Makanan Sehat dan tidak sehat serta persyaratan makanan sehat

tersebut umum dilakukan di negara-negara maju karena tingkat pemahaman dan kepedulian mereka sangat tinggi terhadap keamanan pangan . Akan tetapi, teknik- teknik penyantuman batas kadaluwarsa tersebut masih kurang popular diterapkan di Indonesia. Dengan berbagai informasi pada label kemasan produk pangan, diharapkan konsumen tidak menjadi keliru dalam menentukan dan mendapat jaminan kualitas dan kuantitas produk karena sebagai konsumen haruslah teliti sebelum membeli, menggunakan ataupun mengkonsumsi produk sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dan merugikan bagi keselamatan dari konsumen.

3. Makanan Sehat dan tidak sehat serta persyaratan makanan sehat

Makanan yang rusak adalah makanan yang tidak sehat yaitu makanan yang apabila dikonsumsi oleh manusia yang dapat menyebabkan terganggunya kesehatan tubuh yang disebabkan oleh zat-zat kimia, biologi dan enzim yang bekerja secara tidak wajar sehingga memicu perkembangan jasad renik yang dapat menimbulkan penyakit dan serangan yang dilakukan serangga, pencemaran oleh cacing, dan salah pencampuran ramuan dan pencemaran benda-benda asing pada makanan. 54 Kerusakan makanan tersebut dapat terjadi disebabkan oleh pemilihan bahan yang keliru, pembungkusan makanan yang kurang layak, penyimpanan makanan yang tidak benar, penggunaan suhu dan kelembapan yang dikurang pengawasan secara cermat dan pengangkutan makanan yang tidak berdasarkan 54 Lukman Saksono, Pengantar Sanitasi Makanan, Bandung : PT. Alumni, 1986, hal,1. Universitas Sumatera Utara petunjuk. Makanan yang rusak atau makanan yang tidak sehat ini dapat diketahui dari wujudnya ataupun penampilannya, baunya, dan terdapat benda – benda asing yang tidak layak pada makanan, namum ada juga yang tidak dapat diketahui secara langsung melalui wujudnya ataupun baunya. Peranan pembungkus makanan sangatlah besar sekali untuk makanan yang berbungkus, baik dengan pembungkus plastik, kertas atau kaleng, dimanana pembungkus sudah tercemar oleh jasad renik yang dapat menyebabkan pencemaran pada makanan yang dibungkus. Karena itu, penanganan yang benar terhadap makanan, dan pemilihan serta penanganan yang baik dapat menekan sekecil mungkin terjadinya kerusakan pada makanan sehingga penyakit karena makanan. Akan tetapi, permasalahan yang sering sekali muncul dalam kehidupan masyarakat adalah pihak produsen makanan yang lebih mempertimbangkan hanya dari segi keuntungan penjualan produk mereka saja, maka dari itu memacu banyaknya timbul pemalsuan sebatas merek dagang yaitu dengan meniru nama produk yang digemari oleh masyarakat tidak akan memberikan masalah yang besar bagi konsumen, akan tetapi apabila pemalsuan tersebut bertujuan agar produk yang seharusnya dibuang dikarenakan kesalahan produksi, maupun telah melebihi masa kadaluwarsanya yang apabila dipasarkan kembali maka hal inilah yang dapat membahayakan bagi kesehatan konsumen Universitas Sumatera Utara Ada beberapa cara pemalsuan yang sering terjadi dilakukan oleh penjual atau produsen yaitu : 55 a. Menghilangkan bau pada makanan dengan menambahkan cuka pada ikan yang telah membusuk. b. Memberikan kesegaran palsu dengan menambahkan zat warna pada daging c. Menambah tanggal kadaluwarsa pada suatu produk d. Memberikan zat formalin pada ayam, ikan agar tetap telihat segar e. Menyalurkan kembali makanan yang telah kadaluwarsa melalui paket- paket tertentu seperti parcel pada saat lebaran ataupun hari-hari besar keagamaan lainnya. Makanan yang sehat atau makanan yang tidak rusak dan dapat untuk dikonsumsi memiliki persyaratan sebagai berikut : 56 a. Sesuai dengan susunan makanan yang diinginkan, dibuat dengan tahap-tahap pembuatannya yang benar dan sesuai dengan seharusnya sehingga makanan tersebut layak untuk dikonsumsi. b. Bebas dari pencemaran benda-benda hidup yang sangat kecil atau jasad renik yang dapat menimbulkan penyakit atau benda-benda mati yang mengotori pada setiap tahap pembuatan atau dalam urut-urutan penangannya. c. Bebas dari unsur kimia yang merusak atau bebas dari suatu keadaan yang mudah dirusak oleh unsur kimia tertentu, maupun akibat dari perubahan yang dihasilkan oleh kegiatan enzim dan kerusakan yang disebabkan oleh tekanan, pembekuan, pemanasan, pengeringan dan sejenisnya. d. Bebas dari jasad renik dan parasit yang dapat menimbulkan penyakit bagi orang yang mengkonsumsinya. Makanan dianggap tidak memenuhi syarat kesehatan dan tidak dapat dipasarkan apabila : 57 a Mengandung racun dan zat lain yg membahayakan kesehatan b Penambahan bh yg bersifat racun seperti pengawet, pemanis dan pewarna yang bersifat racun 55 “ Pengusaha Menjual Makanan Kadaluwarsa”, http:www.medanpunya.co.idmedan9199-ylki-pengusaha-jual-makanan-kadaluarsa-bisa-pidana , diakses pada 2 Maret 2011 56 Lukman Saksono, Pengantar Sanitasi Makanan, Op.cit, hal, 2. 57 “Sistem Pengawasan Makanan Di Indonesia” , http:kuliahdoktoralunairs3.files.wordpress.com201003bab-10-sistem-pengawasan- makanan-di-indonesia.ppt , diakses pada 2 Maret 2011. Universitas Sumatera Utara c Bahan makanan yg kadaluwarsa d Berasal dari hewan sakit atau mati karena sakit e Pengolahannya tidak memenuhi syarat higiene dan sanitasi Berdasarkan jumlah produk makanan yang diperiksa dan ditemukan sekitar 9,08 - 10,23 pangan yang tidak memenuhi persayaratan makanan sehat. Produk pangan tersebut umumnya dibuat menggunakan bahan tambahan makanan atau melebihi batas penggunaan bahan makanan , menggunakan makanan yang tercemar bahan kimia atau mikroba yang disebabkan oleh makanan tersebut telah mencapai batas kadaluwarsa. 58 Makanan tersebut tidak memenuhi standar mutu dan komposisi sehingga sangat tidak baik apabila dikonsumsi oleh konsumen karena makanan tersebut merupakan merupakan makanan yang tidak sehat untuk dikonsumsi. Apabila mengonsumsi makanan yang telah kadaluwarsa atau sudah rusak kondisinya bisa terkena foodborne disease. Penyakit ini disebabkan pangan yang tercemar oleh mikroba atau proses kimiawi. Di Negara tropis seperti Indonesia, kecenderungan terjadinya pencemaran pangan oleh mikroba terbilang cukup tinggi. 59 Oleh karena itu makanan yang sehat tersebut harus tetap dijaga agar tetap menjadi makanan yang sehat untuk dikonsumsi oleh konsumen, dengan cara penyimpanan yang benar, penyajian yang tepat dan pengangkutan yang paling cocok serta pembungkusan yang sesuai dengan sifat-sifat makanan. Mengingat adanya batas kemampuan makanan untuk dapat dikonsumsi sehingga hal ini harus 58 “Pengawasan dan Pembinaan Oleh Kementrian Kesehatan Mengenai Peredaran Makanan kadaluwarsa” , www6.bappenas.go.idget-file-servernode8567 yang diakses pada 12 Januari 2011 59 “BPOM Tingkatkan Pengawasan Terhadap Parcel” , http:seafast.ipb.ac.idindex.phpcomponentcontentarticle35-seafast114-bpom-babel- tingkatkan-pengawasan-terhadap-parsel , yang diakses pada 16 Januari 2011 Universitas Sumatera Utara dapat mendapat perhatian yang lebih dari pihak konsumen maupun pihak pelaku usaha, karena hal ini berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan dari konsumen yang mengkonsumsi makanan tersebut. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui makanan tersebut masih dalam keadaan sehat apa sudah tercemar dan cara agar makanan tersebut tetap terjaga kesegarannya yaitu : 60 a. Susu dan keju Susu kemasan bisa dikonsumsi selama seminggu setelah kemasan dibuka. Begitu juga dengan keju. Setelah itu, akan tercium bau asam. Untuk menghindarinya, bungkus kembali keju dengan aluminium foil, masukkan ke dalam kotaknya, lalu simpan di lemari es. Jika keju sudah keburu asam, maka untuk menggunakannya kembali potong bagian yang sudah terpapar udara. b. Daging ayam, sapi, dan ikan, serta tahu Ciri-cirinya : daging berubah warna, berlendir, dan berbau menyengat. Tak ada jalan lain untuk mempertahankannya. Anda harus segera membuangnya.Agar daging lebih tahan lama, perhatikan cara menyimpannya. Daging yang kotor saat dibeli tak perlu dicuci, tetapi potong saja bagian yang kotor. Jika tidak langsung dimasak, maka masukkan daging ke dalam freezer. Di dalam freezer, bahan makanan ini akan tahan hingga 1 bulan. c. Sayur dan buah-buahan Sayur atau buah-buahan yang mulai layu masih bisa dikonsumsi. Namun, vitaminnya sudah berkurang, dan rasanya berbeda. Jika sayur atau buah menjadi berjamur dan berlendir, maka jangan dimakan. d. Makanan kering Makanan kering seperti biskuit, roti kering, dan kue kering bisa bertahan 3-6 bulan jika kemasannya belum dibuka. Namun ingat, roti tawar tidak bertahan lama meskipun kemasannya belum dibuka. Rata- rata roti tawar hanya bertahan selama 1 minggu. e. Makanan kaleng Makanan kaleng tahan paling lama 2 tahun. Namun, jangan berpatokan pada label kedaluwarsa jika Anda melihat perbedaan dari yang biasa Anda ketahui. Misalnya, buah kalengan berbau asam, airnya menjadi 60 “Tips Mengenali Makanan Kadaluwarsa”, http:resepmasakanindonesia.infotips- mengenali-makanan-kadaluwarsa , yang diakses pada 18 Desember 2010. Universitas Sumatera Utara kental dan berlendir, saat kaleng dibuka mengeluarkan gas, atau terdapat bibit jamur bulukan. f. Produk Pasta dan Saus Produk-produk pasta dan saus umumnya memiliki umur simpan yang tinggi. Sebab, walaupun memiliki kadar air tinggi, aktivitas airnya rendah. Hal ini yang menyebabkan sedikitnya jenis bakteri yang mampu menyerang produk-produk pasta dan saus. Meskipun demikian, masih ada golongan mikroba yang dapat menyerang, seperti kapang dan kamir. Peluang serangan kapang lebih besar daripada khamir. Dengan memperhatikan mana yang tergolong makanan sehat dan makanan yang tidak sehat yang telah disebutkan diatas konsumen akan dapat terhindar dari efek samping yang diakibatkan oleh pengkonsumsian makanan yang telah kadaluwarsa. C. Pengaturan Mengenai Makanan Kadaluwarsa Dalam Berbagai Peraturan Perundang – Undangan Yang Berlaku Makanan merupakan komoditi yang memiliki resiko yang tinggi karena makanan tersebut dikonsumsi oleh masyarakat untuk kelangsungan hidupnya. Keterlibatan aturan-aturan tersebut, dapat dipahami dengan aspek perlindungan konsumen di dalamnya, misalnya berkenaan dengan hak-hak konsumen terhadap gangguan dari pihak lain. 61 61 Shidarta, Op.cit, Hal 10 Menyadari lemahnya posisi tawar konsumen dalam memperoleh informasi yang benar dan jujur dari pelaku usaha, maka upaya untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen tidak cukup apabila hanya dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang bersifat fragmentasis dan Universitas Sumatera Utara tersebar dalam berbagai macam pengaturan, tetapi perlu dipadukan dalam suatu kesatuan yang terintegrasi dengan baik dan sistematis. 62 Berdasarkan pengumpulan data peraturan perundang-undangan yang dilakukan, maka didapatkan beberapa peraturan, baik dalam undang-undang maupun peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM, yaitu sebagai berikut Oleh karena itu, berhubungan dengan kepentingan konsumen, maka pengaturan mengenai makanan telah diatur di dalam beberapa pengaturan, salah satu produk hukum tentang pangan adalah Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Undang- undang tentang pangan dimaksudkan sebagai landasan hukum bagi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi, peredaran dan atau perdagangan pangan. Sebagai landasan hukum di bidang pangan, undang- undang tentang pangan dimaksudkan menjadi acuan dari berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pangan, baik yang sudah ada maupun yang akan dibentuk. Sebelum dilakukan pengkajian dan pembahasan tentang produk pangan kadaluwarsa, maka sebaiknya diperlukan suatu pengumpulan peraturan perudang-undangan yang berhubungan dengan produk pangan, khususnya tentang produk pangan kadaluwarsa. 63 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan : 2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan 3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan 62 Dedi Harianto, Op.cit, Hal 54 63 John Pieris dan Wiwik Sri Widiarty,Op.cit, hal, 93. Universitas Sumatera Utara 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, tanggal 5 Oktober 2004 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 180 Men.Kes PerIV1985 tentang Makanan Daluwarsa, tanggal 10 April 1985 7. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.23.0131 tentang Pencantuman Asal Bahan Tertentu, kandungan alkohol, dan Batas Kadaluwarsa Pada PenandaanLabel Obat, Obat tradisional, Suplemen Makanan, dan Pangan, tanggal 13 Januari 2003 Melalui pengumpulan peraturan perundang-undangan tersebut diatas, bahwa dapat diketahui pengaturan tentang pangan sudah cukup banyak. Akan tetapi, ternyata hanya ada beberapa peraturan saja yang khusus mengatur mengenai tentang produk kadaluwarsa,yaitu ketentuan yang ada di dalam Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu Dan Gizi Pangan. Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas lagi, paparan berikut menjelaskan tentang keamanan,mutu dan gizi pangan. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 merupakan penjabaran dan pelaksanaan lebih lanjut sebagaimana dimaksud Pasal 12, Pasal 15, Pasal 19, Pasal 23 dan Pasal 29 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Peraturan Pemerintah ini terdiri dari delapan bab dengan 54 Pasal, yang secara garis besar mengatur tentang ketentuan umum, keamanan pangan, mutu dan gizi pangan, pemasukan dan pengeluaran pangan ke dalam dan dari wilayah Indonesia, pengawasan dan pembinaan, peran serta masyarakat, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup. Dari 54 Pasal tersebut terdapat beberapa Pasal yang berkaitan dengan keamanan pangan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 28. Universitas Sumatera Utara Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 180Men.KesPerIV1985 Tentang Makanan Daluwarsa, di dalam peraturan ini pengaturan mengenai makanan yang kadaluwarsa lebih secara rinci dijelaskan bahwa pada label dari makanan tertentu yang diproduksi, diimpor dan diedarkan harus mencantumkan tanggal kadaluwarsa secara jelas, karena makanan yang rusak baik sebelum maupun sesudah tanggal daluwarsa dinyatakan berbahaya untuk dikonsumsi. Dan didalam peraturan ini juga secara jelas dinyatakan bahwa dilarang untuk mengimpor dan mengedarkan makanan yang sudah daluwarsa. Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen UUPK, memberikan perlindungan kepada setiap konsumen yang merasa dirugikan oleh pelaku usaha. Sebagai Undang-undang yang secara khusus mengatur perlindungan konsumen UUPK memiliki beberapa tujuan,yaitu : 1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri. 2. Mengangat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barangjasa 3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen. 4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi. 5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha. 6. Meningkatkan kualitas barangjasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. Berdasarkan rumusan dari tujuan tersebut, akan terlihat bahwa tujuan dari UUPK sebenarnya tidak hanya melindungi konsumen semata, tetapi juga Universitas Sumatera Utara membantyu produsen pelaku usaha yang memiliki itikad baik agar tetap dapat melanjutkan kelangsungan usahanya serta dapat bersaing secara sehat . 64 Dalam kaitannya dengan produk makanan, maka setiap perdagangan yang dilakukan oleh pengusaha makanan adalah dengan mengelabui konsumen,yaitu dengan memberikan informasi yang tidak sesuai dengan keadaan mutu sebenarnya dari makanan tersebut. Aspek hukum perlindungan konsumen terhadap munculnya usaha makanan yang telah kadaluwarsa dapat dilihat dari beberapa pasal dalam UUPK Pasal 4 huruf a dan c, Pasal 7 huruf b dan d, Pasal 8 serta pengaturan mengenai kadaluwarsa ini telah diatur dalam Bab IV Pasal 8 tentang perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, dinyatakan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang danatau jasa yang : 65 1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan 2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut. 3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya. 4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang danatau jasa tersebut. 5. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang danatau jasa tersebut. 6. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang danatau jasa tersebut. 7. Tidak menyantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan atau pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu. 64 Romy Rahmana,” Study Pemberlakuan Pasal-Pasal yang Terkait dengan Periklanan dalam Perlindungan Konsumen Indonesia,” Tesis, Jakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002, hal 2, dalam Dedi Harianto, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Iklan Yang Menyesatkan, Bogor : Ghalia Indonesia, 2010,hal 10 65 Pasal 8, Undang – Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Universitas Sumatera Utara 8. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan pada label. 9. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat atau isi bersih netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut kententuan yang menurut ketentuan harus dipasang atau dibuat 10. Tidak menyantumkan informasi danatau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pengaturan yang mengatur mengenai produk pangan untuk pangan pada dasarnya sudah cukup memadai untuk dijadikan dasar pelaksanaan peredaran makanan yang sesuai dengan standar. Akan tetapi, aturan-aturan tertulis sebagai hukum positif sering sekali dilanggar dan tidak dilaksanakan secara konsekuen oleh produsen pangan sehingga mampu menerapkan atau menindaklanjuti setiap ketentuan tersebut dan juga bagaimana sebenarnya pemerintah secara efektif dan berkelanjutan melakukan pengawasan terhadap setiap produk pangan tanpa ada laporan dari anggota masyarakat atau yayasan perlindungan konsumen.

D. Kerugian Yang Dialami Konsumen Akibat Mengkonsumsi Makanan Kadaluwarsa