Keterangan: w : Bobot cuplikan g
w1: Bobot abu g w2: Bobot endapan pada kertas saring g
3.7.3 Kalsium
Pengamatan secara objektif dalam penentuan kadar kalsium dilakukan dengan menggunakan metode SSA Spektrofotometri Serapan Atom. Prinsip metode
SSA adalah kelarutan logam akan mencapai kondisi maksimum pada derajat keasaman yang tinggi, hal ini akan dicapai pada pH 2-4. Kelarutan logam tersebut
dapat diperbesar sehingga menaikkan temperatur. Larutan bahan disemprotkan melalui aspirator ke dalam nyala pada alat SSA, akan mengalami proses
penguapan-pelarut, sublimasi akan menyerap sejumlah sinar. Jumlah sinar diserap akan sebanding dengan konsentrasi unsur yang dianalisis.
Cara kerja dalam menentukan kadar kalsium : 1.
Ditimbang 5 gram sampel 2.
Kemudian diabukan, sampai terbentuk abu putih 3.
Kemudian, abu ditambahkan dengan campuran larutan standart Ca dan Mg ke dalam tabung kimia.
4. Setelah itu, ditambahkan larutan Cl
5. Sampel dianalisis dengan SSA
Perhitungan : Kadar setara Ca
=
�
1 × �×�� 1
�
× 100 =
�
2 × �×�� 2
�
× 100
3.8 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang sudah dikumpulkan, diolah secara manual kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif persentase. Analisis deskriptif
Universitas Sumatera Utara
persentaseini digunakan untuk mengkaji reaksi panelis terhadap suatu bahan yang diujikan. Untuk mengetahui tigkat kesukaan dari panelis dilakukan analisis
deskriptif kualitatif persentase yaitu kualitatif yang diperoleh dari panelis harus dianalisis dahulu untuk dijadikan data kuantitatif. Skor nilai untuk mendapatkan
persentase dirumuskan sebagai berikut Ali, 1992 : =
� �
x 100 Keterangan :
= skor presentase n = jumlah skor yang diperoleh
N = skor ideal skor tertinggi x jumlah panelis
Untuk mengubah data skor persentase menjadi nilai kesukaan konsumen, analisinya sama dengan analisis kualitatif dengan nilai yang berbeda, yaitu
sebagai berikut : Nilai tertinggi
= 3 suka Nilai terendah
= 1 tidak suka Jumlah kriteria yang ditentukan
= 3 kriteria Jumlah panelis
= 30 orang a. Skor maximum
= Jumlah panelis x Nilai tertinggi = 30 x 3 = 90
b. Skor minimum = Jumlah panelis x Nilai terendah
= 30 x 1 = 30 c. Persentase maksimum
=
���� �������� ���� ��������
x 100 =
90 90
x 100 = 100 d. Persentase minimum
=
���� ������� ���� ��������
x 100
Universitas Sumatera Utara
=
30 90
x 100 = 33,3 e. Rentangan
= Nilai tertinggi – Nilai terendah = 100 - 33,3 = 66,7
f. Interval presentase = Rentangan : Jumlah kriteria
= 66,7 : 3 = 22,2 ≈ 22
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dibuat interval persentase dan kriteria kesukaan sebagai berikut :
Table 3.5 Interval Persentase Dan Criteria Kesukaan
Presentase Criteria kesukaan
78 - 100 56 – 79,9
34 – 55,99 Suka
Kurang suka Tidak suka
Tabel interval presentase dan kriteria kesukaan menunjukkan bahwa pada persentase 34-55,9 panelis tidak menyukai biskuit tepung buah pepaya
berdasarkan aroma, warna, tekstur, dan rasa sehingga termasuk dalam kriteria tidak suka. Pada persentase 56-79,9 panelis kurang menyukai biskuit tepung buah
pepaya berdasarkan aroma, warna, tekstur, dan rasasehingga termasuk dalam kriteria kurang suka. Pada persentase 78-100 panelis menyukai biskuit tepung
buah pepaya berdasarkan aroma, warna, tekstur, dan rasasehingga termasuk dalam kriteria suka.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Biskuit dengan Penambahan Tepung Buah Pepaya
Berdasarkan ketiga perlakuan yang berbeda terhadap biskuit dengan penambahan tepung buah pepaya maka dihasilkan biskuit yang berbeda.
Perbedaan ketiga biskuit yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 4.1 dan tabel 4.1 berikut ini:
Gambar 4.1 Biskuit penambahan Tepung Buah Pepaya Untuk Warna sedikit berbeda pada biskuit A1, tetapi pada biskuit A2 dan
A3 memiliki warna yang hampir sama. Untuk biskuit dengan penambahan tepung buah pepaya memiliki aroma yang sama pada biskuit A1 dan A2 tetapi pada
biskuit A3 sudah terasa aroma khas pepaya. Untuk rasa pada biskuit A1 dan A2 memiliki rasa khas biskuit biasanya, sedangkan pada biskuit A3 sudah terasa khas
pepaya. Untuk biskuit A2 tekstur renyah dan sedikit keras dibandingkan dengan biskuit A1. Sedangkan untuk biskuit A3 serat pada biskuit lebih terasa dan tekstur
jauh lebih keras serta berserat dibandingkan dua biskuit lainnya. A1
A2 A3
Universitas Sumatera Utara