Dengan sifat penyelesaian sengketa yang cepat, sederhana, dan murah hal ini yang memang dibutuhkan oleh konsumen terutama konsumen perorangan yang
tampaknya sudah cukup terakomodasi dalam UUPK.
149
2. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Formal
Pengadilan merupakan lembaga formal yang umum dipergunakan oleh masyarakat untuk menyelesaikan segala bentuk permasalahan yang dihadapinya,
termasuk penyelesaian sengketa konsumen, akan tetapi tidak semua sengketa yang layak untuk diajukan ke pengadilan karena jumlah nominal sengketa tersebut
sangat kecil, sedangkan untuk beracara di pengadilan membutuhkan biaya yang cukup besar serta jangka waktu penyelesaian sengketa yang sangat lama.
150
a. Surat atau dokumen diberikan ke pengadilan adalah diakui atau
dituntut salahpalsu Dalam Pasal 54 ayat 3 UUPK dikatakan bahwa “putusan yang dijatuhkan
majelis BPSK bersifat final dan mengikat”. Walaupun demikian, para pihak yang tidak setuju atas putusan tersebut dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan
Negeri untuk diputus. Konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha dan menyelesaikan sengketanya di peradilan umum. Adapun tuntutan dari kedua
belah pihak yang tengah bersengketa akan dipenuhi jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
b. Dokumen penting ditemukan dan disembunyikan oleh lawan
149
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Ibid., hal. 78
150
Terdapat beberapa kritik yang ditujukan bagi penyelesaian sengketa melalui pengadilan, yaitu : a. penyelesaian sengketa melalui pengadilan sangat lambat,b. biaya perkara
yang mahal,c. pengadilan pada umumnya tidak responsif, dan putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah,,d. kemampuan para hakim yang bersifat generalis, Ahmadi Miru dan
Sutarman Yodo, Op.cit, hal 237
Universitas Sumatera Utara
c. Penyelesaian dilakukan melalui suatu tipuan pihak dalam investigasi
permasalahan di pengadilan.
Prosedur berperkara didahului dengan pendaftaran surat gugatan di kepaniteraan perkara perdata di pengadilan negeri. Sebelumnya, itu berarti surat
gugatan harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu secara teliti dan cermat. Dalam kasus perdata di Pengadilan Negeri, pihak konsumen yang diberikan hak untuk
mengajukan gugatan. Rumusan Pasal 46 ayat 1 UUPK yang menyatakan bahwa setiap gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh :
151
a. Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan
b. Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama
c. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang
memenuhi syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan
didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai
dengan anggaran dasarnya.
d. Pemerintah danatau instansi terkait apabila barang danatau jasa yang
dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar danatau korban yang tidak sedikit.
Berdasarkan beberapa kasus makanan yang sampai di pengadilan, pada umumnya yang menyangkut mengenai kerugian konsumen yang berjumlah
nominal yang tidak cukup besar maka dari itu diajukan secara berkelompok class action atau dengan mempergunakan mekanisme gugatan organisasi non
pemerintah ornoplembaga swadaya masyarakat legal standing. Hal ini efektif untuk menyiasati biaya berpekara di pengadilan yang sangat mahal serta dapat
mewakili kepentingan semua anggota kelompok.
151
Ibid., hal. 177.
Universitas Sumatera Utara
Peluang bagi konsumen untuk mempergunakan gugatan class action maupun gugatan legal standing, dimungkinkan berdasarkan ketentuan dalam
Pasal 46 ayat 2 jo. Pasal 46 ayat 1 UUPK, bahwa gugatan kepada peradilan umum atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh sekelompok konsumen
yang mempunyai kepentingan yang sama; lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat yaitu berbentuk badan hukum atau
yayasan, yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan
konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya; serta pemerintah dan atau isntansi yang terkait apabila barang danjasa yang
dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar danatau korban yang tidak sedikit. Selain itu, pengajuan gugatan kelompok class
action telah diatur dalam ketentuan tersendiri, yaitu dalam Peraturan Mahkamah Agung Perma No. 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan
Kelompok.
152
a Gugatan secara Class Action
Gugatan perwakilan kelompok class action adalah suatu tata cara pengajuan gugatan, dimana satu orang atau lebih yang mewakili kelompok
mengajukan gugatan untuk diri sendiri dan sekaligus mewakili sekelompok orang
152
Pengajuan gugatan kelompok class action dimungkinkan dalam beberapa aturan hukum di Indonesia, yaitu UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, UU No 23
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Kontruksi, UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, Lihat Emerson Yuntho, “ Paduan Tentang
Class Action,Legal Standing,Pra Peradilan dan Judicial Review”,
http:www.antikorupsi.org.php?mod=publisherop=viewarticleartid=1374,hal 1 dalam, Dedi
Harianto, Op.cit, Hal 247.
Universitas Sumatera Utara
yang jumlahnya banyak, yang mewakili kesamaan fakta atau dasar-dasar hukum antara wakil kelompok dan anggota kelompok yang dimaksud.
153
Pada dasarnya gugatan kelompok dilakukan oleh perwakilan konsumen, berupa perwakilan individual, sekelompok orang, atau diwakili oleh LPKSM.
Untuk memastikan bahwa masing-masing konsumen yang mengajukan gugatan kelompok adalah konsumen yang benar-benar dirugikan akibat perbuatan pelaku
usaha, pengadilan akan menilainya berdasarkan bukti-bukti hukum yang diajukan para konsumen sebagai anggota kelompok, misalnya dengan bukti transaksi.
154
b Gugatan secara Legal Standing
Adapun manfaat yang didapat oleh konsumen dari class action khususnya di bidang perlindungan konsumen sangatlah berganda yaitu tidak hanya dari segi
kepentingan pihak penggugat akan tetapi juga kepentingan publik, manfaatnya berupa penghematan biaya, akses terbuka bagi pencari keadilan dengan biaya
yang hemat melalui prosedur gugatan class action membuat masyarakat tidak enggan lagi meminta perlindungan ke pengadilan.
Selain gugatan secara kelompok class action, UUPK juga menerima kemungkinan mengenai proses beracara yang dilakukan oleh lembaga tertentu
yang memiliki legal standing yang sebagaimana diatur dalam Pasal 46 ayat 1 huruf c UUPK yaitu :
“ Gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh lembaga perlindungan swadaya masyarakat yang memenuhi syarat, yaitu
153
Pasal 1 huruf a, Peraturan Mahkamah Agung No 1 Tahun 2002
154
Pasal 46 ayat 1 huruf b, UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menentukan “ gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dapat dilakukan oleh sekelompok
konsumen yang sama.” Lebih lanjut dikemukakan dalam penjelasannya bahwa “gugatan kelompok atau class action harus ditujukan oleh konsumen yang benar-benar dirugikan dan dapat
membuktikan secara hukum, salah satu diantaranya adalah dengan adanya bukti transaksi”.
Universitas Sumatera Utara
berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi
tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan dengan anggaran dasarnya. “
Hak yang dimiliki lembaga demikian dikenal dengan hak gugat organisasi non pemerintah Onroplembaga swadaya masyarakat LSM
155
. Kemungkinan untuk mempergunakan gugatan OrnopLSM dalam rangka penyelesaian sengketa
konsumen ini, hanya diberikan kepada LSM yang bergerak dalam rangka perlindungan konsumen atau dalam UUPK dikenal sebagai Lembaga
Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat LPKSM.
156
1 Terdaftar pada Perintah KabupatenKota
Selain memenuhi persyaratan yang telah disebutkan di dalam ketentuan Pasal 46 ayat 1 huruf c,
LPKSM tersebut diwajibkan untuk didaftarkan dan diakui oleh pemerintah. Karena tanpa pendaftaran dan pengakuan tersebut, LPKSM tidak dapat
menyandang haknya sebagai para pihak dalam proses beracara dengan mekanisme gugatan Ornop LPKSM di pengadilan. Menurut Pasal 2 ayat 1 Peraturan
Pemerintah PP No 59 Tahun 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat, terdapat dua syarat untuk mendapatkan pengakuan sebagai
LPKSM, yaitu :
2 Bergerak dalam bidang perlindungan konsumen sebagaimana tercantum
dalam anggaran dasar LPKSM.
155
Shidarta, Op.cit, hal 55
156
Pasal 1 angka 9 Undang Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang dimaksudkan dengan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah “
Lembaga non-pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindungan konsumen”
Universitas Sumatera Utara
Adapun hal lain yang harus diperhatikan dalam melakukan pengajuan gugatan OrnopLSM adalah LPKSM yang menjadi wakil konsumen harus tidak
berstatus sebagai korban dalam perkara yang diajukan. Inilah yang menjadi perbedaan pokok antara gugatan kelompok dengan gugatan OrnopLSM.
Dalam pengembangan teori dan penerapan legal standing ini didasarkan pada 2 dua faktor yaitu faktor kepentingan masyarakat luas, banyaknya kasus-
kasus publik yang terjadi di masyarakat luas, sehingga mendorong tumbuhnya organisasi-organisasi advokasi, seperti Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
Indonesia YLBHI, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI, dan Wahan Lingkungan Hidup Indonesia WALHI di Indonesia. Selain untuk
memperjuangkan kepentingan masyarakat organisasi-organisasi tersebut terbukti efektif dalam mendorong pembaharuan kebijaksanaan dan perubahan sikap serta
perilaku birokrasi, dan kalangan penguasaha melalui tekanan-tekanan yang dilakukan. Salah satu tekanan yang dapat dilakukan dalam rangka kebijakan
negara hukum adalah melalui gugatan di pengadilan. Dalam melaksanakan misinya tersebut, organisasi-organisasi ini pada umumnya tidak memiliki
kepentingan hukum yaitu, tidak memiliki kepentingan kepemilikan maupun kepentingan ekonomi
Kedua, faktor penguasaan oleh negara, khususnya mengenai kasus-kasus yang menyangkut sumber daya alam, akan tetapi dalam prakteknya pemerintah
selalu mengabaikan kewajiban-kewajibannya.
157
157
Abdul Halim Barkatullah, Op.cit, hal 108
Maka dari itu kelompok- kelompok masyarakat ataupun LSM melakukan tindakan yang korektif dalam hal
Universitas Sumatera Utara
ini melalui jalur hukum. Agar tindakan korektif tersebut dapat dilakukan secara efektif, maka perlu penyediaan akses ke pengadilan malalui pengembangan
rumusan standing. Hak standing tidak secara otomatis menjamin keberhasilan litigasi kasus-kasus publik karena pada dasarnya standing hanya sebagai titik awal
untuk memasuki arena advokasi hukum yang penuh dengan kendala yang berkaitan dengan kesiapan dari majelis hakim dalam memberikan putusan yang
terbaik. Oleh karena itu, pengembangan konsep standing sebagai salah satu hak prosedural diantara hak masyarakat untuk mencari keadilan atau mendapatkan
akses informasi, saksi ahli yang memadai dalam gugatan perdata dan pengembangan sistem tanggungjawab strict liability.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam materi pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan atas
permasalahan adalah sebagai berikut : 1.
Di Indonesia pengaturan mengenai makan sudah ada diatur di dalam beberapa peraturan baik berupa Undang-Undang, Keputusan Presiden,
Keputusan Menteri maupun Keputusan yang dikeluarkan oleh instansi- intansi yang terkait guna untuk melindungi hak-hak dari konsumen
agar konsumen tidak mengalami kerugian yang diakibatkan dari ketidak telitian dari para pelaku usaha. Karena efek samping yang
ditimbulkan dari mengkonsumsi makanan yang tidak sehat khususnya makanan yang telah kadaluwarsa akan berakibat langsung kepada
kesehatan dari konsumen seperti mual, diare, bahkan keracunan. Peraturan tersebut berguna bagi konsumen untuk mengetahui batasan-
batasan ataupun syarat-syarat makanan yang baik dan tindakan-
tindakan apa saja yang dilarang untuk dilakukan oleh pelaku usaha.
2. Adapun bentuk dari upaya yang dilakukan oleh pemerintah maupun
instansi-instansi lainnya untuk melindungi konsumen makanan agar hak-hak sebagai konsumen tidak dirugikan yaitu dengan meningkatkan
kesadaran hukum dari konsumen agar mengetahui hak dan kewajibannya sebagai konsumen sehingga konsumen dapat melindungi
Universitas Sumatera Utara