Efek Samping Mengkonsumsi Makanan Kadaluwarsa Terhadap Kesehatan Konsumen

atas perbuatannya. Karena setiap orang yang mengalami kerugian berhak mengajukan tuntutan, kompensasi ganti rugi kepada pihak yang melakukan perbuatan tersebut. Kompensasi tersebut berdasarkan Pasal 19 Ayat 2 meliputi : 72 a. Pengembalian sejumlah uang. b. Penggantian barang atau yang setara. c. Perawatan kesehatan d. Pemberian santunan sesuai kebutuhan perundang – undang. Product Liability merupakan instrument hukum dalam bidang ekonomi dan perdagangan yang sangat mendesak untuk diterapkan, karena memberikan perlindungan yang efektif bagi konsumen, baik di dunia usaha, terutama pangan. Kebutuhan konsumen akan perlindungan hukum, mengharuskan sistem hukum Indonesia yang terbuka untuk disempurnakan, sehingga hukum tersebut dapat berfungsi efektif sebagai alat rekayasa sosial, sebagai sarana pembaharuan masyarakat yang bermuatan keadilan, kepastian, dan kemanfaatan. 73

2. Efek Samping Mengkonsumsi Makanan Kadaluwarsa Terhadap Kesehatan Konsumen

Efek samping yang diderita oleh konsumen akibat mengkonsumsi makanan kadaluwarsa adalah keracunan. Keracunan makanan adalah penyakit yang diakibatkan karena telah mengkonsumsi makanan yang telah tidak sehat. Gejala-gejala umum dari keracunan yaitu perut mulas, mual, muntah, diare dan terkadang disertai kulit kemerahan, kejang dan pingsan. 74 72 Pasal 19 Ayat 2, Undang – undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. 73 Jhon Pieris dan Wiwik Sri Widianty, Op.cit, Hal 93 74 “ Keracunan Makanan “, http:www.abahjack.comkeracunan-makanan.html , yang diakses pada 6 Maret 2011 Universitas Sumatera Utara Keracunan yang menimpa balita, usia lanjut, atau penderita penyakit kronis akan menimbulkan masalah yang serius bahkan sampai kematian. Gejala-gejala dari keracunan tersebut dapat digolongkan menjadi beberapa golongan gelaja keracunan yaitu : 75 a. Keracunan ringan, yaitu apabila gejala keracunan hanya terasa perut mulas, melilit dan rasa ingin buang air tetapi yang keluar hanya angin maka keadaan ini termasuk pada tahap keracunan yang ringan. Selama tubuh dalam keadaan normal, maka aka berangsur sembuh dan tidak akan membahayakan. b. Keracunan sedang, yaitu apabila gejala keracunannya adalah penderita merasakan sakit perut yang disertai diare, dan terkadang pusing dan muntah, maka keadaan yang seperti ini tergolong keracunan sedang. Untuk pengobatan dapat diberikan tablet noritbikarbonas dan untuk mempercepat pemulihan dianjurkan agar banyak minum air dan istirahat. c. Keracunan berat, yaitu apabila gejala keracunannya adalah penderita merasakan nyeri perut yang hebat disertai diare yang tidak tertahankan, muntah, sakit kepala, atau timbul bintik – bintik merah di muka dan kulit, bahkan sampai kulit terasa terbakar keadaan seperti inilah yang termasuk dalam keracunan berat. Untuk pertolongan pertama dapat diberikan susu atau air kelapa muda dan biarkan penderita tersebut muntah atau buang air sebanyak-banyaknya kemudian berikan oralit atau larutan gula garam dalam susu hangat untuk mengembalikan cairan tubuh dari penderita. Penderita yang mengalami gejala-gejala tersebut yang ditambah dengan gejala kejang-kejang, pandangan kabur dan disertai pingsan maka keadaan seperti ini termasuk dalam gejala keracunan yang sangat berat. Tindakan darurat yang dapat dilakukan adalah segera bawa ke Rumah Sakit terdekat untuk memberikan penambahan cairan pada tubuh penderita yaitu berupa infus karena apabila terlambat melakukan pertolongan pada penderita keracunan maka dapat menyebabkan kematian pada penderita tersebut. 75 Ibid Universitas Sumatera Utara Penyebab keracunan ada banyak jenisnya yang diakibatkan mulai dari yang ringan sampai terberat. Secara umum yang banyak terjadi di Indonesia disebabkan oleh mikroba, kimia, dan toksin. Ada lebih dari 250 jenis bakteri yang dapat menyebabkan keracunan makanan, yang paling umum di antaranya adalah clostridium botulinum, salmonella gastro, dan escherichia coli,yaitu : 76 1. Clostridium botulinum Bakteri Clostridium botulinum menghasilkan racun yang mencegah transmisi impuls saraf ke otot . Mual, muntah dan kram perut adalah gejala umum yang ditimbulkannya. Efek dimulai pada syaraf di kepala sehingga menyebabkan penglihatan kaburganda dan kesulitan menelan, kemudian menyebar ke punggung sehingga menyebabkan kelumpuhan otot lengan, otot pernapasan, dan mungkin juga otot kaki. Gejala ini biasanya muncul 4-36 jam setelah menelan toksin, tetapi bisa memakan waktu hingga delapan hari.Makanan kaleng adalah sumber utama botulisme keracunan botulinum. Selain itu, botulisme juga dapat bersumber dari makanan bayi, yang dapat berakibat fatal bagi kelompok usia ini. Cara terbaik untuk mencegah botulisme adalah mengikuti petunjuk yang benar dalam menyiapkan dan menyajikan makanan di rumah. Makanan yang terkontaminasi sering memiliki bau busuk, meskipun tidak selalu demikian. Botulisme adalah kedaruratan medis yang harus segera mendapatkan perawatan. Dengan tersedianya antitoksin, 90 lebih pasien botulisme dapat diselamatkan. 2. Salmonella gastro Salmonellosis mengacu pada sejumlah penyakit yang disebabkan oleh bakteri salmonella. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini adalah demam tifoid. Bentuk umum salmonellosis adalah gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri salmonella gastro. Bakteri ini dapat menyebar dari orang ke orang dan dari hewan ke orang. Makanan yang biasanya mengandung salmonella adalah daging, daging unggas, susu dan telur. Salmonella sering ditularkan melalui kontak dengan kotoran atau pakan ternak atau melalui makanan yang terkontaminasi kotoran hewan. Buah dan sayuran yang tidak dicuci dengan bersih juga 76 “Penyebab Keracunan Makanan”, Sumber: http:majalahkesehatan.com3-bakteri- penyebab-keracunan-makanan , yang diakses pada 5 Maret 2011 . Universitas Sumatera Utara dapat menyebarkan bakteri ini. Gejala gastroenteritis yang disebabkan oleh salmonella termasuk mual, kram perut dan diare. Pada kasus yang parah, ada lendir dan darah pada tinja. Gejala awal biasanya muncul 12 sampai 24 jam setelah menelan makanan yang terkontaminasi. Keracunan ini biasanya tidak serius dan berlangsung selama dua sampai lima hari. Namun, salmonellosis bisa berakibat fatal pada bayi, lansia dan pasien yang sakit parah. Pada kasus yang sangat jarang, salmonella bisa menembus aliran darah sehingga menyebabkan artritis, penyakit jantung, infeksi tulang dan masalah perut jangka panjang. Perawatan infeksi yang disebabkan oleh salmonella melibatkan banyak minum untuk mengganti cairan yang hilang karena diare. Jika korban kehilangan terlalu banyak cairan, dia harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan infus. Antibiotik dan obat anti-diare mungkin diberikan untuk mengontrol gejala yang parah. 3. Escherichia coli Kebanyakan strain Escherichia coli E. coli adalah bakteri bermanfaat yang hidup dalam sistem pencernaan. Mereka tidak menyebabkan penyakit. Namun beberapa strain E. coli dapat menyebabkan efek keracunan pada tubuh. Salah satu strain yang paling ditakuti adalah E. coli 0157 yang menghasilkan racun yang disebut toksin Shiga. Racun ini merusak sel-sel dinding usus sehingga menimbulkan perdarahan. Toksin E. coli 0157 juga memecah sel darah merah, menyebabkan anemia dan menurunkan jumlah trombosit. Pada 10 kasus, keracunan E. coli berlanjut sehingga menyebabkan kerusakan ginjal dan organ penting lainnya. Risiko kematian terutama tinggi pada anak-anak dan lansia. E. coli 0157 memiliki masa inkubasi antara 1-3 hari. Waktu tersebut dibutuhkan bakteri untuk melakukan perjalanan ke usus besar dan berkembang biak di sana ke tingkat yang menyebabkan masalah. Karena bakteri terutama memengaruhi usus besar, gejala utama adalah sakit perut dan diare. E. coli 0157 jarang menyebabkan muntah, meskipun penderita merasakan sakit perut dan diare hebat sehingga ada bintik-bintik darah segar di tinjanya. Berbeda dengan jenis keracunan makanan lainnya, E. coli 0157 sangat gigih dan membutuhkan waktu seminggu atau lebih sebelum diare mereda. Keracunan E. coli timbul karena mengkonsumsi daging, khususnya daging sapi cincang. Jika daging tidak matang sepenuhnya, bakteri dapat bertahan hidup dan berkembang biak di dalam tubuh kita bila dikonsumsi. Hanya perlu 10 bakteri hidup dalam burger atau sosis untuk dapat menyebabkan keracunan makanan E. coli. Bakteri ini juga dapat menyebar melalui makanan atau air yang tercemar kotoran hewan. Universitas Sumatera Utara E. coli tidak terpengaruh oleh obat antibiotik. Perawatan keracunan E. coli hanya bersifat suportif dengan banyak mengganti cairan yang hilang. Orang yang mengalami masalah ginjal akibat komplikasi mungkin perlu perawatan dialisis. Salah satu wabah terbesar E.coli 0157, terjadi di Wishaw di Skotlandia pada tahun 1996 yang disebabkan oleh daging yang terkontaminasi. Sekitar 200 orang jatuh sakit, dua puluh di antaranya meninggal dunia. Hal inilah yang harus sangat diperhatikan oleh para konsumen, karena efek samping dari pengkonsumsian makanan yang telah tercemar khususnya telah kadaluwarsa sangatlah dapat memberikan dampak yang tidak baik bagi kesehatan dan hal ini sangatlah merugikan kedudukan konsumen sebagai korban dari tindakan ketidak hati-hatian para produsen atau pelaku usaha. Universitas Sumatera Utara

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DARI PEREDARAN

MAKANAN KADALUWARSA SERTA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEREDARAN MAKANAN KADALUWARSA

A. Pengertian Perlindungan Konsumen

Istilah hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen sudah sangat sering terdengar di dalam kehidupan masyarakat. Namun sampai dengan saat ini belumlah jelas mengenai apa saja yang termasuk di dalam cabang hukum konsumen maupun hukum perlindungan konsumen. Hukum perlindungan konsumen merupakan bagian dari hukum konsumen yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan juga mengandung sifat yang melindungi kepentingan konsumen. Perlindungan hukum bagi konsumen adalah suatu masalah yang besar, dengan persaingan global yang terus berkembang. Perlindungan hukum sangat dibutuhkan dalam persaingan dan banyaknya produk yang menempatkan konsumen dalam posisi tawar yang lemah. 77 Pelaku usaha membutuhkan konsumen sebagai pihak yang menerima atau membutuhan barang- barang yang dihasilkan, sebaliknya pula bagi konsumen yang membutuhkan para pelaku usaha atau produsen untuk memperoleh barang- barang yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang 77 Vivek Sood, Cyber Law Simplefied New Delhi : Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, 2002, hal 576 dalam Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, Bandung : Nusa Media, 2010, hal. 23 Universitas Sumatera Utara