68
BAB IV DUSUN ANGGREK BARU SEBAGAI HASIL DAN PENGARUH DARI
PERJUANGAN LAHAN
4.1. Dusun Yang Berpindah
Pagi di Dusun Anggrek Baru mengungkap keindahan alam sawah yang mulai menguning, matahari dari timur tanpa malu bersinar mengurai embun pagi
yang terlihat putih. Tanpa mandi dan hanya bermodal cuci muka, di beranda dapur rumah duduk bersila mendengar cerita pagi setelah sebelumnya sibuk dengan
memberikan makan unggas. Segelas teh dan hisapan rokok menemani cerita dari Pak Tukiran,
“Dulu Kampung kita bukan di sini, di bandara itulah, itulah pondok kita, bapak lahir ya di situ dan orang-orang tua kita dulu
ditempatkan disitu sama Belanda”.
Kata-kata yang keluar menyiratkan sebuah pesan rindu terhadap dusun yang lama, masih terekam dalam benak pikiran. Masyarakat buruh perkebunan yang
memiliki pandangan terhadap wilayah pondok yang sekarang telah menjadi kampung.Tahun 1997, masyarakat penunggu istilah yang digunakan oleh
masyarakat buruh perkebunan Ramunia mendapat ganti rugi atas tanah yang dihuninya. Masyarakat penunggu ini merupakan warga dusun Anggrek baru yang
sekarang. Sekitar 125 kepala keluarga pindah bersama-sama ke sebuah tempat di mana mereka mendapatkan hak atas lahan.
Pindahnya masyarakat ke tanah perjuangan istilah yang disebutkan masyarakat selain atas ganti rugi bandara juga karena salah satu bentuk
Universitas Sumatera Utara
69 pendudukan lahan yang diperjuangkan. Perjuangan dengan berbagai cara seperti
pendudukan lahan, menggarap, aksi massa, melalui lembaga hukum, dan audiensi ke pihak Pemerintah Daerah tingkat 2 dan Tingkat 1 serta Pemerintah
Pusat. Perjuangan selama 2 tahun tersebut membuahkan hasil dimana masyarakat dapat memperoleh hak garap dengan SK Camat Pantai Labu pada tahun 1995.
Pindahnya masyarakat ke lahan perjuangan bukan hanya dikarenakan alasan ganti rugi proyek bandara saja, tetapi sebelumnya masyarakat sudah
memiliki rencana akan membangun sebuah dusun. Kepindahan secara bersama merupakan sebuah kesepakatan untuk memperkuat identitas masyarakat dan
status lahan tersebut. Sampai sekarang, masyarakat dusun Anggrek Desa Perkebunan Ramunia tetap memiliki lahan tersebut. Lahan tersebut digunakan
untuk bercocok tanam tanaman pangan. Pindahnya masyrakat ke sebuah lahan yang diperjuangkan juga mendapat
cibiran atau perkataan negatif dari masyarakat di Desa lain, seperti yang diungkapkan oleh Pak Sopat,
Sebaik kami mau pindah itu, banyak kali orang-orang desa tetangga bilang kalok tanah perjuangan ini tempat jin buang
anak, ngapain ditempati, jin gatel ku bilang, mana peduli kami tu, kita kan percayanya sama Allah bukan jin.
Lahan perjuangan tersebut dianggap orang-orang dari desa lain sebagai tempat yang angker, mempunyai kekuatan mistis. Alasan ini dibuat karena lahan
yang diperjuangkan masyarakat ini adalah lahan yang basah seperti rawa yang terdapat pepohonan dan rerumputan liar. Tetapi masyarakat Dusun Anggrek tidak
memperdulikan perkataan buruk dari orang-orang dari desa lain. Bahkan masyarakat semakin semangat untuk membangun rumah di lahan yang telah
Universitas Sumatera Utara
70 dibagi dengan modal ganti rugi perumahan mereka yang dibuat oleh Belanda pada
saat menjadi buruh di Perkebunan Ramunia.
Pada tahun 1997, masyarakat dusun Anggrek yang telah mendapatkan hak atas lahan yang telah diperjuangkan selama lebih kurang tiga tahun pindah secara
serentak satu kampung ke tanah perjuangan yang telah mereka perjuangkan oleh 125 kepala keluarga. Salah satu hal yang melatarbelakangi kenapa masyarakat
pindah adalah tanah dusun Anggrek mendapat ganti rugi proyek pembangunan Bandara Kualanamu. Dengan nada yang pelan, Pak Tukiran berbicara,
“Bandara, masyarakat kita itu mendapat ganti rugi, ada yang Rp 9 juta, kalo saya waktu itu dapat 9 juta, ya ini disesuaikan
sama kondisi rumah, luas lahan rumah, dan tanaman-tanaman yang ada juga dibayar.” dusun kita dulu gak di sini tempat kita
duduk ini, bukan, tapi di Bandara itulah, kena ganti rugi sama.”
Dari ucapan yang dilontarkan bapak paruh baya ini menceritakan tentang dusun Anggrek yang dulunya merupakan sebuah pondok peninggalan Belanda
yang telah menjadi milik masyarakat, bukan milik perkebunan.Ganti rugi dari Bandara Kualanamu membuat masyarakat pindah ke lahan perjuangan.
Masyarakat bersama-sama pindah membuat perkampungan baru. Dalam hal ini masyarakat membuat jalan secara bergotong-royong, kemudian membangun
gubuk-gubuk sementara sambil menunggu rumah selesai dibangun. Salah satu yang membuat unik adalah seluruh masyarakat pindah secara bersamaan membuat
dusun yang baru. Tanah wakaf yang berada di dusun yang sebelumnya juga dipindahkan ke dusun yang baru.
Hal di atas merupakan penjelasan singkat mengenai dusun yang berpindah ke tanah perjuangan. Kepindahan tersebut membuat dusun yang bernama dusun
Universitas Sumatera Utara
71 Anggrek menjadi dusun Anggrek Baru. Penambahan kata baru ini menunjukkan
bahwa lahan yang semula adalah lahan perjuangan yang dimenangkan oleh masyarakat menjadi sebuah dusun baru atau sebuah perkampungan.
Perkampungan dusun Anggrek baru inilah merupakan sebuah bukti pendudukan lahan perjuangan menjadi desa baru yang dikembalikan seperti desa sebelumnya
dengan berbagai perubahan yaitu masyarakat memiliki hak atas tanah yang ditempati dan dapat diolah demi kebutuhan atas pangan.
4.1. Hasil Perjuangan Dan Pengaruhnya Sekarang 4.1.1. Dusun Anggrek Baru