kepada masyarakat dan dapat disampaikan kepada menteri danatau menteri teknis
6 Ketentuan pelaksanaan tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 dtetapkan dengan peraturan pemerintah
Pemerintah sangat menyadari masih lemahnya penerapan peraturan perundang-undangan berkaitan dengan perlindungan terhadap konsumen. Oleh
karena itu, dipandang perlu untuk melibatkan peran serta masyarakat dan LPKSM untuk bersama-sama dengan pemerintah guna melakukan pengawasan secara
intensif terhadap barang danatau jasa yang menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dapat membahayaka konsumen. Laporan
dan pengaduan dari masyarakat serta LPKSM dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah untuk mengambil tindakan terhadap pelaku usaha yang
melakukan pelanggaran, serta melakukan upaya pencegahan dengan mengoptimalkan fungsi pengawasan oleh menteri maupun teknis terkait.
c. Penyelesaian Sengketa Melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Penyelesaian sengketa ini adalah penyelesaian sengketa melalui lembaga khusus yang dibentuk oleh Undang-Undang yaitu BPSK. UUPK membentuk
suatu lembaga dalam hukum perlindungan konsumen yaitu, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK. Dalam Pasal 1 angka 11 UUPK menyatakan BPSK
adalah ”badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. BPSK sebenarnya dibentuk untuk menyelesaikan
kasus-kasus sengketa konsumen yang berskala kecil dan bersifat sederhana”.
137
137
Susanti Adi Nugroho,Op.cit, hal. 74.
Universitas Sumatera Utara
Keberadaan dari BPSK dapat menjadi bagian pemerataan keadaan, terutama bagi konsumen yang merasa dirugikan oleh pelaku usaha, karena sengketa diantara
konsumen dan pelaku usaha, biasanya nominalnya kecil sehingga tidak mungkin mengajukan sengketanya di pengadilan karena tidak sebanding antara biaya
perkara dengan besarnya kerugian yang akan dituntut.
138
Pembentukan BPSK sendiri didasarkan adanya kecenderungan masyarakat yang segan untuk beracara
di pengadilan karena posisi konsumen yang secara sosial dan finansial tidak seimbang dengan pelaku usaha.
139
Untuk mengakomodasi kewenangan yang diberikan oleh UUPK kepada BPSK sebagai lembaga yang bertugas menyelesaikan persengketaan konsumen di
luar pengadilan, UUPK memberikan kewenangan kepada BPSK untuk menjatuhkan sanksi administratif bagi pelaku usaha yang melanggar larangan-
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui BPSK bukanlah merupakan suatu keharusan untuk ditempuh konsumen sebelum pada akhirnya
sengketa tersebut diselesaikan melalui lembaga peradilan. Walaupun demikian, hasil putusan BPSK memiliki suatu daya hukum yang cukup untuk memberikan
shock terapy bagi pelaku usaha yang nakal, karena putusan tersebut dapat dijadikan bukti permulaan bagi penyidik. Ini berarti penyelesaian sengketa
melalui BPSK tidak menghilangkan tanggung jawab pidana menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
138
Indah Sukmaningsih, “Harapan Segar dari Kehadiran Undang-Undang Perlindungan Konsumen”, Kompas, 20 April 2000, Sumber : Kumpulan kliping Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia.
139
Sularsi, Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam UU Perlindungan Konsumen dalam Lika-Liku Perjalanan Undang-Undang Perlindungan Konsumen, Jakarta : Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia, 2001, hal. 86-87.
Universitas Sumatera Utara
larangan tertentu yang dikenakan bagi pelaku usaha. Sanksi administratif atas pelanggaran itu oleh pelaku usaha adalah meliputi :
140
1 Menjatuhkan sanksi ganti rugi atas poduk yang merugikan konsumen ;
memberikan perawatan kesehatan danatau santunan pihak kepada korban konsumen. Pasal 19 Ayat 2 dan 3 UUPK
2 Menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan periklanan yang merugikan
individu atau masyarakat Pasal 20 UUPK 3
Menjatuhkan sanksi bagi pelaku usaha yang memproduk barang yang pemanfaatannya lebih satu tahun tetapi tidak atau lalai menyediakan
suku cadang Pasal 25 Ayat 2 huruf a UUPK
4 Menjatuhkan sanksi bagi pelaku usaha yang memproduk barang yang
pemanfaatannya lebih satu tahun tetapi tidak memenuhi atau gagal memberikan jaminan garansi sesuai perjanjian Pasal 25 Ayat 2
huruf b UUPK
5 Menjatuhkan sanksi bagi pelaku usaha yang memproduk jasa servis
yang tidak memenuhi jaminan garansi sesuai perjanjian Pasal 26 UUPK
BPSK dalam memutuskan pelaksanaan atau penetapan eksekusinya harus meminta keputusan dari pengadilan.
141
Dasar hukum pembentukan BPSK adalah UUPK yaitu dalam Pasal 49 ayat 1 UUPK jo Pasal 2 Kepmenperindag No.
350MPPKep122001 mengatur bahwa di setiap kota atau kabupaten harus dibentuk BPSK.
142
Kehadiran BPSK pada tahun 2001 yaitu dengan adanya Keputusan Presiden No. 90 Tahun 2001 tentang pembentukan BPSK pada
Pemerintah Kota Medan, Palembang, Jakarta Pusat Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang dan Makassar.
143
140
Seri Mughni batubara, “Peranan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK dalam Menyelesaikkan Masalah Antara Konsumen dengan Pelaku Usaha ditinjau dari Aspek
Hukum Perdata”, Skripsi, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2008, hal. 88.
141
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op.Cit., hal. 74
142
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit., hal. 75
143
Keputusan Presiden No. 90 Tahun 2001, LN No. 105 Tahun 2001
Selanjutnya dalam Keputusan Presiden No. 108 Tahun 2004 dibentuk lagi BPSK di 7 tujuh
kabupaten berikutnya di Kota Kupang, Kota Samarinda, kota Sukabumi, kota
Universitas Sumatera Utara
Bogor, kota Kediri, kota Mataram, kota Palangkaraya dan pada kabupaten Kupang, kabupaten Belitung, kabupaten Sukabumi, kabupaten Bulungan,
kabupaten Serang, kabupaten Ogan Komering Ulu, dan kabupaten Jeneponto.
144
Adapun yang menjadi tugas dan wewenang dari BPSK yaitu : Terakhir pada 12 Juli 2005 dengan Keputusan Presiden No. 18 Tahun 2005 yang
membentuk BPSK di kota Padang, kabupaten Indramayu, kabupaten Bandung, dan kabupaten Tangerang.
BPSK dibentuk di setiap daerah Tingkat II Pasal 49. Dalam upaya untuk memudahkan konsumen menjangkau BPSK maka dalam
keputusan presiden tersebut, tidak dicantumkan pembatasan wilayah yurisdiksi BPSK, sehingga konsumen dapat mengadukan masalahnya pada BPSK mana saja
yang dikehendakinya. BPSK dibentuk untuk menyelesaikan sengketa konsumen di luar
pengadilan Pasal 49 ayat 1, dan Badan ini mempunyai anggota-anggota dari unsur pemerintah, konsumen dan pelaku usaha. Setiap unsur tersebut berjumlah 3
tiga orang atau sebanyak-banyaknya 5 lima orang yang kesemuanya diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Keanggotaan
Badan ini terdiri dari ketua merangkap anggota, wakil ketua merangkap anggota, dan anggota dengan dibantu oleh sebuah sekretariat Pasal 50 jo. 51.
145
1 Melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengeketa konsumen,
dengan cara melalui mediasi, arbitrasi atau konsiliasi. Ketiga tata cara penyelesaian ini juga dapat dilakukan jika penyelesaian sengketa
secara damai tidak dapat dilakukan. Tiga tata cara ini juga termuat
144
Keputusan Presiden No. 108 Tahun 2004, LN. No. 145 Tahun 2004
145
Pasal 52 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Universitas Sumatera Utara
dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 350MPPKep122001 sebagai berikut :
146
a Konsiliasi
Pasal 1 angka 9 dalam kepmen tersebut menjelaskan bahwa konsiliasi adalah, “proses penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan
dengan perantaraan BPSK untuk mempertemukan pihak yang bersengketa, dan penyelesaiannya diserahkan kepada para pihak”.
Penyelesaian dengan cara ini dilakukan sendiri oleh para pihak yang bersengketa dengan didampingi oleh majelis yang bertindak pasif
sebagai konsiliator.
b Mediasi
Penyelesaian sengketa dengan cara mediasi berdasarkan Pasal 1 angka 10 menjelaskan bahwa mediasi merupakan, “proses penyelesaian
sengketa konsumen di luar pengadilan dengan perantaraan BPSK sebagai penasihat dan penyelesaiannya diserahkan kepada para pihak”.
Penyelesaian dengan cara ini dilakukan sendiri oleh para pihak yang bersengketa dengan didampingi oleh majelis yang aktif.
c Arbitrase
Berbeda dengan konsiliasi dan mediasi, berdasarkan Pasal 1 angka 11 arbitrasi adalah, “proses penyelesaian sengketa konsumen di luar
pengadilan yang dalam hal ini para pihak yang bersengketa menyerahkan sepenuhnya penyelesaian kepada BPSK”. Dalam cara
arbitrase, badan atau majelis yang dibentuk BPSK bersikap aktif dalam mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa jika tidak tercapai kata
sepakat di antara mereka. Cara pertama yang dilakukan oleh badan ini memberikan penjelasan kepada pihak-pihak yang bersengketa perihal
perundang-undangan yang berkenaan dengan hukum perlindungan konsumen. Lalu, masing-masing pihak yang bersengketa diberikan
kesempatan yang sama untuk menjelaskan apa saja yang dipersengketakan, yang kemudian keputusan yang dihasilkan dalam
penyelesaian sengketa ini adalah menjadi wewenang penuh badan yang dibentuk BPSK tersebut.
2 Memberikan konsultasi perlindungan konsumen
3 Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku
4 Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran
ketentuan dalam undang-undang ini 5
Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan
konsumen.
6 Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan
konsumen
146
Happy Susanto, Op.Cit, hal. 78-79
Universitas Sumatera Utara
7 Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran
terhadap perlindungan konsumen 8
Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli, danatau setiap orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap undang-undang ini
9 Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi,
saksi ahli, atau setiap orang sebagaimana dimaksud pada huruf g dan huruf h yang tidak bersedia memenuhi panggilan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen
10 Mendapatkan, meneliti danatau menilai surat dokumen, atau alat bukti
lain guna penyelidikan danatau pemeriksaan 11
Memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak konsumen
12 Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen. 13
Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini.
Berdasarkan tugas dan wewenang tersebut maka dengan demikian, ada 2 dua fungsi strategis dari BPSK :
147
1 BPSK berfungsi sebagai instrumen hukum penyelesaian sengketa di
luar pengadilan alternative dispute resolution, yaitu melalui konsiliasi, mediasi dan arbitrase.
2 Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku one-
sided standard form contract oleh pelaku usaha Pasal 52 butir c UUPK.
Dalam menyelesaikan sengketa konsumen dibentuk Majelis yang terdiri dari sedikitnya 3 tiga anggota dibantu oleh seorang panitera Pasal 54 Ayat 1
dan 2. Putusan yang dijatuhkan Majelis BPSK bersifat final dan mengikat Ayat 3 Pasal 54. BPSK wajib menjatuhkan putusan selama-lamanya 21 dua puluh
satu hari sejak gugatan diterima Pasal 55. Keputusan BPSK itu wajib dilaksanakan pelaku usaha dalam jangka waktu 7 tujuh hari setelah putusan
diterimanya, atau apabila ia keberatan dapat mengajukan kepada Pengadilan Negeri dalam jangka waktu 14 empat belas hari. Pengadilan yang menerima
147
Susanti Adi Nugroho, Op.Cit., hal. 83-84
Universitas Sumatera Utara
keberatan pelaku usaha memutus perkara tersebut dalam jangka waktu 21 dua puluh satu hari sejak diterimanya keberatan tersebut. Selanjutnya kasasi pada
putusan pengadilan negeri ini diberi peluang 14 empat belas hari untuk mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung. Keputusan Mahkamah Agung
wajib dikeluarkan dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari sejak permohonan kasasi Pasal 58. Sedangkan jika para pihak menerima putusan BPSK, maka ia
diberi waktu 7 hari untuk melakukan eksekusi sejak menerima putusan itu. Dalam menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen BPSK
membentuk majelis, dengan jumlah anggota yang harus berjumlah ganjil, yaitu terdiri dari sedikit-dikitnya 3 tiga orang yang mewakili semua unsur
pemerintah, konsumen dan pelaku usaha, dan dibantu oleh seorang panitera. Adapun syarat-syarat menjadi anggota BPSK yang diangkat dan diberhentikan
oleh ketetapan menteri adalah warga negara RI, berbadan sehat, berkelakuan baik, tidak pernah dihukum karena kejahatan, memiliki pengetahuan dan pengalaman di
bidang perlindungan konsumen dan berusia minimal 30 tiga puluh tahun. Menurut ketentuan pasal 54 ayat 4, ketentuan teknis dari pelaksanaan tugas
majelis BPSK yang akan menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen akan diatur tersendiri oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan. BPSK diwajibkan
untuk menyelesaikan sengketa konsumen yang diserahkan kepadanya dalam jangka waktu 21 dua puluh satu hari terhitung sejak gugatan diterima oleh
BPSK. Lembaga penyelesaian di luar pengadilan, yang dilaksanakan dengan
melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK ini memang di
Universitas Sumatera Utara
khususkan bagi konsumen perorangan yang memiliki perselisihan dengan pelaku usaha yang dalam hal ini pelaku usaha makanan dengan konsumen. Berdasarkan
data dari BPSK kota medan dan informasi yang diterima dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia menyatakan bahwa untuk kasus mengenai pelaporan pada
tahun ini tidak ada menerima pelaporan mengenai kasus peredaran makanan kadaluwarsa oleh pelaku usaha di instansi-instansi tersebut. Akan tetapi, BPSK
kota Medan pernah menerima pelaporan mengenai makanan kadaluwarsa yang terjadi pada tahun 2009 dan telah berhasil diselesaikan oleh BPSK kota Medan
terlampir dalam putusan BPSK kota Medan No.21PenBPSK-MDN2009 yang dilakukan secara arbitrase Lampiran dimana dalam kasus ini dimenangkan oleh
pihak konsumen yang dirugikan haknya karena makanan yang dijual oleh pelaku usaha ternuyata tidak memenuhi persyaratan kualitas makanan.
Di samping bertugas menyelesaikan masalah sengketa konsumen, BPSK juga bertugas memberikan konsultasi perlindungan konsumen. Bentuk
konsultasinya sebagai berikut :
148
1 Memberikan penjelasan kepada konsumen atau pelaku usaha tentang
hak dan kewajibannya masing-masing. 2
Memberikan penjelasan tentang bagaimana menurut ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh konsumen dan juga pelaku usaha.
3 Memberikan penjelasan tentang bagaimana memperoleh pembelaan
dalam hal penyelesaian sengketa konsumen. 4
Memberikan penjelasan tentang bagaimana bentuk dan tata cara penyelesaian sengketa konsumen.
148
Seri Mughni Batubara, Op.Cit., hal. 92
Universitas Sumatera Utara
Dengan sifat penyelesaian sengketa yang cepat, sederhana, dan murah hal ini yang memang dibutuhkan oleh konsumen terutama konsumen perorangan yang
tampaknya sudah cukup terakomodasi dalam UUPK.
149
2. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Formal