika, (7) ada atau tidak adanya interaksi pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar siswa, dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Boyolali semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 dengan jumlah 210 siswa yang terbagi dalam lima kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII-A dan VIII-B, berjumlah 78 siswa yang diambil dengan cara cluster random sampling yaitu dipilih dua kelas secara acak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket untuk data pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar matematika, dan problema remaja dan metode dokumentasi untuk data prestasi belajar matematika. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis variansi tiga jalan dengan sel sama 3x3x3. Sebelumnya dilakukan uji normalitas dengan menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan metode Bartlett.


(6)

commit to user

vi

Setelah diadakan penelitian dan perhitungan dengan teknik analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama, akan diambil kesimpulan sesuai dengan aturan jika Fobs > Ftabel maka H0 ditolak, sedangkan jika Fobs < Ftabel maka H0 tidak

ditolak. Dari perhitungan, kesimpulan dari penelitian ini adalah : (1) Ada pengaruh pemberian motivasi belajar dari orang tua terhadap prestasi belajar matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs = 7,25 > 3,15 = F tabel ,

dengan demikian H0A ditolak, (2) Ada pengaruh minat belajar siswa terhadap

prestasi belajar matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs = 6,49 > 3,15

= F tabel, dengan demikian H0B ditolak, (3) Ada pengaruh problema remaja

terhadap prestasi belajar matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs =

4,36 > 3,15 = F tabel, dengan demikian H0C ditolak, (4) Tidak adanya interaksi

pemberian motivasi belajar dari orang tua dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs = 1,12 < 2,52

= F tabel, dengan demikian H0AB tidak ditolak, (5) Tidak ada interaksi pemberian

motivasi belajar dari orang tua dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs = 1,60 < 2,52 = F tabel, dengan

demikian H0AC tidak ditolak, (6) Tidak ada interaksi minat belajar siswa dan

problema remaja terhadap prestasi belajar matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs = 0,68 < 2,52 = F tabel, dengan demikian H0BC tidak ditolak, (7)

Tidak ada interaksi pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar siswa, dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika, berdasarkan perhitungan diperoleh Fobs = 0,74 < 2,10 = F tabel, dengan demikian H0ABC tidak


(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Lia Rosina Anggreini. THE EFFECT OF LEARNING MOTIVATION

GIVEN BY PARENTS, LEARNING MATHEMATIC INTEREST, AND ADOLESCENT PROBLEM TOWARD MATHEMATIC LEARNING ACHIEVEMENT OF EIGHT’S GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 5 BOYOLALI YEAR OF STUDY 2009/2010. Thesis. Surakarta: Teaching and Education Faculty Sebelas Maret University, July 2010

The purpose of this research is to know if: (1) there is influence of learning motivation given by parents toward learning mathematic achievement, (2) there is influence of learning mathematic interest toward learning mathematic achievement, (3) there is influence of adolescent problem toward learning mathematic achievement, (4) there is interaction between learning motivation given by parents and learning mathematic interest toward learning mathematic achievement, (5) there is interaction between learning motivation given by parents and adolescent problem toward learning mathematic achievement, (6) there is interaction beetween learning mathematic interest and adolescent problem toward learning mathematic achievement, (7) there is interaction between learning motivation given by parents, learning mathematic interest and adolescent problem toward learning mathematic achievement.

The population of this research is eight’s grade students of SMP Negeri 5 Boyolali at first semester year of study 2009/2010 consist of 210 students devided into five classes. The sample of this research is class VIII-A and VIII-B, total 78 students taken by cluster random sampling, randomly chosen two classes. Data collecting technique used is questionnaire methode for data of learning motivation given by parents, learning mathematic interest, and adolescent problem and documentation methode for data of learning mathematic achievement. Analysis technique used is three-ways analysis of variance technique with unequal cell 3x3x3. Before that, we use normality test by Lilliefors methode and homogenity test by Bartlett methode.

After we did research and calculate by three-ways analysis of variance technique with unequal cell 3x3x3, we took conclusion appropriate with rule if


(8)

commit to user

viii

Fobs>Flist so H0 is rejected, while if Fobs < Flist so H0 is not rejected. From the

calculation, the conclution of this research are : (1) There is influence of learning motivation given by parents toward learning mathematic achievement, based on calculation we got result Fobs = 7,25 > 3,15 = F list, so H0 is rejected, (2) There is

influence of learning mathematic interest toward learning mathematic achievement, based on calculation we got result Fobs = 6,49 > 3,15 = F list, so H0 is

rejected, (3) There is influence of adolescent problem toward learning mathematic achievement, based on calculation we got result Fobs = 4,36 > 3,15 =

F list, so H0 is rejected, (4) There is no interaction between learning motivation

given by parents and learning mathematic interest toward learning mathematic achievement, based on calculation we got result Fobs = 1,12 < 2,52 = F list, so H0AB

is not rejected, (5) There is no interaction between learning motivation given by parents and adolescent problem toward learning mathematic achievement, based on calculation we got result Fobs = 1,60 < 2,52 = F list, so H0AC is not rejected, (6)

there is no interaction beetween learning mathematic interest and adolescent problem toward learning mathematic achievement, based on calculation we got result Fobs = 0,68 < 2,52 = F list, so H0ABC is not rejected, (7) There is no

interaction beetwen learning motivation given by parents, learning mathematic interest and adolescent problem toward learning mathematic achievement, based on calculation we got result Fobs = 0,74 < 2,52 = F list, so H0ABC is not rejected.


(9)

commit to user

ix

MOTTO

“Sedikit pengetahuan yang digunakan untuk berkarya sungguh lebih berharga daripada banyak pengetahuan yang disimpan saja.”

(Kahlil Gibran)

“Tidak ada orang yang melampaui fajar tanpa melalui malam.”

(anonim)

“Segala sesuatu ada waktunya, apa yang tercipta merupakan jawaban dari putaran waktu yang telah Allah sediakan. Nikmati hidup apa adanya karena semua berawal dari sana. Yakin segala sesuatu ada waktunya dan terjadi tepat pada waktunya.”


(10)

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Sebuah karya bagi mereka yang menantikan saat-saat indah ini.

Bapak dan Ibu, semoga Allah senantiasa melindungi dan memberikan guyuran rahmat kepada keduanya.

Bapak dan Ibu di Boyolali, untuk semangat dan doa yang selalu ada dan akan terus mengalir.

SCK, terima kasih untuk semua kebahagiaan yang kau berikan pada Lee.. semoga Allah selalu meridhoi kita.


(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas pertolongan yang tak terkira dan nikmat sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Problema Remaja dan Minat Belajar Matematika Terhadap Prestasi Belajar Matematika”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar kesarjanaan pada Program Pendidikan Matematika Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa pada proses penyusunan skripsi ini banyak bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan FKIP UNS yang telah

memberikan izin menyusun skripsi ini.

2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang telah memberikan izin menyusun skripsi ini.

3. Triyanto, S.Si, M.Si, Ketua Program P. Matematika FKIP UNS yang telah memberikan izin menyusun skripsi ini.

4. Drs. Mardjuki, M.Si. Pembimbing I yang telah membimbing penulis hingga skripsi ini dapat tersusun.

5. Ristu Saptono, S.Si, M.T. Pembimbing II yang telah membimbing penulis hingga skripsi ini dapat tersusun.

6. Kirdjono, S.Pd, M.M. Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Boyolali yang telah memberi ijin tryout demi kelancaran penulisan skripsi.

7. Dra. Hj. Widhiani PN, M.Si. Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Boyolali yang telah memberi ijin penelitian demi kelancaran penulisan skripsi.

8. FX Windoe Poernomo, S.Pd. Guru Matematika SMP Negeri 5 yang telah memberikan bantuan dan bimbingan serta meluangkan waktu untuk membantu terlaksananya penelitian ini.

9. Kedua orang tuaku dan Bapak/Ibu Boyolali yang selalu memberikan doa restu, kasih sayang dan dukungan yang tak ternominalkan.


(12)

commit to user

xii

11. Jojo dan Danang, terimakasih telah memberi warna dalam hidupku, I love u all..

12. Mas Sofyan Pasca UNS, untuk les privatnya….

13. Teman-teman P.Math ’03 atas segala kebersamaan dan kenangan kita bersama.

14. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2010


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vii

HALAMAN MOTTO ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Prestasi Belajar Matematika ... 8

a. Prestasi... ... 8

b. Belajar... 8

c. Prestasi Belajar... 10

d. Hakekat Matematika... 11

e. Pengertian Prestasi Belajar Matematika... 12

f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika... 13


(14)

commit to user

xiv

2. Motivasi Belajar... 13

a. Pengertian Motivasi ... 13

b. Teori-teori Motivasi ... 14

c. Macam-macam Motivasi... 16

d. Fungsi Motivasi……… 17

e. Cara Memotivasi Anak……… 17

f. Tugas dan Tangung Jawab Orang Tua Dalam Keluarga.. 19

g. Bentuk Motivasi dari Orang Tua... 19

h. Indikator Motivasi Belajar dari Orang Tua………. 20

3. Minat………. 21

4. Problema Remaja………. ... 24

a. Pengertian Remaja………. ... 24

b. Tugas-tugas Perkembangan Usia Remaja………. .. 26

c. Pengertian Tentang Problema Remaja…. ... 27

B. Penelitian yang Relevan ... 31

C. Kerangka Berfikir ... 32

D. Perumusan Hipotesis……… 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

1. Tempat penelitian ... 37

2. Waktu Penelitian ... 37

B. Metode Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 37

1. Populasi………. 37

2. Sampel………... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Metode Pengumpulan Data……… 38

2. Instrumen Penelitian………... 39

E. Variabel Penelitian ... 41

1. Variabel Bebas……… 41


(15)

commit to user

xv

F. Teknik Analisis Data ... 43

1. Uji Normalitas……… ... 43

2. Uji Homogenitas……… ... 44

3. Analisis Variansi Tiga Jalan……….. 45

4. Uji Komparasi Ganda……… 49

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 52

A. Deskripsi Data ... 52

1. Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 52

2. Data Skor Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ... 54

3. Data Skor Minat Belajar Siswa ... 55

4. Data Skor Problema Remaja ... 55

5. Data Skor Prestasi Belajar Matematika ... 55

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 56

1. Uji Normalitas………. .. 56

2. Uji Homogenitas………... 57

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 58

1. Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama ... 58

2. Uji Lanjut Pasca Anava... 59

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 61

1. Hipotesis Pertama ... 61

2. Hipotesis Kedua ... 62

3. Hipotesis Ketiga ... 63

4. Hipotesis Keempat ... 63

5. Hipotesis Kelima ... 64

6. Hipotesis Keenam ... 64

7. Hipotesis Ketujuh ... 65

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Implikasi... 69

1. Implikasi Teoritis ... 69


(16)

commit to user

xvi

C. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN ... 75


(17)

commit to user

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Notasi dan Tata Letak Data ... 46

Tabel 3.2 Rangkuman analisis Variansi Tiga Jalan Sel Tak Sama ... 49

Tabel 4.1 Rangkuman data prestasi belajar matematika siswa ... 56

Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Analisis Uji Normalitas ... 57

Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Analisis Uji Homogenitas ... 57

Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama ... 58

Tabel 4.7 Rangkuman Uji Komparasi Antar Baris ... 59

Tabel 4.8 Rangkuman Uji Komparasi Antar Kolom ... 60


(18)

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua

(Try Out) ... 75

Lampiran 2 Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua (Try Out) ... 77

Lampiran 3 Uji Konsistensi Internal Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ... 82

Lampiran 4 Lembar Validasi Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ... 83

Lampiran 5 Reliabilitas Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ... 88

Lampiran 6 Kisi-kisi Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ... 89

Lampiran 7 Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ... 90

Lampiran 8 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Matematika (Try Out) ... 94

Lampiran 9 Angket Minat Belajar Matematika (Try Out) ... 96

Lampiran 10 Uji Konsistensi Internal Angket Minat Belajar Matematika .. 102

Lampiran 11 Lembar Validasi Angket Minat Belajar Matematika ... 104

Lampiran 12 Reliabilitas Angket Minat Belajar Matematika ... 108

Lampiran 13 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Matematika ... 110

Lampiran 14 Angket Minat Belajar Matematika ... 112

Lampiran 15 Kisi-kisi Angket Problema Remaja (Try Out) ... 117

Lampiran 16 Angket Problema Remaja (Try Out) ... 118

Lampiran 17 Uji Konsistensi Internal Angket Problema Remaja ... 124

Lampiran 18 Lembar Validasi Angket Problema Remaja... 126

Lampiran 19 Reliabilitas Angket Problema Remaja ... 130

Lampiran 20 Kisi-kisi Angket Problema Remaja... 132

Lampiran 21 Angket Problema Remaja ... 133

Lampiran 22 Data Induk Penelitian ... 138 Lampiran 23 Uji Normalitas Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari


(19)

commit to user

xix

Orang Tua Rendah ... 141

Lampiran 24 Uji Normalitas Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua Sedang ... 143

Lampiran 25 Uji Normalitas Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua Tinggi ... 145

Lampiran 26 Uji Normalitas Angket Minat Belajar Matematika Rendah.... 147

Lampiran 27 Uji Normalitas Angket Minat Belajar Matematika Sedang .... 149

Lampiran 28 Uji Normalitas Angket Minat Belajar Matematika Tinggi ... 151

Lampiran 29 Uji Normalitas Angket Problema Remaja Rendah ... 153

Lampiran 30 Uji Normalitas Angket Problema Remaja Sedang ... 155

Lampiran 31 Uji Normalitas Angket Problema Remaja Tinggi ... 158

Lampiran 32 Uji Homogenitas Angket Pemberian Motivasi Belajar Dari Orang Tua ... 160

Lampiran 33 Uji Homogenitas Angket Minat Belajar Matematika ... 163

Lampiran 34 Uji Homogenitas Angket Problema Remaja ... 166

Lampiran 35 Analisis Variansi Tiga Jalan dengan Sel Tak Sama ... 169

Lampiran 36 Uji Komparasi Ganda... 178

Lampiran 37 Daftar Tabel ... 181


(20)

commit to user

xx

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Jum’at

Tanggal : 9 Juli 2010

Tim Penguji Skripsi :

Ketua : Triyanto, S.Si, M.Si. (………)

Sekretaris : Dyah Ratri Aryuna, S.Pd, M.Si. (………)

Anggota I : Drs. Mardjuki, M.Si (………)

Anggota II : Ristu Saptono, S.Si, M.T (………)

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd


(21)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. Salah satu faktor penentu bagi kelestarian dan kemajuan bangsa adalah sektor pendidikan. Pendidikan bukan hanya sekedar media dalam menyampaikan dan meneruskan kebudayaan dari generasi ke generasi, melainkan dapat menghasilkan perubahan dan pengembangan kemajuan kehidupan bangsa. Keberhasilan program pendidikan dapat membantu kelancaran pencapaian tujuan pembangunan nasional. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilakukan di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keberhasilan pendidikan nasional tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Peningkatan mutu pendidikan pada masyarakat terutama anak-anak bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau sekolah saja, melainkan juga merupakan tanggung jawab keluarga dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan prinsip yang diberikan oleh Ki Hajar Dewantoro bahwa pendidikan menurut tempatnya dibedakan menjadi tiga yaitu pendidikan di dalam keluarga, pendidikan di dalam sekolah, dan pendidikan di dalam masyarakat.

Dalam kaitannya dengan pendidikan yang berlangsung di dalam keluarga, orang tua mempunyai tugas untuk mendidik dan membimbing putra-putrinya dengan baik. Orang tua berkewajiban memberikan dasar-dasar pengetahuan, sikap, dan ketrampilan kepada putra-putrinya, karena dalam keluarga anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Keberhasilan orang tua dalam menanamkan sikap dan pengertian yang baik akan menunjang keberhasilan pendidikan di sekolah dan di masyarakat. Salah satu hal yang penting dalam menunjang pendidikan dalam keluarga adalah sikap dan pengertian orang tua terhadap pentingnya pendidikan sekolah bagi putra-putrinya. Orang tua harus menyadari bahwa kebutuhan sekolah merupakan kebutuhan anak untuk bekal hidup saat terjun di masyarakat.


(22)

commit to user

Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor di dalam diri siswa

(intern) dan faktor dari luar siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa

merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar. Hal tersebut dapat dipahami sebab dalam proses belajar sasaran utamanya adalah individu sebagai subjek belajar.

Salah satu faktor ekstern yang ikut menentukan keberhasilan belajar siswa adalah pemberian motivasi belajar dari orang tua. Pemberian motivasi belajar dari orang tua adalah dorongan yang berasal dari orang tua untuk membantu dalam memperoleh prestasi belajar yang baik. Oleh karena siswa mengalami kehidupan yang pertama dan utama dalam keluarga. Mereka akan tumbuh dan berkembang sesuai pendidikan yang diperoleh dari orang tuanya. Dalam hal ini orang tua hendaknya dapat membantu pihak sekolah untuk dapat memberikan motivasi yang positif agar siswa memperoleh prestasi belajar yang tinggi. Pemberian motivasi belajar dari orang tua dapat dengan mengadakan pengawasan, memupuk rasa optimis, memberikan pujian, memberikan hadiah, memenuhi kebutuhan sekolah, memberi nasehat, dan sebagainya.

Posisi orang tua dalam keluarga adalah sebagai pemimpin dan penanggung jawab keluarga. Lebih dari itu, dengan adanya anak maka fungsi orang tua bertambah yaitu sebagai guru, pendidik, pembimbing, serta motivator dalam mencapai prestasi belajar yang optimal. Motivasi yang kuat akan dapat merangsang pengungkapan potensi secara konstruktif yang dapat menimbulkan kegairahan belajar yang tinggi. Oleh karena itu diharapkan keikutsertaan orang tua dalam membantu belajar anaknya dengan jalan memotivasi anaknya, juga mengadakan fasilitas belajar yang diperlukan.

Dalam kaitannya dengan pendidikan yang berlangsung di sekolah, selain guru, siswa juga berperan penting dalam pencapaian prestasi, diantaranya minat belajar siswa itu sendiri. Minat belajar siswa merupakan salah satu contoh faktor

intern siswa yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Selanjutnya

minat belajar siswa satu dengan yang lainnya tidak sama. Siswa yang mempunyai minat belajar yang tinggi kemungkinan akan mempunyai prestasi berbeda dengan


(23)

commit to user

siswa yang mempunyai minat belajar rendah. Siswa yang mempunyai minat belajar tinggi akan lebih giat belajar daripada siswa yang mempunyai minat belajar yang rendah. Siswa yang berperasaan senang dan berminat belajar, akan mudah berkonsentrasi dalam belajar. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Ini berarti bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditunjang oleh minat belajarnya.

Usaha untuk meningkatkan prestasi belajar siswa selain dipengaruhi oleh hal-hal diatas tersebut, yang tak kalah penting adalah keadaan psikis siswa diantaranya problema yang dihadapi. Usia anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) berkisar antara 13 tahun sampai 15 tahun. Pada usia ini, anak sedang mengalami masa remaja, tepatnya adalah remaja awal. Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang berada di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Dengan kata lain, masa remaja adalah fase perkembangan yang paling unik di antara fase-fase perkembangan yang dilalui dalam kehidupan manusia. Pada masa ini, seorang remaja sedang mengalami pertentangan batin yang memuncak. Mereka sering dicekam kebingungan, kepedihan dan kadang-kadang muncul kegembiraan yang menggelora. Pada masa remaja muncul kesadaran akan kepribadian dan mulai berusaha mencari identitas diri. Mereka tertarik pada pribadi yang ideal sebagai tokoh atau idola bagi dirinya. Remaja sangat mengagumi atau memuja tokoh idolanya. Selain itu, pada masa remaja anak mulai tertarik pada lawan jenisnya. Mereka mulai berusaha untuk mempertampan dan mempercantik dirinya. Jadi, pada masa ini berbagai perasaan muncul secara silih berganti pada diri remaja. Keadaan yang demikian sangat membingungkan mereka, sehingga mereka memerlukan seseorang yang dapat membantu dirinya dalam mencurahkan perasaan yang membingungkan tersebut.

Pada usianya remaja mempunyai sejumlah tugas yang timbul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu yang disebut sebagai tugas perkembangan. Tugas perkembangan timbul karena adanya kematangan dalam diri individu, adanya tuntutan khusus terhadap individu serta adanya harapan yang harus dimiliki oleh individu tersebut. Tugas perkembangan yang tidak dapat


(24)

commit to user

diselesaikan akan membawa akibat perilaku menyimpang pada remaja. Perilaku menyimpang ini oleh remaja belum tentu dianggap sesuatu yang buruk. Sebagai contoh kenakalan remaja. Kenakalan remaja merupakan atribut yang diberikan masyarakat terhadap perilaku remaja yang menyimpang dari aturan-aturan normatif yang dianut oleh anggota masyarakat dimana remaja itu hidup. Tingkah laku yang dianggap menyimpang oleh masyarakat, biasanya belum tentu diterima begitu saja oleh remaja. Apalagi bila atribut itu diberikan oleh masyarakat yang otoriter. Dalam masyarakat yang seperti ini, komunikasi hanya terjadi satu arah yaitu dari atas kebawah, yang berupa perintah, celaan, makian, bahkan ancaman. Remaja sebagai anggota masyarakat sedang berada pada masa berfikir obyektif, tidak senang melihat adanya kepincangan-kepincangan sosial, bahkan mereka bisa melakukan kritik spontan yang dapat menimbulkan ketegangan emosional dan frustasi yang disalurkan dalam bentuk kenakalan.

Problema-problema yang dihadapi remaja karena tugas perkembangan yang belum terselesaikan ini terjadi pada setiap remaja. Mungkinkah problema yang dihadapi remaja ini akan mempengaruhi prestasi belajar siswa khususnya pada bidang studi matematika?

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti apakah pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar matematika, dan problema yang dihadapi remaja akan berpengaruh terhadap prestasi belajar bidang studi matematika.

B. Identifikasi Masalah

Berdasar latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.

1. Terdapat siswa yang memperoleh pemberian motivasi belajar dari orang tua tinggi, dan juga terdapat siswa yang memperoleh pemberian motivasi belajar dari orang tua sedang maupun rendah. Adanya perbedaan tingkat pemberian motivasi belajar dari orang tua siswa menyebabkan prestasi belajar matematika yang dicapai siswa juga berbeda.


(25)

commit to user

2. Terdapat siswa yang mempunyai minat belajar tinggi dan ada siswa yang mempunyai minat belajar sedang maupun rendah. Adanya perbedaan tingkat minat belajar yang dimiliki siswa menyebabkan prestasi belajar matematika yang di capai siswa juga berbeda.

3. Pada umumnya banyak remaja yang menghadapi masalah. Hal ini disebabkan remaja masih dalam mas transisi sehingga memiliki emosi yang cenderung labil.

4. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika diantaranya pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar matematika, dan problema remaja. Namun beberapa pihak (pelaku atau lingkungan sekitar) kurang memperhatikan hal tersebut sehingga pencapaian hasil belajar kurang optimal.

C. Pembatasan Masalah

Melihat banyaknya permasalahan yang muncul berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada, pembatasan masalah dititik beratkan pada:

1. Minat belajar siswa dalam penelitian ini adalah minat belajar siswa terhadap matematika.

2. Pemberian motivasi belajar dari orang tua dalam penelitian ini adalah pemberian motivasi belajar dari orang tua terhadap matematika.

3. Problema remaja pada penelitian ini adalah problema-problema yang dihadapi siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Boyolali semester I tahun ajaran 2009/2010.

4. Prestasi belajar matematika dalam penelitian ini adalah nilai ujian mid semester bidang studi matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Boyolali semester I tahun ajaran 2009/2010.


(26)

commit to user

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Apakah ada pengaruh pemberian motivasi belajar dari orang tua terhadap prestasi belajar matematika?

2. Apakah ada pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika?

3. Apakah ada pengaruh problema remaja terhadap prestasi belajar matematika?

4. Apakah ada interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika?

5. Apakah ada interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika?

6. Apakah ada interaksi antara minat belajar siswa dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika?

7. Apakah ada interaksi antara pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar siswa, dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh pemberian motivasi belajar dari orang tua terhadap prestasi belajar matematika.

2. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.

3. Mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh problema remaja terhadap prestasi belajar matematika.

4. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi pemberian motivasi belajar dari orang tua dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.


(27)

commit to user

5. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi pemberian motivasi belajar dari orang tua dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika. 6. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi minat belajar siswa dan

problema remaja terhadap prestasi belajar matematika.

7. Mengetahui ada atau tidak adanya interaksi pemberian motivasi belajar dari orang tua, minat belajar siswa, dan problema remaja terhadap prestasi belajar matematika.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan bagi peneliti sebagai calon guru agar mempunyai bekal untuk terjun ke dunia pendidikan.

2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi orang tua siswa.

3. Memberikan masukan kepada siswa melalui guru, tentang minat belajar kaitannya dengan pencapaian prestasi yang maksimal.


(28)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar Matematika a. Prestasi

Pada akhir proses belajar-mengajar, siswa selalu dituntut untuk memberikan prestasi-prestasi tertentu yang menampakkan hasil belajar secara nyata dan relevan bagi tujuan instruksional, sehingga prestasi diperlukan untuk mengetahui apakah tujuan yang dituju telah tercapai.

Ada beberapa pendapat tentang pengertian prestasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 787) kata prestasi mempunyai arti bahwa Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Sedangkan Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa prestasi adalah hasil dari kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah bukti nyata atau hasil yang telah dicapai dari kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.

b. Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Cronbach memberikan definisi: “Learning is shown by a change in behaviour as a result of experience”.

2) Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to imitate to try something themselves, to listen, follow direction”.


(29)

commit to user

3) Geoch mengatakan: “Learning is a change in performance as a result of practice”.

Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik (Sardiman A.M, 2001: 20).

Slameto (1995: 5), menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi belajar lebih menekankan pada perubahan tingkah laku seseorang dalam belajar sebagai hasil pengalaman dan latihan.

Menurut Sardiman A.M. (2001: 21), dalam arti luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai uasaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Welger, James, dan Gardner (2009: 1) berpendapat bahwa ”Belajar merupakan proses mendapatkan informasi baru, pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, dan nilai penting pada masa yang akan datang”.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang baru dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

Dalam belajar akan menghasilkan suatu perubahan, tetapi tidak berlaku sebaliknya, karena perubahan yang terjadi dalam diri manusia banyak sekali jenisnya dan tidak setiap perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan dan pertumbuhan tidak termasuk dalam pengertian belajar.


(30)

commit to user

Lebih lanjut bahwa didalam proses belajar terdapat ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yang menurut pendapat Syaiful Bahri Djamarah (2002: 15-16) adalah sebagai berikut:

1) Perubahan yang terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa individu dalam belajar, akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang tejadi dalam diri individu berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi menyebabkan perubahan berikutnya dan berguna dalam proses belajar berikutnya.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Perubahan ini bersifat aktif artinya bahwa perubahan ini tidak terjadi dengan sendirinya dan perubahan tersebut bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara terjadi hanya untuk beberapa saat saja, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan berarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.

c. PrestasiBelajar

Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila tujuan instruksional dapat tercapai. Pada saat tertentu dilakukan penelitian atau penilaian untuk mengetahui sejauh mana perubahan setelah proses belajar itu tadi. Hasil


(31)

commit to user

penilaian itu yang memberikan gambaran mengenai hasil dari perubahan. Hasil dari perubahan itulah yang kemudian disebut sebagai prestasi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 787), prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.

Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan bahwa prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dala menyelesaikan suatu hal. Sedangkan menurut pendapat Sutratinah Tirtonegoro (1984: 43), prestasi adalah penilaian hasil usaha yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses belajar atau tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.

d. HakekatMatematika

Matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Sehingga dalam mempelajari matematika diperlukan adanya pengertian, pikiran dan penalaran, tidak cukup hanya dengan hafalan saja.

Ruseffendi (1988: 261) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil dan matematika adalah pelayan ilmu. Sedangkan menurut Purwoto (2003 : 12) matematika adalah pengetahuan deduktif, artinya menerima generalisasi yang didasarkan pembuktian secara deduktif dan tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 723) dikemukakan bahwa Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan,


(32)

commit to user

dan prosedur operasional yang digunakan dipenyelesaian masalah mengenai bilangan.

Alexander Khait (2005: 137 – 159) menyatakan bahwa “Matematika merupakan sebuah ilmu bahasa yang penting yang dicirikan dengan gabungan kata-kata yang tepat maknanya”.

Dalam jurnal internasional yang dituliskan oleh Sarno dikemukakan bahwa matematika merupakan ilmu yang penting untuk dipelajari dan sebagai

dasar dari semua ilmu. Dengan belajar matematika, siswa dapat

mengorganisasikan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan berpikir logis dan analitik untuk menyelesaikan masalah. Sarno (2008) menyatakan bahwa:

“Mathematics is known as one of the gate keepers for success in all fields of life. It is a common saying that Mathematics is mother of all subjects. That’s why it is considered to be more than a subjct and is conceived as a key for solving the problem. The first question which arises in our mind as teachers that why should we teach Mathematics to our students? One of the main objectives of teaching and learning Mathematics is to prepare students for practical life. Students can develop their knowledge, skills, logical and analytical thinking while learning Mathematics and all these can lead them for enhancing their curiousity and to develop their ability to solve problems in almost all field of life”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide dan penalaran yang didasarkan atas pembuktian secara deduktif yang digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan.

e. PengertianPrestasiBelajarMatematika

Dalam setiap aktivitas yang dilakukan manusia selalu menginginkan keberhasilan. Begitu juga dalam kegiatan mengajar di sekolah. Siswa yang melakukan kegiatan belajar selalu menginginkan keberhasilan dalam belajar. Dalam dunia pendidikan keberhasilan belajar ini disebut dengan prestasi belajar.

Dari pengertian belajar, prestasi belajar, dan matematika dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar matematika yang menunjukkan kecakapan siswa dalam menguasai materi pelajaran matematika.


(33)

commit to user

f. Faktor-faktoryangMempengaruhiPrestasiBelajarMatematika

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 130), prestasi yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal).

Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

1) Faktor jasmani (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dsb.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Faktor ini terdiri dari:

a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial dan faktor kecakapan. b) Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, emosi, dan penyesuaian diri. c) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: 1) Faktor sosial, terdiri dari:

a) lingkungan keluarga b) Lingkungan sekolah c) Lingkungan masyarakat d) Lingkungan kelompok

2) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar. 4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

2. Motivasi Belajar a . PengertianMotivasi

Tingkah laku atau kegiatan individu bukanlah suatu kegiatan yang terjadi begitu saja, melainkan faktor yang mendorong dan selalu ada yang dituju. Faktor pendorong itu adalah motivasi, yang tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan keberadaannya.


(34)

commit to user

Menurut Ngalim Purwanto ( 1990: 72) mendefinisikan sebagai berikut : “Motivasi adalah sesuatu usaha yang disadari untuk menggerak dan mengerahkan, serta menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.”

Menurut Mc. Donald dalam bukunya Oemar Hamalik ( 1992: 173) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Dari uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sesuatu usaha atau kekuatan yang timbul dari dalam dan mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan tertentu.

b .Teori-teoriMotivasi

Tindakan memotivasi akan berhasil apabila tujuan jelas dan didasari oleh kebutuhan, tetapi perlu diketahui bahwa tujuan dan kebutuhan setiap individu tidaklah sama, oleh karenanya timbullah motivasi yang berbeda. Hal inilah yang mendasari munculnya teori-teori motivasi. Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:

1) Teori Hedonisme

Menurut teori ini bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan ( hedone ) yang bersifat duniawi. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu, setiap menghadapi masalah yang perlu dipecahkan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan daripada mengakibatkan kesulitan.

Inti dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya. Misalnya, siswa akan merasa senang apabila gurunya tidak hadir untuk mengajar. Menurut teori ini para siswa harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dalam belajar.


(35)

commit to user

2) Teori Naluri

Dalam teori ini menugungkapkan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang disebut naluri, yaitu :

a) Dorongan nafsu mempertahankan diri b) Dorongan nafsu mengembangkan diri

c) Dorongan nafsu mengembangkan / menyatakan jenis

Oleh karena itu kebiasaan-kebiasaan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Dalam teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. Misalnya seorang pelajar sangat tekun dan rajin dalam belajarnya karena ia ingin menjadi pandai (naluri mengembangkan diri).

3) Teori Reaksi yang Dipelajari

Menurut teori ini bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan pada naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari. Teori ini sering disebut teori lingkungan kebudayaan, karena berpandangan bahwa orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan.

4) Teori Daya Pendorong

Menurut teori ini motivasi timbul didasarkan pada naluri dan teori reaksi yang dipelajari atau reaksi yang dipelajari dari lingkungan kebudayaan yang dimilikinya.

5) Teori Kebutuhan

Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun psikis. Oleh karena itu ada beberapa teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow dalam Ngalim Purwanto (1990: 80) bahwa ada lima kebutuhan pokok manusia, yaitu:

a) Kebutuhan fisiologis

b) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan c) Kebutuhan sosial


(36)

commit to user

d) Kebutuhan akan penghargaan e) Kebutuhan akan aktualisasi diri

Dalam pandangan Maslow, terpenuhinya kebutuhan yang satu akan mengakibatkan pada kebutuhan yang lain dan kecenderungan pengalihan ini tidak senantiasa bersifat kaku, dimana kebutuhan seseorang pada kondisi tertentu cenderung meningkat kekuatannya, sedangkan pada kondisi lain mengalami penurunan kekuatannya.

c .Macam-macamMotivasi

Woodworth & Marquis/ Ruhiyat dalam bukunya Abdul Rochman Abror ( 1993: 119) berpendapat bahwa motivasi itu mempunyai tiga tingkat, yaitu:

1) Kebutuhan organis, yaitu motif-motif yang didasarkan pada kebutuhan rohani meliputi kebutuhan minum, kebutuhan bernafas, berbuat, dan beristirahat. 2) Motif-motif darurat, yaitu motif-motif untuk melepaskan diri dari bahaya,

melawan, berusaha, mengejar, dan menangkap. Motif ini pada dasarnya bersifat bawaan yang berkembang karena pengaruh dari belajar.

3) Motif objektif, yaitu motif-motif untuk melaksanakan eksplorasi, manipulasi, dan menaruh minat. Motif ini diarahkan untuk dapat berhubungan dengan dunia luar secara efektif (sosial dan non sosial).

WS.Winkel (1990: 92) mengemukakan bahwa motivasi belajar di sekolah dibedakan dalam dua bentuk:

1) Motivasi Intrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsi tanpa dirangsang dari luar. 2) Motivasi Ekstrinsik yaitu motif-motif yang baru berfungsi bila ada rangsangan

dari luar.

Jadi dalam motif intrinsik itu telah ada kesadaran dari individu akan kebutuhan dan upaya untuk memenuhinya. Yang termasuk motif intrinsik adalah siswa belajar karena semata-mata ingin mendalami suatu masalah, ingin menjadi orang yang sukses, dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk dalam motif ekstrinsik adalah siswa belajar karena ingin menghindar dari hukuman, siswa belajar untuk memperoleh hadiah, pujian, dan sebagainya.


(37)

commit to user

d .FungsiMotivasi

Tingkah laku atau kegiatan individu bukanlah kegiatan begitu saja terjadi, tetapi ada faktor yang mendorong yang disebut motivasi.

Menurut Ngalim Purwanto ( 1990: 70-71) fungsi motivasi meliputi : 1) Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak

2) Menentukan arah kegiatan 3) Menyeleksi perbuatan

Sedangkan Ahmad Tabrani Rustam, Atang Kusndinar, Zaenal Arifin ( 1989: 123 ) mengemukakan fungsi motivasi sebagai berikut :

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan. 2) Mengarahkan aktivitas belajar anak didik. 3) Menggerakkan seperti mesin mobil

Seorang ahli mengemukakan pendapatnya sebagai berikut.

Dalam kegiatan belajar, berlangsung dan keberhasilannya bukan hanya ditentukan oleh faktor intelektual termasuk salah satunya motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri siswa yang menimbulkan belajar mengajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar mengajar itu demi mencapai suatu tujuan.

(WS. Winkel, 1990 : 115)

Dari uraian fungsi motivasi di atas dapatlah disimpulkan bahwa pada pokoknya fungsi motivasi adalah mendorong manusia agar melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi adalah untuk menggiatkan semangat belajar siswa sehingga siswa akan lebih bergairah dalam belajar.

e .CaraMemotivasiAnak

Dalam kegiatan belajar mengajar sering dijumpai bahwa motivasi intrinsik tidak selamanya dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, guru maupun orang tua siswa diharapkan berusaha menimbulkan motivasi agar siswa giat belajar dan mencapai prestasi yang memuaskan.


(38)

commit to user

Dalam jurnal internasional Othman Talib (2009:9) mengemukakan bahwa:

”The students tend to be more motivated, and would be more eager to make sure that their ongoing performance meets the expectations of parents. Often, supportive parents would also take all necessary measures within their means to ensure their children succeed academically including sending them for tuition”.

Guru maupun orang tua dapat mempergunakan berbagai bentuk motivasi agar siswa giat belajar dan mencapai prestasi yang memuaskan. Dan hal-hal yang dapat memotivasi siswa dapat dilakukan dengan cara memberikan penghargaan lisan, seperti mengatakan “bagus”, “hebat” dan penghargaan berupa tulisan seperti memberi nilai dari kegiatan belajarnya. Nilai-nilai yang baik, bagi siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.

f . TugasdanTanggungJawabOrangTuadalamKeluarga

Orang tua menurut Singgih D. Gunarso (1992 : 35) bahwa orang tua adalah manusia yang telah dewasa dan mempunyai tanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua yang penulis maksud disini adalah bapak/ibu atau orang yang menjadi wali bagi anak yang bersangkutan yaitu sebagai penanggung jawab atas segala keperluan hidupnya, khususnya yang berhubungan dengan si anak.

Dalam bidang pendidikan, keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, karena segala pengetahuan dan kecerdasan anak diperoleh dari orang tua dan keluarga itu sendiri. Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga mempunyai tugas dan kewajiban untuk mengantarkan anak-anaknya menuju kearah kedewasaan agar nantinya dapat mandiri. Peran keluarga yaitu :

1) Melindungi dan memelihara aanggota keluarga. 2) Mendidik anggota keluarga.

3) Mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.

4) Penghubung anak dengan lingkungan masyarakat.

5) Menciptakan suasana aman, damai dan bahagia bagi anggota keluarga.


(39)

commit to user

Oleh karena itu keluarga menduduki tempat terpenting bagi terbentuknya anak keseluruhan yang akan dibawa sepanjang hidupnya. Keluarga adalah pembentuk watak, pemberi dasar agama, penanaman sifat,kebiasaan,hobi, cita-cita dan sebagainya.

g . BentukMotivasidariOrangTua

1) Mengadakan Persaingan

Persaingan merupakan hal positif sebagai alat untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. Sikap anak dalam setiap persaingan berbeda satu dengan yang lain. Ada yang ingin mempertinggi harga diri bila menang, ada yang tidak suka dan tidak berani bersaing, ada pula yang acuh tak acuh karena tidak ada harapan untuk menang. Persaingan dapat dilakukan antar teman sekolah saudara, antar teman sepermainan, antar tetangga, dan sebagainya.

2) Memberi Hadiah

Hadiah tidak selamanya berupa uang dan barang. Hadiah disini adalah memberikan penguatan pada anak atas prestasi yang dicapainya. Penguatan itu dapat bersifat verbal yaitu berupa kata-kata, kalimat, pemberian penghargaan. Sedangkan penguatan non verbal dapat berupa mimik dan goresan badan, misalnya mengacungkan jempol, sentuhan dengan jabat tangan untuk mengucapkan selamat atas keberhasilannya.

3) Memberi Hukuman

Menghukum anak bukan berarti melampiaskan nafsu amarah melainkan supaya anak tersebut bertaubat dari perbuatannya yang salah. Sebelum memberikan hukuman, anak-anak diterangkan dulu apa kesalahannya. Hukuman yang baik bertalian dengan kata hati, artinya akibat dari hukuman tersebut dapat mewujudkan sikap yang positif pada anak dan bukan sebaliknya. Untuk mengisyaratkan hukuman itu positif, T. Gordon (1996 : 32 ) mengemukakan pendapatnya :

a) Hukuman harus dapat dirasakan anak yang diawasi sebagai larangan yang membahayakan, meniadakan, tidak diinginkan, merugikan, yaitu harus aversif bagi yang diawasi (berlawanan dengan kebutuhan).


(40)

commit to user

b) Hukuman harus cukup aversif agar menghasilkan eliminasi atau hilangnya perlakuan yang tidak diingikan.

c) Yang diawasi tidak mampu melarikan diri dari situasi hukuman atau terkunci dalam hubungan karena ketergantungan pada pengawas untuk menyediakan kebutuhan apa yang diawasi.

4) Nasehat

Nasehat dari orang tua merupakan pendorong semangat dalam belajar atau melaksanakan suatu kegiatan. Namun demikian orang tua jangan terlalu sering menasehati anak, karena dengan seringnya menasehati maka akan terjadi kebosanan dan kurang bebas.

5) Memberikan Tempat dan Alat Belajar

Tempat belajar yang tertata rapi dan nyaman akan dapat membangkitkan motivasi belajar anak. Orang tua seharusnya menyediakan tempat khusus untuk belajar, agar anak tidak belajar di sembarang tempat. Di samping itu orang tua juga harus memperhatikan tersedianya peralatan yang diperlukan untuk belajar anaknya.

h . IndikatorMotivasiBelajardariOrangTua

1) Mengadakan persaingan. 2) Memberi hadiah.

3) Memberi hukuman.

4) Memberi nasehat.

5) Memberikan tempat dan alat belajar.

3. Minat

Belajar dengan minat akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat ini timbul apabila siswa tertarik akan sesuatu, karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajarinya dirasakan bermakna bagi dirinya. Namun bila minat itu tidak disertai dengan usaha yang baik, maka belajar juga sulit untuk berhasil.


(41)

commit to user

Para ahli psikologi telah mendefinisikan minat dengan berbagai variasi. Walaupun demikian merupakan pendapat yang saling melengkapi satu sama lain. Definisi minat sendiri menurut W.S Winkel (1996: 188), minat diartikan sebagai kecenderungan yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Siswa yang berperasaan senang akan mudah berkonsentrasi dalam belajar. Pada dasarnya konsentrasi merupakan akibat dari perhatian yang sifatnya spontan dan ditimbulkan oleh minat terhadap suatu hal. Jika siswa berminat terhadap suatu pelajaran tertentu, maka ia akan berkonsentrasi terhadap pelajaran itu. Siswa tidak akan bosan menekuni sesuatu apabila ia memang berminat terhadapnya. Minat siswa terhadap sesuatu berpengaruh terhadap perilakunya dan perhatiannya. Sedangkan menurut Slameto (1995: 180), Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.

Sardiman A.M (1990: 180) mengatakan bahwa minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut :

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau. c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

Sardiman A.M (1990: 76) menyatakan bahwa minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkannya dengan keinginan-keinginannya dan kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang terhadap sesuatu karena merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu. Jadi jelas bahwa minat selalu berkaitan dengan kebutuhan.

Minat pada dasarnya adalah pencerminan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Adanya proses belajar pada diri subjek belajar menumbuhkan interaksi aktif terhadap lingkungan yang menghasilkan


(42)

perubahan-commit to user

perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan terjadi relatif konstan dan terbatas. Setiap kegiatan belajar akan menimbulkan perubahan. Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam kegiatan. Siswa yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya itu dan sama sekali tidak menghiraukan sesuatu yang lainnya.

Jadi kesimpulannya, minat adalah perasaan yang didapatkan karena berhubungan dengan sesuatu. Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu bukanlah bawaan sejak lahir, melainkan hasil belajar dan cenderung mendukung aktivitas belajar berikutnya.

Hakekat belajar sangat pribadi dan oleh karenanya minat sangat berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, bahkan minat dalam diri seseorang berbeda dari waktu ke waktu. Minat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Ada tidaknya minat terhadap pelajaran dapat dilihat dari cara siswa mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan. Minat dan belajar dapat mempengaruhi seseorang dalam berkonsentrasi didalam kegiatan belajar.

Dari uraian di atas dapat ditentukan beberapa unsur-unsur penting atau indikator-indikator minat, yaitu sebagai berikut:

a. Perasaan senang

Seseorang akan merasa senang terhadap sesuatu yang diminatinya karena ia mempunyai sangkut paut dengan subjek di luar dirinya, juga dapat disebabkan karena ia telah menerima informasi yang jelas mengenai obyek tersebut. Dalam proses belajar mengajar keadaan yang dihadapi siswa kemungkinan besar akan berpengaruh besar. Siswa yang tidak merasa senang terhadap guru bidang studi tertentu akan sangat menghambat dalam proses belajar mengajar, karena perasaan senang akan membantu mengembangkan minat dalam belajar.


(43)

commit to user

b. Perhatian

Seseorang yang mempunyai minat terhadap obyek atau bidang tertentu, ia akan menaruh perhatian pada bidang atau obyek tertentu tersebut. Minat merupakan kecenderungan subyek yang menetap untuk merasa tertarik terhadap bidang tertentu. Dalam hubungannya dengan perhatian, Oemar Hamalik (1989: 13) berpendapat bahwa, “Minat menetukan sukses dan gagalnya kegiatan seseorang. Kurangnya minat menyebabkan kurangnya perhatian dan usaha belajar, sehingga menghambat studinya”.

c. Kesadaran

Kesadaran merupakan suatu aktifitas psikis yang mampu

mengkonsentrasikan pikiran dan mampu mengesampingkan hal-hal yang mengganggu aktifitas tersebut. Minat merupakan pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu obyek, yang menetukan banyak atau sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu kreatifitas yang sedang dilakukan.

d. Kemauan

Seseorang dapat dikatakan mempunyai minat terhadap sesuatu apabila seseorang tersebut mempunyai kecenderungan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, atau mempunyai kemauan untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang dikehendaki. Dengan demikian kemauan tersebut akan mendorong kehendak yang dikendalikan oleh pikiran dan terarah pada suatu tujuan.

Dapat disimpulakan pula, bahwa minat belajar matematika adalah kemauan dan kesadaran untuk mempelajari matematika dengan perasaan senang, penuh perhatian dan konsentrasi yang tinggi. Dengan demikian makin besar minat akan makin besar pula perhatiannya, sehingga kesadaran dan kemauan mempelajari matematika akan semakin besar. Dan pada akhirnya memperoleh prestasi yang memuaskan.


(44)

commit to user

4. Problema Remaja a. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Seorang individu yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum sampai pada masa atau usia dewasa yang penuh tanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun kepada masyarakat. Lamanya masa peralihan ini tergantung kepada keadaan dan tingkat sosial masyarakat di mana ia hidup.

Remaja pada masa peralihan ini sama halnya seperti pada masa anak mengalami perubahan jasmani, kepribadian, intelek dan peranan di dalam maupun di luar lingkungan. Perbedaan proses perkembangan yang jelas pada masa remaja ini adalah perkembangan psikoseksualitas dan emosionalitas yang mempengaruhi tingkah laku para remaja, yang sebelumnya pada masa anak tidak nyata pengaruhnya.

Pengertian remaja menurut Singgih D. Gunarsa (1991: 6)

mengemukakan, “Masa remaja adalah masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa”. Sedangkan menurut Zakiah Daradjat dalam Sofyan S. Willis (1981: 22), Remaja adalah usia transisi. Seorang individu, telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya maupun terhadap masyarakat. Banyaknya masa transisi ini tergantung kepada keadaan dan tingkat sosial masyarakat dimana ia hidup. Semakin maju masyarakat semakin panjang usia remaja, karena ia harus mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat yang banyak syarat dan tuntutannya.

Sarlito Wirawan Sarwono (1994: 4) dalam psikologi remaja memberikan definisi remaja dari berbagai segi, yaitu:

1) Remaja Ditinjau dari Segi Hukum

2) Remaja Ditinjau dari Segi Perkembangan Fisik

3) Batasan Remaja Menurut WHO

4) Remaja Ditinjau dari Segi Sosial-Psikologik 5) Definisi Remaja Untuk Masyarakat Indonesia


(45)

commit to user

Di Indonesia konsep “Remaja” tidak dikenal, hanya mengenal anak-anak dan dewasa dengan batasan yang bermacam-macam. Dalam pasal 7 UU No. 1/1974 tentang perkawinan menganggap mereka yang di atas usia 16 tahun (untuk wanita) dan 19 tahun (untuk pria) sebagai bukan anak-anak lagi, tetapi mereka juga belum dianggap sebagai dewasa penuh, sehingga masih diperlukan ijin orang tua untuk mengawinkan mereka. Inilah yang dapat disejajarkan dengan pengertian-pengertian “Remaja” dalam ilmu-ilmu sosial yang lain.

Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu yang terikat (seperti Biologi dan Faal) remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Perkembangan yang terjadi yaitu seorang pria yang berotot dan berkumis atau berjanggut yang mampu menghasilkan beberapa ratus juta sel mani setiap kali ia berejakulasi, aau seorang wanita yang berpayudara dan berpinggul besar yang setiap bulannya mengeluarkan sebuah sel telur dari indung telurnya.

Pada tahun 1974, WHO memberikan devinisi tentang remaja ke dalam 3 kriteria yaitu biologi, psikologi dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut:

Remaja adalah suatu masa dimana:

1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada yang relatif lebih mandiri.

Masa remaja merupakan masa mulai bangkitnya rasa kepribadian dan sosial. Keadaan yang demikian mendorong remaja untuk mengenal masyarakat yang ditampakkan dari jalur kebudayaan yang selalu ia soroti dan mempunyai ciri-ciri kebudayaan berbeda dari orang tua atau keluarganya. Remaja merupakan suatu individu yang berusaha lepas dari orang tuanya, baik dari segi pembiayaan, pola berfikir, situasi kekeluargaan atau bahkan dari segi aturan norma-norma. Jiwa remaja mengalami transisi dari sifat kejiwaan yang dialami anak-anak


(46)

commit to user

berubah kearah jiwa dewasa yang dimiliki oleh individu yang sudah masak/mengalami kedewasaan. Pada masa ini timbul gangguan-gangguan

keseimbangan psikis, sehingga timbul konflik, pertentangan batin,

pemberontakan, dan kegelisahan.

Kita dapat menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1) Pada usia 11 tahun tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak (kriteria fisik).

2) Banyak masyarakat Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap akil baligh, baik menurut adat maupun agama (Kriteria sosial).

3) Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan jiwa seperti tercapainya identitas diri, fase genital dari perkembangan psikoseksual dan tercapainya puncak perkembangan kognitif maupun moral (kriteria psikologik).

4) Orang-orang yang sampai batas usia 24 tahun belum dapat memenuhi persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologik masih dapat digolongkan remaja.

5) Definisi remaja di sini dibatasi, khususnya yang belum menikah.

b. Tugas-tugas Perkembangan Usia Remaja

Proses perkembangan yang dialami remaja akan menimbulkan permasalahan bagi mereka sendiri dan mereka yang dekat dengan lingkungan hidupnya. Proses remaja menuju kedewasaan tidaklah berjalan lancar, akan tetapi banyak mengalami rintangan. Besar kecilnya rintangan itu ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi anak di rumah tangga dan di lingkungan masyarakat di mana anak itu hidup dan berkembang.

“Tugas perkembangan ialah tugas yang timbul pada periode tertentu dalam kehidupan individu. Juga tugas itu berhasil akan menimbulkan kebahagiaan individu, sebaliknya jika tugas itu gagal akan menimbulkan kesulitan baginya pada masa mendatang” Sofyan S. willis (1981: 8).


(47)

commit to user

Tugas yang tidak terselesaikan di masa sebelum remaja merupakan penyebab utama timbulnya kelainan-kelainan tingkah laku seperti salah satunya kenakalan remaja.

Sofyan S. Willis (1981: 10) menyebutkan adanya 9 tugas perkembangan remaja, yaitu:

1) Memperoleh sejumlah norma-norma dan nilai-nilai sebagai pedoman dan pandangan hidup untuk masa depan.

2) Belajar memiliki peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin masing-masing.

3) Menerima kenyataan jasmaniyah serta dapat menggunakan seefektif-efektifnya dan merasa puas terhadap keadaan jasmaninya tersebut.

4) Mencapai kebebasan daripada ketergantungan terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya.

5) Mencapai kebebasan ekonomi.

6) Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kesanggupannya.

7) Memperoleh informasi tentang kehidupan perkawinan dan

mempersiapkan diri untuk itu baik persiapan fisik, mental, emosional dan sosial.

8) Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep-konsep tentang kehidupan bermasyarakat.

9) Memiliki konsep-konsep tentang tingkah laku sosial yang perlu untuk kehidupan bermasyarakat.

Dari tugas-tugas perkembangan tersebut dapatlah terlihat hubungan yang cukup erat antara lingkungan kehidupan sosial dan tugas-tugas yang diselesaikan oleh seorang remaja dalam hidupnya. Hal ini merupakan pondasi supaya mereka dapat hidup dalam masyarakat.

c. Pengertian Tentang Problema Remaja

Seperti pendapat-pendapat yang telah dikemukan di depan bahwa remaja adalah suatu masa dari umur manusia yang paling banyak mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi itu meliputi beberapa segala segi kehidupan manusia, yaitu: jasmani, rohani, pikiran, perasaan, dan sosial.

Menurut Sofyan S. Wilis (1981: 33) yang dimaksud dengan problema remaja adalah masalah-masalah yang dihadapi para remaja sehubungan dengan


(48)

commit to user

adanya kebutuhan-kebutuhan mereka dalam rangka penyesuaian diri terhadap lingkungan dimana remaja itu hidup dan berkembang.

Beberapa problema tersebut antara lain:

1) Problema yang berhubungan dengan tujuan hidupnya

Sering dijumpai remaja yang berbadan sehat, tampan dan cerdas, tetapi kelihatan sedih, rendah diri seolah-olah menderita penyakit sehingga hidupnya tidak bersemangat. Hal ini sering disebabkan persoalan pribadinya yang tidak bias dipecahkan oleh dirinya sendiri.

Anak remaja selalu ingin sukses dalam hidupnya. Ia mempunyai cita-cita dan idealisme yang tinggi. Ia berada dalam gelombang cita-cita dan idealisme. Karenanya, ia kerap kali ingin mempunyai kedudukan sosial yang tinggi di dalam lingkungannya, atau di antara kawan-kawannya. Untuk mencapai status tersebut kadang-kadang para remaja menggunakan jalan ekstrem.

Ia banyak menilai orang lain, juga dirinya sendiri. Oleh sebab itu, ia sering menyendiri, tetapi kadang-kadang menonjolkan diri untuk menarik perhatian orang lain. Kadang-kadang semangatnya membaja, namun bisa hancur dan frustasi bila gagal cita-citanya. Karena itulah masa remaja disebut pula masa gelombang angin topan. Disinilah orang tua mutlak dibutuhkan oleh remaja.

2) Problema yang berhubungan dengan perubahan jasmaninya

Masalah pertama yang dihadapi oleh para remaja ialah perubahan jasmaninya. Akibat perubahan itu, sering menggelisahkan mereka sendiri. Perubahan-perubahan itu antara lain:

a) Pertumbuhan anggota kelamin.

b) Pertumbuhan yang membedakan seks antara laki-laki dan perempuan. c) Pertumbuhan badan yang sangat cepat.

d) Terjadi menstruasi yang pertama bagi anak perempuan dan mimpi bagi anak laki-laki.

e) Pertumbuhan anggota badan berjalan tidak seimbang, misalnya hidung lebih cepat besar daripada bagian muka.


(49)

commit to user

f) Tumbuhnya jerawat dan bintik-bintik pada muka, punggung dan bagian lain pada tubuhnya.

Karena perubahan ini sering timbul perubahan tingkah lakunya, misalnya yang semula lincah dan periang berubah menjadi pemalu, rendah diri, rendah hati, kadang-kadang kasar, tidak tau malu dan sebagainya.

3) Problema remaja yang berhubungan dengan orang tua

Salah satu yang sering timbul dikalangan para remaja ialah karena orang tua kurang mengikuti dan memahami ciri-ciri dan sifat-sifat remaja, baik yang berhubungan dengan perkembangan fisik maupun mentalnya. Hal yang menimbulkan ketegangan antara orang tua dan anak remajanya ialah peraturan-peraturan kaku yang dibuat oleh orang tua dan sangat mengikat para remaja.

4) Problema remaja yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya

Masalah-masalah lain yang sering menimbulkan kesukaran-kesukaran bagi remaja ialah masalah sosial, sebab pada masa remaja ini berada dalam masa pembentukan kepribadiannya. Ia sering mencontoh apa yang dilihat dan didengarnya dari lingkungan sekelilingnya.

Persoalan lain lagi, ia sudah merasakan matang fungsi seksnya. Dengan kematangan ini mereka ingin berkenalan dengan lawan jenisnya. Dari sini timbul kelakuan-kelakuan yang aneh, baik dalam cara berpakaian, berbicara, maupun gerak-geraknya seolah-olah disengaja dan dibuat-buat secara berlebih-lebihan untuk menarik teman dan lawan jenisnya.

Masalah-masalah inilah yang perlu mendapat perhatian sehingga kita dapat membimbing para remaja kearah yang lebih baik, menjadi warga negara yang baik, berkepribadian, berbudi pekerti, bermental, dan bermoral tinggi.

5) Problema ekonomi dan mendapatkan pekerjaan

Masalah mendapatkan pekerjaan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi, merupakan masalah yang cukup menggelisahkan para remaja. Seorang remaja kelas II SMA mengeluh bahwa dia ingin bekerja menghasilkan uang untuk


(50)

commit to user

memenuhi kebutuhan dirinya dan membantu meringankan beban orang tuanya. Ia ingin bekerja sambil belajar. Dari keluhan remaja itu dapat ditarik kesimpulan bahwa ia ingin melepaskan diri dari orang tua untuk mencapai otonomi dibidang ekonomi dan keuangan.

Di dalam masyarakat modern orang amat menghargai kerja. Siapa yang tidak bekerja untuk menghasilkan uang akan tersisihkan, dalam kondisi ini kaum remaja pun terpengaruh, sehingga terasa pengaruh itu di dalam kelas dimana remaja itu bersekolah. Perhatian kepada pelajaran berkurang, karena ada anggapan bahwa bersekolah dan ijasah tidak menentukan pangkat dan penghasilan di masyarakat. Hal ini diperkuat oleh sementara pendapat orang tua yang mengatakan kepada anaknya bahwa tanpa sekolah tinggi ia dapat berhasil dalam bidang ekonomi dan keuangan. Motivasi belajar berkurang, dan bahkan menjadi putus sekolah karena pengaruh ekonomi.

6) Problema beragama

Masalah agama pada remaja sebenarnya terletak pada tiga hal yaitu keyakinan beragama, pelaksanaan ajaran agama secara teratur, dan perubahan tingkah laku karena agama.

a) Keyakinan dan kesadaran beragama

Keyakinan dan kesadaran beragama harus ditumbuhkan dengan sengaja sejak anak masih kecil. Biasanya melalui latihan-latihan di rumah. Dan yang paling penting lagi ialah membiasakan perbuatan-perbuatan yang terpuji. Pada masa remaja kebiasaan-kebiasaan yang telah ditanamkan pada waktu kecil akan mengalami tantangan dengan adanya pemikiran rasional dan adanya kenyataan hidup orang dewasa yang dilihatnya amat bertentangan denga keyakinan yang telah ia terima. Hal ini menimbulkan kekaburan nilai-nilai yang telah dia terima di waktu kecil. Akibatnya akan menimbulkan kegoncangan jiwa pada remaja.

b) Pelaksanaan ajaran agama secara teratur

Jika keyakinan beragama atau kesadaran beragama sudah tumbuh dengan subur, maka untuk melaksanakan ajaran agama dengan konsekuen akan lebih


(51)

commit to user

mudah. Terutama sekali harus dibina disiplin menjalankan ajaran agama semenjak kecil, sehingga dimasa remaja kebiasaan itu mudah berkembang.

c) Perubahan tingkah laku karena ajaran agama

Tingkah laku yang perlu ditumbuhkan kepada remaja adalah berbuat sesuatu karena Allah, karena keinginan Allah dan karena mengharapkan ridhlo Allah semata. Jika ini sudah berkembang dalam diri mereka, maka tampak kesungguhan dan kegairahan beribadah dan bekerja, semangat berkorban, toleran dan kemauan keras.

7) Problema mengisi waktu luang

Waktu terluang ialah waktu kosong setelah sehabis belajar dan bekerja. Bila anak dan remaja ini dibiarkan mengatur sendiri waktu luangnya tanpa bimbingan orang tua, guru dan masyarakat, disinilah pangkal pokok terjadinya hal-hal yang kurang diingini oleh masyarakat.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain, sebagai berikut.

Wiwit Pitados Ingtyas (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Penalaran, Kemampuan Spasial dan Minat Belajar Matematika terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Dimensi Tiga Siswa Kelas X Semester II SMA N 1 Purworejo”, menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh minat belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika. Persamaan penelitian yang relevan di atas dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu sama-sama menggunakan tinjauan tentang pengaruh minat belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika. Perbedaannya adalah penelitian di atas meneliti tentang pengaruh kemampuan penalaran dan kemampuan spasial terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan dimensi tiga sedangkan penelitian yang penulis lakukan tidak menggunakan tinjauan tentang kemampuan penalaran dan kemampuan spasial terhadap prestasi belajar matematika pada


(1)

commit to user

3. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa dengan problema remaja rendah memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dengan siswa yang memiliki problema remaja sedang dan tinggi. Problema remaja berpengaruh terhadap konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa yang memiliki tingkat problema tinggi, maka konsentrasinya dalam belajar akan terganggu, sehingga mempengaruhi prestasi belajarnya.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi orang tua, guru dan calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar matematika siswa. Para guru dan calon guru sebaiknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar matematika di sekolah, baik faktor dari dalam maupun dari luar diri siswa. Masing-masing faktor memiliki kontribusi yang berbeda-beda dalam mempengaruhi pencapaian prestasi belajar matematika. Oleh karena itu guru tidak hanya terfokus pada satu atau dua faktor saja seperti minat belajar dan pemberian motivasi belajar dari orang tua , namun perlu memperhatikan faktor-faktor lain seperti gaya belajar dan strategi pembelajaran.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut.

a. Kepada guru, alangkah baiknya senantiasa memperhatikan faktor minat belajar siswa. Guru harus menilai apakah sistem pembelajaran yang diterapkan mendapatkan respon dan minat yang baik dari siswa. Minat siswa dalam proses pembelajaran membantu siswa untuk lebih berkonsentrasi dalam proses pembelajaran, sehingga prestasi belajar mereka dapat meningkat. b. Kepada siswa, sebaiknya mampu memisahkan antara problema yang mereka

hadapi di luar sekolah dengan kondisi di sekolah. Ketika di sekolah, siswa hendaknya sejenak mampu melupakan problema yang mereka hadapi, sehingga konsentrasi belajar mereka terjaga dengan baik.


(2)

commit to user

c. Kepada orang tua, alangkah baiknya menyadari bahwa peran orang tua dalam

keberhasilan belajar anaknya cukup tinggi. Orang tua berperan dalam menjaga motivasi dan semangat belajar siswa dalam pembelajaran. Motivasi yang tinggi dalam belajar berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. d. Kepada para peneliti diharapkan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut

dengan subyek yang sama tetapi untuk variabel bebas atau variabel terikat yang berbeda atau dengan subyek yang berbeda tetapi untuk variabel bebas atau variabel terikat yang sama guna menentukan faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan prestasi belajar matematika serta melanjutkan penelitian ini sehingga diperoleh hasil yang lebih lengkap dan baik.


(3)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Pengajaran. Bandung Cipta. Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Budiyono. 2000. Statistik Dasar untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press.

, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : UNS Press

Calhoun James F dan Joan Ross. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (Terjemahan Satmoko). Semarang. IKIP Press. JJ Hasibuan Moedjiono. 2000. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Joula Eka Ningsih Paimin. 1998. Agar Anak Pintar Matematika. Jakarta : Puspa Swara.

Khait, Alexander. 2005. “The Definition of Mathematics: Philosophical and Pedagogical Aspect”. Journal of Science and Education. 14(2). 137 – 159.

Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Oemar Hamalik. 1989. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, cetakan kedua. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Purwoto. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press.

Ruseffendi. 1998. Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua Murid, Guru dan SPG. Bandung. Tarsito

Sardiman A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali


(4)

commit to user

Sarlito Wirawan Sarwono. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sarno. 2008. “Students Perceptions About The Symbols, Letters, and Signs in Algebra and How Do These Affect Their Learning of Algebra: A Case Study in A Goverment Girls Secondary School Karachi”. Journal of Mathematical Research. 3(4). 363 – 370.

Singgih D. Gunarsa. 1992. Psikologi Remaja. Bandung: Angkasa.

Slametto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Sofyan S. Willis. 1981. Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung:

Angkasa.

Suharsini Arikunto. 1998. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta

Suharno dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran II. Surakarta : UNS Press

Sutratinah Tirtonegoro. 1984. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bineka Aksara.

Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: Rineka Karya.

Talib, Othman. 2009. “Uncovering Malaysian Students Motivation to Learning Science”. European Journal of Social Sciences. 8(2). 266 – 276.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Welger, James, and Gardner. 2009. “Learning: Peering Backward and Looking Forward in The Digital Era”. International Journal of Learning and Media. 1(1). 1-18.


(5)

commit to user

Wilis Dahar. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Winkel, W.S. 1990. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia


(6)

Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI PERHATIAN ORANG TUA DAN INTENSITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP Kontribusi Perhatian Orang Tua Dan Intensitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Banyudono Boyolali Ta

0 2 10

PENGARUH PENDAPATAN ORANG TUA SISWA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA, KELAS VIII SMP NEGERI 2 Pengaruh Pendapatan Orang Tua Siswa Terhadap Motivasi Belajar Matematika, Kelas VIII SMP Negeri 2 Banyudono (Tahun Pelajaran 2012/2013).

0 2 15

PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI MOJOREJO 2 KARANGMALANG SRAGEN.

0 0 16

PENGARUH MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 5 PENGARUH MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS 5 SEKOLAH DASAR NEGERI 01 KEBAK TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 16

PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III Pengaruh Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Iii Sd Muhammadiyah 3 Surakarta Tahun 2011/2012.

0 0 16

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA Pengaruh Disiplin Belajar Dan Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Mondokan Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 16

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR DAN BIMBINGAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA Pengaruh Disiplin Belajar Dan Bimbingan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Mondokan Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 14

PENGARUH INTERAKSI BELAJAR DAN MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP Pengaruh Interaksi Belajar dan Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 17

PENGARUH INTERAKSI BELAJAR DAN MOTIVASI ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP Pengaruh Interaksi Belajar dan Motivasi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 7 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 14

Pengaruh Perhatian Orang Tua, Motivasi Belajar, dan Lingkungan Sosial Siswa terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP di Kota Mataram.

0 0 2