30 adalah desa perkebunan yang dibangun oleh Belanda. Perkebunan Ramunia
merupakan perkebunan yang didirikan sejak Zaman penjajahan Belanda. Perkebunan ini berdiri sekitar tahun 1890-an. Belanda mengambil tenaga kerja
atau buruh dari Pulau Jawa, maka didirikanlah pondok-pondok untuk tempat tinggal pekerja dari Pulau Jawa tersebut. Pekerja dari Jawa atau sering disebut
dengan buruh kontrak tinggal menetap di pondok-pondok tersebut.
2.2. Sejarah Desa Perkebunan Ramunia
Desa Perkebunan Ramunia merupakan Desa bekas tanah perkebunan Belanda. Lahan di Desa ini merupakan lahan perkebunan peninggalan Belanda
yang bernama perkebunan Senembah Maatschappij. Pada sekitar tahun 1880-an, dibuka perkebunan di Sumatera Timuryang salah satunya adalah perkebunan
Ramunia. Selama masa menguasai perkebunan, Perusahaan mendirikan perumahan buruh kontrak yang dibawa dari Pulau Jawa untuk bekerja di
perkebunan. Desa Perkebunan Ramunia adalah nama suatu wilayah di kecamatan Pantai
Labu Kabupaten Deli Serdang. Menurut beberapa tokoh masyarakat desa perkebunan Ramunia dikenal karena keberadaan sebuah perkebunan kelapa
dengan sungai-sungai kecil di bawahnya. Pada musim hujan, tanah di wilayah perkebunan ini dapat dengan cepat meresapkan air hujan yang menggenangi
wilayah tersebut. Menurut informasi masyarakat, wilayah perkebunan ini dijaga oleh Mbah Jenggot yang dkeramatkan. Oleh sebagian orang, kepercayaan
terhadap Mbah Jenggot ini digunakan untuk keperluan ritual tertentu misalnya meminta petunjuk tentang siapa yang bakal menjadi Kepala Desa, untuk
Universitas Sumatera Utara
31 pengobatan ataupun nomor undian berhadiah. Wilayah tersebut lambat laun
menjadi sebuah desa yang pada saat sekarang ini bernama desa perkebunan Ramunia. Desa ini mulai terbentuk pada tahun 1940 melalui program pemerintah
yang pada saat itu berjumlah 100 kepala keluarga dan dipimpin oleh seorang kepala kampong yang bernama Maertodinomo pada tahun 1955. Sejak tahun
1955, pengelolaan desa diserahkan kepada pemerintah daerah provinsi Sumatera Utara dan selanjutnya dilakukan pemilihan kepala desa yang pertama. Kepala
Desa terpilih adalah bapak Marto Dinomo. Lahan yang digunakan untuk lokasi desa Perkebunan Ramunia berasal dari
penyerahan Belanda pada masa pemerintahan Kepala Desa pertama. Menurut warga, dulunya perkebunan Ramunia tidak disebut sebagai desa pada Zaman
Penjajahan saat Ketika perusahaan Senembah Maschapajj menguasai perkebunan. Dulunya tempat tinggal masyarakat hanya disebut kampong dimana terdapat
pondok-pondok yang ditempati buruh. Kegiatan desa Perkebunan Ramunia banyak digunakan untuk menata
kelembagaan kelompok-kelompok masyarakat walaupun masih bersifat sederhana., mulai dari pembagian regu yang nantinya berkembang menjadi dusun
dan penataan kelompok-kelompok pertanian yang ada. Pada saat itu, kegiatan kelompok banyak bekerja pada sektor pertanian, perkebunan, dan masyarakat
sebagai kuli di perkebunan kelapa. Kemudian lama-kelamaan semakin banyaknya pendatang dari desa lain yang membawa ternaknya ke perkebunan Ramunia.
Universitas Sumatera Utara
32
2. 3 Wilayah Desa
Desa perkebunan Ramunia memiliki luas 968 hektar dimana 30 dari lahan tersebut berupa daratan, dan 70 adalah lahan persawahan irigasi dan tadah
hujan. Desa ini yang dibagi menjadi 6 dusun yaitu dusun Anggrek Baru, dusun Mawar Baru, dusun Kantil, dusun Kenanga, dusun Melati dan dusun Teratai. Di
Desa ini, masyarakat melakukan berbagai aktivitas pertanian, perindustrian, perdagangan dan berbagai aktivitas lainnya. Tetapi dari berbagai aktivitas tersebut
yang lebih dominan adalah aktivitas pertanian. lahan pertanian di desa ini mencapai 400 hektar. Dari luasnya lahan pertanian di desa ini, sebagian besar
adalah lahan pertanian milik TNI angkatan darat seluas 106 hektar yang ditanami padi, sedangkan lebih kurang 300 hektar adalah lahan masyarakat.
Sebagian lahan Desa Perkebunan Ramunia merupakan area sarana-sarana umum seperti kebanyakan desa-desa lainnya. Sarana-sarana umum tersebut terdiri
dari Kantor Kepala Desa, Mesjid, Madrasah, PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, dan Lapangan Bola Kaki. Sarana-sarana umum yang terdapat di dusun ini
merupakan fasilitas yang digunakan masyarakat. Aktivitas tersebut berbeda-beda untuk setiap tempat dan sesuai fungsi dari tempat-tempat tersebut.
Lahan pertanian di desa perkebunan Ramunia merupakan areal persawahan. Persawahan di desa ini merupakan persawahan milik masyarakat setempat,
termasuk di Dusun Anggrek Baru. Padahal, menurut seorang informan, Persawahan ini dulunya adalah perkebunan kelapa dan masyarakat dusun
Anggrek Baru sendiri merupakan pekerja atau buruh. tetapi hal ini berubah seusai perjuangan lahan yang dilakukan oleh masyarakat sejak tahun 1992-1994.
Universitas Sumatera Utara
33 Masyarakat memperoleh lahan di Dusun Anggrek Baru yang kemudian sampai
sekarang lahan tersebut menjadi lahan persawahan. Hal ini berlaku untuk dusun Anggrek saja, sedangkan dusun lainnya lahan persawahan memang sudah menjadi
milik masyarakat. Tanaman padi menjadi tanaman yang tidak susah untuk dijumpai karena hampir semua lahan sawah ditanami padi, hanya sebagian kecil
saja masyarakat yang memanfaatkannya untuk tanaman sayur-sayuran, cabai, timun, genjer, kacang hijau, kacang tanah dan lain sebagainya.
Desa Perkebunan Ramunia berbatasan dengan Desa-desa lain, sebelah utara berbatasan dengan desa Pantai Labu Baru, desa Pantai Labu Pekan, dan desa
Kuba Sentang, sebelah Barat berbatasan dengan desa Durian, sebelah Timur berbatasan dengan desa Ramunia 1, dan sebelah Selatan berbatasan dengan desa
Ramunia 1 dan desa Ramunia 2, dan desa Beringin Kecamatan Beringin. Jarak antar Desa di daerah ini tergolong dekat, jaraknya hanya beberapa ratus meter
saja. Salah satu yang menandakan batas desa adalah tugu masuk desa, tugu desa ini biasanya berada di pinggir jalan utama. Selain itu, desa ini juga berbatasan
langsung dengan bandara Kualanamu di sebelah barat. Dulunya sebagian wilayah desa Ramunia terdapat di wilayah bandara Kualanamu. Karena berdampingan
dengan bandara, maka suasana desa ini menjadi tidak tenang, suara pesawat yang lewat selalu terdengar jelas ditelinga.
2. 4 Areal Persawahan
Persawahan merupakan ciri khas dari desa perkebunan Ramunia, padahal jika mendengar nama desa ini, otomatis setiap orang akan menganggap bahwa
desa ini merupakan desa perkebunan. Tapi apa yang dilihat saat masuk wilayah
Universitas Sumatera Utara
34 ini sungguh berbeda, desa ini bukan merupakan desa perkebunan, desa ini adalah
desa pertanian. Ketika masuk ke desa ini, maka akan langsung disajikan persawahan luas yang berdampingan dengan perumahan masyarakat.
Areal sawah di Desa Perkebunan Ramunia terdiri dari dua jenis, yaitu terdiri dari sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Sawah irigasi hanya terdapat di dusun
Anggrek baru, kemudian terdapat sawah yang memanfaatkan kedua-duanya, dalam arti bahwa ketika hujan tidak mencukupi kebutuhan lahan persawahan,
maka petani membuat saluran irigasi kecil untuk mencukupi kebutuhan air di lahannya. Hal seperti ini dapat ditemukan di areal persawahan di dusun Kantil,
dusun Kenanga dan dusun Mawar. Areal sawah yang memanfaatkan dari air hujan tadah hujan terdapat di dusun Melati dan dusun Teratai. Berbeda dengan dusun
Anggrek Baru, dusun Mawar, dan dusun Teratai, areal persawahan di ketiga dusun ini merupakan sawah irigasi.
Lahan persawahan di desa ini diolah dengan menggunakan peralatan- peralatan pertanian sehingga lahan menjadi arena bagi petani menggunakan
sarana-sarana pertanian tersebut. Lahan juga merupakan area sistem produksi dan alat produksi bagi petani. Persawahan di Desa ini memiliki saluran irigasi. Dusun
Anggrek Baru, dusun Mawar Baru, dan dusun Kantil merupakan dusun yang areal lahan persawahannya menggunakan irigasi yang dibangun oleh masyarakat.
2.5. Kelompok Tani