Latar Belakang Masalah Petani dan Lahan (Studi Etnografi tentang Perjuangan Lahan yang Dilakukan oleh Masyarakat Dusun Anggrek Baru Desa Perkebunan Ramunia Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Permasalahan di Indonesia sangatlah kompleks, termasuk upaya menegakkan hak-hak masyarakat, salah satunya adalah permasalahan atas tanah. Realitas kehidupan masyarakat juga menunjukkan bahwa petani di desa-desa Indonesia adalah golongan masyarakat yang selalu menjadi sasaran ketidakberdayaan. Sudah jelas bahwa manusia sangat membutuhkan tanah, termasuk petani dimana tanah merupakan sumber produksi. Tetapi, masyarakat petani di desa-desa selalu mengalami banyak ketimpangan, kesenjangan, dan berbagai diskriminasi atas pembangunan antara daerah dengan pusat. Manusia membutuhkan tanah dan hasilnya untuk kelangsungan hidup, membutuhkan tanah untuk tempat hidup dan usaha, bahkan sesudah meninggalpun masih membutuhkan sejengkal tanah. Bagi suatu negara agraria, tanah mempunyai fungsi yang amat penting bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Fauzi, 1999; 8. Dalam hal ini tanah menjadi bagian dari hidup manusia. Tanah merupakan sistem produksi bagi petani untuk menopang kehidupan. Berbicara mengenai hal di atas, sangat terkait dengan pengaruh kolonialisasi Belanda terhadap pertanian Indonesia dan kehidupan petani. Hal ini dapat dikatakan sebagai awal permasalahan petani. Ini merupakan salah satu akar perjuangan agraria yang dilakukan oleh masyarakat dan kemudian dikuatkan Universitas Sumatera Utara 2 lagi oleh UUPA Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Menurut undang-undang, negara berkuasa penuh berkenaan dengan pengalokasian tanah. Pasal 18 UUPA1960 menyatakan: “Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak -hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberikan ganti rugi kerugian yang layak dan menuruti cara -cara yang diatur oleh undang-undang”. Badan yang hanya boleh mencabut hak -hak atas tanah tersebut adalah negara. Hal ini juga mengandung arti, negara menjadi aktor yang bukan saja mengatur orang, melainkan juga mengatur tanah di Indonesia. Sebelum lahirnya UUPA tepatnya sekitar tahun 1947, Indonesia terutama di Sumatera Timur mengalami masalah agraria setelah perang selesai dimana Jepang keluar dari Indonesia dan kemudian Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Pemerintahan yang baru tersebut diperkeruh dengan kekacauan agraria. Saat para pengusaha perkebunan Belanda kembali ke pemerintah Indonesia, mereka hampir tidak dapat mengenali tanahnya karena telah ditanami tanaman pangan oleh Jepang saat menjajah Indonesia selama 3,5 tahun. Perkebunan tersebut diubah menjadi penghasil tanaman pangan dan sebagian dari tanah perkebunan tersebut menjadi pemukiman. Setelah perang, tanah tersebut diolah dan digunakan oleh bekas buruh yang terdiri dari orang Jawa dan Cina yang datang sebelum perang serta bermacam-macam kelompok imigran dari Tapanuli Utara dan bagian Sumatera lainnya di luar sektor perkebunan Pelzer, 1991; 2-28. Penelitian ini merupakan kajian tentang Perjuangan lahan oleh petani di desa Perkebunan Ramunia, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara 3 Desa Perkebunan Ramunia merupakan desa yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Masyarakat di desa ini merupakan mantan buruh yang didatangkan dari Jawa. Buruh tersebut merupakan orang-orang tua masyarakat di Perkebunan Ramunia dan keturunannya yang juga menjadi buruh. Walaupun buruh, mereka dapat menanami berbagai macam tanaman di lahan perkebunan tersebut. Masyarakat memanfaatkan tanah yang tidak dipakai atau tanah yang masih bermanfaat selain untuk perkebunan. Selain buruh, masyarakat juga sebagai petani. Setelah kemerdekaan, Perkebunan Ramunia beberapa kali berganti pemilik dan tanaman perkebunan yang berbeda-beda, mulai dari kelapa, tembakau, hingga kelapa sawit. Masyarakat di desa Perkebunan Ramunia merupakan generasi atau keturunan pertama, ke dua dan ke tiga dari kuli kontrak Jawa yang datang ke Sumatera sebelum kemerdekaan. Generasi pertama masyarakat desa Perkebunan Ramunia merupakan mantan buruh di perkebunan. Pekerja-pekerja generasi pertama dimasa tua nya telah melakukan aktivitas pertanian di Lahan Perkebunan. Kondisi perkebunan yang dipengaruhi kondisi Politik pada masa setelah kemerdekaan semakin menjadikan masyarakat semakin membutuhkan lahan untuk bercocok tanam. Sebagaimana Stoler 1995 menuliskan bahwa kebanyakan perkampungan Jawa di pinggiran perkebunan berasal dari lahan garapan hasil serobotan. Hal ini ini berarti bahwa kebanyakan dari mereka mereproduksi diri dengan perjuangan ekonomi dan kadang-kadang perjuangan politis. Pengembagan Kapitalisme tidak hanya tergantung pada persediaan dan penguasaan atas tanah dan tenaga buruh tetapi harus ada jaminan agar buruh Universitas Sumatera Utara 4 hanya menggunakan sejumput tanah perkebunan untuk memperoleh kehidupan dari sumber lain. Berdasarkan informasi dari masyarakat, tahun 1958 Belanda meninggalkan Perkebunan Ramunia. Pengusaha Belanda yang menguasai lahan perkebunan juga memulangkan buruh-buruhnya ke pulau Jawa, tetapi hanya sebagian saja. Sedangkan sebagian lagi tidak mau kembali ke Pulau Jawa dengan alasan mereka sudah lama tinggal menetap di perkebunan tersebut. Setelah Belanda pergi pada tahun 1958 tersebut, maka perkebunan dikuasai oleh seorang pengusaha Cina selama beberapa tahun saja, buruh perkebunan untuk mengolahnya pun tetap yang lama. Kemudian pada tahun 1963 masuk lah PT Karya Bumi yang merupakan perusahaan swasta yang mengolah lahan perkebunan, dan pada tahun yang sama berubah namanya menjadi PT Gelorata. Saat PT Gelorata yang mengolah lahan tersebut, buruh perkebunan diberikan akses tehadap lahan, buruh diberikan jatah seluas 15 rante perkeluarga untuk bercocok tanam di bawah pohon kelapa tersebut sehingga lahan ditanami dengan padi darat dan beberapa tanaman sayur-sayuran serta tanaman palawija. Hal ini didasari oleh lahan yang menganggur di bawah pohon kelapa. Selain itu, Hal ini dilakukan oleh perusahaan karena perusahaan tidak mampu memenuhi kebutuhan akan logistik atau beras dan lain sebagainya kepada buruh. Sebelum saat memberi lahan tersebut, buruh tidak diberikan akses terhadap lahan. Tugasnya hanya bekerja sebagai buruh perkebunan. Hal ini memang sebanding dengan semua kebutuhan yang diberikan oleh Belanda terhadap buruh mulai dari kebutuhan, sandang, pangan dan papannya terpenuhi. Berbeda dengan PT Gelorata, kebutuhan Universitas Sumatera Utara 5 yangdiberikan berbeda membuat pihak perusahaan memberikan lahan untuk digarap buruh dan bekas buruh yang tidak lagi bekerja sebagai buruh. Pada tahun 1983, Perkebunan Ramunia dikelola oleh Puskopad Pusat Koperasi Primer Angkatan Darat Kodam 1 Bukit Barisan. Pergantian pengelolaan perkebunan membuat Buruh yang sebelumnya bercocok tanam di lahan perkebunan menjadi dilarang. Pelarangan ini dikarenakan perubahan usaha perkebunan kelapa nyiurmenjadi perkebunan kelapa sawit. Masyarakat tidak lagi memiliki akses terhadap lahan yang menyebabkan berkurangnya salah satu sumber penghasilan. Lahan garap yang diberikan PT Gelorata seluas 15 rante tidak dapat ditanami akibat larangan dan perubahan komoditas perkebunan tersebut. Pada 1991, masyarakat penunggu istilah yang disebut masyarakat desa Perkebunan Ramunia mulai berjuang untuk memperoleh hak atas lahan. Menurut Iswan Kaputra, desa Perkebunan Ramunia tepatnya di Dusun Anggrek, masyarakat di desa ini telah mendapatkan lahan yang selama ini mereka perjuangkan, tetapi lahan yang telah ditanami masyarakat ini belum diakui secara saholeh negara. Masyarakat menduduki lahan atas dasar tanah orang tua mereka. Kemudian setelah mendapatkan lahan tersebut, masyarakat membuat kesepakatan sendiri dengan tanda tangan Kepala Desa. Hal ini dapat dikatakan bahwa hanya pengakuan saja, sehingga sampai sekarang masyarakat tidak memiliki kendala dengan lahan yang sudah ditanami padi ini 1 Hal yang melatarbelakangi mengapa kasus di desa Perkebunan Ramunia perlu diteliti yaitu karena untuk melihat bentuk-bentuk perjuangan yang telah . 1 Dalam FGD Peta Konflik Agraria Dalam Pemenuhan Hak Ekosob Pasca Reformasi Di Sumatera Utara, Sabtu, 2 Mei 2015, Jangga House Medan. Universitas Sumatera Utara 6 dilakukan oleh masyarakat demi memperoleh lahan. Berlatarbelakang dari sejarah lahan perkebunan dan perjuangan yang dilakukan oleh masyarakat, tentu ini lebih menarik dikaji pada saat ini mengenai hubungan masyarakat dengan lahan di Dusun Anggrek Desa Perkebunan Ramunia. Bagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam benak masyarakat yang mempunyai latar belakang sebagai buruh perkebunan terhadap lahan. Lebih menarik lagi bahwa sekarang mereka telah menjadi petani. Dari penjelasan ini, Masyarakat di Desa Perkebunan Ramunia dapat dikatakan sebagai golongan masyarakat yang marjinal atau terpinggirkan sehingga lahan menjadi bagian penting. Menurut peneliti, ini merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dikaji secara antropologi yang menghasilkan sebuah etnografi tentang petani dan lahan di Dusun Anggrek desa Perkebunan Ramunia. Bagaimana perjuangan terhadap lahan itu dilakukan dan apa pengaruhnya sekarang. Pergantian pengelola perkebunan telah merubah kehidupan budaya buruh yang mempunyai akses terhadap lahan perkebunan sehingga masyarakat berupaya menuntutkembali hak atau akses terhadap lahan tersebut. Abdullah 2006; 143 menegaskan perubahan yang terjadi secara meluas dalam masyarakat bukan saja menjelaskan bagaimana interaksi masyarakat dengan berbagai faktor yang menentukan penataan sosial secara meluas. Perubahan dalam komunitas harus dilihat dalam konteks perubahan global yang terjadi dan memiliki pengaruh dalam penataan sosial hingga ke tingkat yang paling kecil. Universitas Sumatera Utara 7

1.2. Tinjauan Pustaka

Dokumen yang terkait

Perkebunan Tembakau Deli di Bulu Cina Kecamatan Hamparan Perak (1974-1996)

3 111 101

Evaluasi Kesesuaian Lahan di Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang untuk Tanaman Pepaya ( Carica papaya L. ) dan Pisang ( Musa acuminata COLLA )

0 62 66

Survey dan Pemetaan Tingkat Salinitas (DHL) Pada Lahan Sawah di Desa Sei Tuan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

9 62 42

Analisis Komparasi Usahatani Padi Sawah Antara Petani Pengguna Pompa Air Dan Petani Pengguna Irigasi Pada Lahan Irigas) Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Desa Sidoarjo II Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)

2 36 140

Petani dan Lahan (Studi Etnografi tentang Perjuangan Lahan yang Dilakukan oleh Masyarakat Dusun Anggrek Baru Desa Perkebunan Ramunia Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

0 0 14

Petani dan Lahan (Studi Etnografi tentang Perjuangan Lahan yang Dilakukan oleh Masyarakat Dusun Anggrek Baru Desa Perkebunan Ramunia Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

0 0 1

Petani dan Lahan (Studi Etnografi tentang Perjuangan Lahan yang Dilakukan oleh Masyarakat Dusun Anggrek Baru Desa Perkebunan Ramunia Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

0 0 27

Petani dan Lahan (Studi Etnografi tentang Perjuangan Lahan yang Dilakukan oleh Masyarakat Dusun Anggrek Baru Desa Perkebunan Ramunia Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

0 0 17

Petani dan Lahan (Studi Etnografi tentang Perjuangan Lahan yang Dilakukan oleh Masyarakat Dusun Anggrek Baru Desa Perkebunan Ramunia Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

3 4 3

Petani dan Lahan (Studi Etnografi tentang Perjuangan Lahan yang Dilakukan oleh Masyarakat Dusun Anggrek Baru Desa Perkebunan Ramunia Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

0 0 1