Pandangan Bhikksu Analisis Wisata Vihara Avalokitesvara di Kota Pematangsiantar

93 berbentuk piramida atau serbuk berguna untuk menentramkan pikiran, mengheningkan cipta dan mengusir arwah jahat.

4.1. Pandangan Bhikksu

Rumah ibadah adalah adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan mereka masing-masing. 17 Vihara Avalokitesvara mengalami penambahan fungsi, karena adanya objek yang menjadi daya tarik masyarakat untuk mengunjungi Vihara Avalokitesvara yaitu patung Dewi Kwan Im yang membuat Vihara ini menjadi tempat wisata religi. Banyak rumah-rumah ibadah yang mengalami penambahan fungsi menjadi tempat wisata, salah satunya yaitu Vihara Avalokitesvara yang terletak di kota Pematangsiantar. Vihara Avalokitesvara adalah rumah ibadah bagi umat Buddha yang memiliki patung terbesar se-Asia Tenggara, yaitu patung Dewi Kwan Im. Patung Dewi Kwan Im adalah salah satu ikon kota Pematangsiantar, yang karena kemegahan patungnya lah Vihara Avalokitesvara menjadi daya tarik masyarakat untuk mengunjungi Vihara Avalokitesvara. dan menjadi salah satu tempat berwisata religi di kota Pematangsiantar. Seperti yang dikatakan oleh Bhiksu Dhityadaya selaku pimpinan mengenai perubahan fungsi Vihara Avalokitesvara adalah sebagai berikut : “Saya senang dengan penambahan fungsi Vihara ini menjadi tempat wisata dan saya sama sekali tidak keberatan kalau Vihara ini di kunjungi banyak orang dari berbagai agama. Memang Vihara ini sudah di sahkan 17 https:id.wikipedia.orgwikiWihara Universitas Sumatera Utara 94 oleh Dinas Pariwisata menjadi tempat wisata jadi siapa saja bisa berkunjung. Saya berharap yang berkunjung tidak menyalahgunakan Vihara ini, karena Vihara ini adalah tempa t ibadah sekaligus tempat berwisata”.

4.2. Pandangan Pengunjung

Pengunjung yang datang ke suatu tempat wisata pada umumnya akan mendapat kesan tertentu. Kesan yang didapat merupakan suatu hasil dari cara pandang seseorang terhadap nilai dari objek wisata tersebut. Penilaian yang diberikan setiap pengunjung biasanya ada yang bersifat negatif maupun positif. Hal ini dikarenakan setiap pengunjung pastinya mempunyai cara pandang tersendiri dalam menilai suatu objek wisata yang dikunjunginya.

4.2.1. Pandangan Pengunjung RemajaDewasa

Pengunjung Vihara Avalokitesvara tak terlepas dari kelompok remaja dan orang dewasa. Pengunjung remaja pada umumnya berusia antara 13-20, sedangkan orang dewasa merupakan orang-orang yang belum berumah tangga dan berusia 21 sampai dengan keatas. Pada umumnya kelompok ini mengunjugi Vihara Avalokitesvara secara pribadi-pribadi dan ada pula yang datang secara berkelompok dengan teman-temannya, biasanya satu kumpulan berjumlah antara 5-8 orang. Selain itu tidak sedikit pula yang datang bersama dengan keluarga masing-masing. Pengunjung dalam kelompok ini biasanya akan memiliki pandangan yang berbeda dengan kelompok anak-anak, jika pada kelompok anak- anak pandangannya terhadap Vihara Avalokitesvara hanya sebatas arena bermain, maka pengunjung pada kelompok ini akan melihat Vihara Avalokitesvara secara luas, bagaimana sejarah Vihara Avalokitesvara, dan apa yang menjadi tujuan Universitas Sumatera Utara 95 Vihara Avalokitesvara. Selain itu pengunjung dalam kelompok ini akan melihat bagaimana perubahan fungsi terhadap Vihara Avalokitesvara. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pengunjung remaja berikut: “ Awalnya aku ragu berkunjung ke Vihara ini kak. Karena ini kan tempat ibadah, tempat yang sakral menurut umat Buddha. Cuma sebelum kesini aku udah dapat informasi dari kawanku yang udah pernah kesini. Rupanya boleh- boleh aja kok masuk kesini. Gak bayar juga rupanya. Aku gak nyangka kak kalau Vihara ini yang ku tau tempat ibadah agama Buddha bakalan jadi tempat wisata. Terus yang ku tau kalau Vihara ini sudah terkenal diluar kota Siantar ”.

4.2.2. Pandangan Pengunjung Orang Tua

Sebagai salah satu objek wisata yang umum, Vihara Avalokitesvara juga menjadi tujuan wisata bagi para orang tua. Kelompok orang tua ini pada umumnya mengunjungi Vihara Avalokitesvara pada hari-hari libur dan juga hari minggu. Biasanya para orang tua mengunjungi Vihara Avalokitesvara bersama dengan keluarga mereka. Vihara Avalokitesvara juga menjadi salah satu sarana dalam mengurangi kepenatan para orang tua dari pekerjaan sehari-hari. Hal ini juga diungkapkan oleh pengunjung yang merupakan guru di salah satu SMP di luar kota Pematangsiantar : “Jarang memang tempat ibadah bisa jadi tempat wisata. Tapi memang Vihara ini bagus kali, memang pantas dijadikan tempat wisata karena patungnya yang tinggi memang menjadi daya tarik orang untuk berkunjung. Kalau soal penambahan fungsi, itu kan udah ada persetujuan dari pihak Vihara dan Dinas Pariwisata, dan Vihara ini juga tidak merugikan orang lain”. Universitas Sumatera Utara 96 BAB V HUBUNGAN PANDANGAN DENGAN MOTIVASI WISATAWAN TERHADAP VIHARA AVALOKITESVARA SEBAGAI TEMPAT WISATA RELIGI Menurut Robbins 2003:97 yang mendeskripsikan bahwa persepsi atau pandangan merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisa diorganisir, diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna. Persepsi atau pandangan mempunyai sifat subjektif, karena bergantung pada kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain. Dengan demikian persepsi atau pandangan merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu. Menurut Cohen motivasi wisatawan adalah untuk melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk mengembalikan harmoni di masyarakat terapi sosial. Dalam melakukan perjalanan wisata dapat di pengaruhi beberapa faktor seperti menurut Mclntosh dan Murphy, seseorang sering dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan dan faktor eksternal. Motivasi adalah salah satu faktor penting untuk calon wisatawan dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, calon wisatawan akan mempunyai persepsi pada daerah tujuan wisata yang memungkinkan, dimana persepsi ini mampu dihasilkan Universitas Sumatera Utara 97 oleh preferensi individual, pengalaman sebelumnya, dan informasi yang bisa didapatkan. 18 Pandangan dan motivasi saling berpengaruh terhadap kegiatan yang dilakukan manusia seperti melakukan suatu pekerjaan yang dapat memberikan nilai positif terhadap individu yang melakukan pekerjaan tersebut. Dikatakan dapat memberikan nilai, karena pekerjaan tersebut merupakan dari pandangannya sendiri. Dari pandangannya tersebut memberikan motivasi terhadap individu yang melakukan kegiatan yang memberikan dampak positif terhadap individu yang melakukannya. Seperti halnya dalam berwisata, seseorang yang berwisata pastinya mencari tahu terlebih dahulu tempat yang akan dikunjungi. Dari pengetahuannya tersebut maka seorang tersebut akan memiliki pandangan bahwasanya tempat yang akan dikunjungi memiliki daya tarik tersendiri yang membuat ia termotivasi untuk mengunjungi. Seperti bapak Edi, ia termotivasi datang ke Vihara Avalokitesvara karena sebelumnya ia telah mencari tahu terlebih dahulu informasi tentang Vihara Avalokitesvara, ini yang menyebabkan bapak Edi datang berkunjung ke Vihara Avalokitesvara. “Saya sebelumnya sudah mencari tahu lah Vihara ini. Kalau tidak begitu nanti menyesal. karena sebelumnya saya sudah mengalami. Saya pernah pergi berwisata tanpa mencari tahu terlebih dahulu tempat tersebut. Kalau Vihara ini saya sudah mencari tahu di media sosial dan memang kelihatan sangat bagus, walaupun saya sudah mencari tahu di media sosial, saya juga menanyakan kepada teman saya yang sudah pernah berkunjung ke Vihara ini apakah tempatnya benar-benar bagus atau tidak. Ternyata setelah saya berkunjung ke Vihara ini, tempat ini menurut saya bagus dan tidak menyesal berkunjung kesini, karena patung Dewi Kwan Im sangat 18 http:www.sandywarman.com201501pembelajaran-2-motivasi-tujuan.html Universitas Sumatera Utara 98 mengagumkan dan lebih bagus dari yang saya lihat di media sosial karena patungnya yang tertinggi di Asia Tenggara dan ini membuat saya terkesa n”. Dilihat dari hasil wawancara dengan informan, menurut saya pandangan dan motivasi saling berkaitan karena memberikan pengaruh terhadap individu yang ingin melakukan kegiatan pariwisata.

5.1. Analisis Wisata Vihara Avalokitesvara di Kota Pematangsiantar

Menurut Koentjaraningrat, Kebudayaan culture adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar. Dengan demikian, kebudayaan memiliki pengertian yang luas dibandingkan dengan peradaban yang merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri, sehingga kebudayaan memiliki pengertian beberapa hal yang menyangkut tingkah laku, hasil-hasil tingkah laku, dan aturan-aturan tingkah laku yang terpola dalam kehidupan masyarakat. Sebelum menjadi tempat wisata, Vihara Avalokitesvara merupakan tempat ibadah bagi masyarakat Siantar yang beragama Buddha. Dalam tujuh unsur kebudayaan terdapat sistem pengetahun, seperti halnya penambahan yang terjadi pada Vihara Avalokitesvara di kota Pematangsiantar yang menjadi tempat wisata karena adanya suatu ketertarikan di Vihara Avalokitesvara, yaitu patung Dewi Kwan Im. Adanya patung Dewi Kwan Im di Vihara Avalokitesvara karena masyarakat beragama Buddha menganggap patung Dewi Kwan Im dahulunya memberikan dampak positif, seperti banyak memberikan dharma atau perbuatannya sehingga masyarakat Buddha menganggap patung Dewi Kwan Im sebagai Dewi mereka atau dalam kepercayaan Agama Islam seperti Nabi. Patung Universitas Sumatera Utara 99 Dewi Kwan Im memang sudah ada di Vihara ini, tetapi berukuran kecil yang terletak di ruangan ibadah, karena adanya pemikiran serta pengetahuan yang dimiliki masyarakat beragama Buddha yang ada di Siantar serta kuatnya jiwa sosial, maka mereka berantusias untuk membuat patung Dewi Kwan Im berukuran lebih besar. Menurut hasil pengamatan di lapangan yang saya lakukan, berwisata bagi manusia untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, bersantai dan sebagainya. Berwisata juga merupakan keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya. Menurut Cohen, motivasi wisatawan adalah untuk melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk mengembalikan harmoni di masyarakat terapi sosial. Jadi menurut saya motivasi wisatawan adalah sebuah kebudayaan karena kebudayaan merupakan tingkah laku, hasil-hasil tingkah laku yang dimiliki manusia menjadikan banyak perubahan yang menjadikan suatu kebiasaan. Setiap masyarakat sebagai pendukung suatu kebudayaan telah menciptakan kebudayaan, karena adanya dorongan dan tuntutan berbagai kebutuhan, meliputi : 1. Kebutuhan jasmaniah, yang terdiri dari oksigen, minuman, makanan, dan pakaian 2. Kebutuhan Sosial, yang meliputi komunikasi dengan anggota suku-suku lain, kerjasama, organisasi, dan lain-lain Universitas Sumatera Utara 100 3. Kebutuhan kejiwaan, terdiri dari keteraturan, kehormatan, kebanggan, dan lain-lain Adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut, menjadikan manusia terikat dengan kebudayaannya. Dengan demikian, untuk melihat peranan masyarakat dalam pembentukan kebudayaan, maka baik langsung atau tidak langsung kebudayaan menentukan tindakan dan gagasan masyarakat itu sendiri yang menentukan tindakan dan gagasannya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut, dirinci kembali menjadi kebutuhan dasar yang kemudian ditanggapi secara budaya, seperti yang dikemukakan oleh Bronislaw Malinowski. Kebutuhan dasar merupakan fungsi-fungsi organ tubuh manusia dan kebutuhan-kebutuhan lain yang diikutinya, sedangkan respon cultural atau tanggapan kebudayaan adalah kebutuhan manusia dalam mempertahankan hidupnya yang nantinya akan menghasilkan benda-benda dan tindakan kebudayaan dengan mengembangkan teknik-tekniknya, seperti keteraturan gerakan fisikjasmani, nilai dan bentuk-bentuk organisasi sosial. Adanya kebutuhan ini tentu saja akan berhubungan dengan lingkungan sekitar, dimana lingkungan juga menyediakan berbagai macam kebutuhan manusia yang terdapat didalamnya. Hubungan manusia dengan lingkungan menurut Adimiharja 1993 : 2 sebagai berikut : Sejalan dengan pandangan diatas, lingkungan alam tempat manusia hidup memberikan daya dukung kehidupan dalam berbagai bentuk kemungkinan yang dapat dipilih manusia untuk menentukan jalan hidupnya. Pengembangan pilihan-pilihan itu sangat tergantung pada potensi kebudayaan manusia yang menurut kenyataan sejarah dapat berkembang secara pesat karena Universitas Sumatera Utara 101 kemampuan akalnya. Dengan demikian, bahwa kebutuhan manusia untuk terus hidup, dalam hal tertentu dapat diperoleh dari lingkungan dimana mereka berada, tetapi lingkungan hanya menyediakan untuk dipilih sesuai dengan kebudayaannya. Berwisata menjadi suatu kebutuhan bagi individu karena banyaknya kegiatan yang dilakukan individu yang banyak menyita banyak waktu, mengeluarkan tenaga dan pikiran sehingga individu tersebut membutuhkan istirahat untuk mengebalikan energi mereka. Berwisata menjadi salah satu cara individu untuk mengembalikan energi mereka seperti yang diungkapkan oleh Cohen. Dalam melakukan perjalanan wisata dapat di pengaruhi beberapa faktor seperti menurut Mclntosh dan Murphy, seseorang sering dipengaruhi oleh faktor internal wisatawan dan faktor eksternal. Motivasi adalah salah satu faktor penting untuk calon wisatawan dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, calon wisatawan akan mempunyai persepsi pada daerah tujuan wisata yang memungkinkan, dimana persepsi ini mampu dihasilkan oleh preferensi individual, pengalaman sebelumnya, dan informasi yang bisa didapatkan. Seperti hasil dari wawancara yang saya lakukan terhadap informan pada saat di lapangan, hampir semuanya yang datang berwisata ke Vihara Avalokitesvara mencari informasi terlebih dahulu sebelum berkunjung. Rumah ibadah adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan mereka masing-masing. Vihara Avalokitesvara merupakan tempat ibadah bagi umat Buddha di Universitas Sumatera Utara 102 Pematangsiantar. Tetapi setelah dibangunnya patung Dewi Kwan Im terjadi penambahan fungsi menjadi tempat wisata yang menimbulkan daya tarik pada Vihara Avalokitesvara. Terjadinya penambahan fungsi terhadap Vihara Avalokitesvara diterima baik oleh pemimpin Vihara serta masyarakat Buddha yang tinggal di Pematangsiantar. Meskipun dijadikan sekaligus tempat wisata, Vihara ini tetap bisa melangsungkan ibadah bagi umat Buddha, dan umat Buddha tidak merasa terganggu dengan hal itu, malah umat Buddha merasa senang karena banyak orang dari berbagai agama ingin mengetahui agama, kepercayaan, serta kebudayaan mereka. Seperti yang saya ketahui, bahwa kota Pematangsiantar adalah kota yang memiliki toleransi agama yang tinggi. Maka menurut saya, karena itulah umat Buddha di kota Pematangsiantar menerima agama non Buddha mengunjungi Vihara Avalokitesvara. Di dalam tujuh unsur kebudayaan terdapat sistem religi. Antropologi Religi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mempelajari tentang manusia yang menyangkut agama dengan pendekatan budaya. Vihara Avalokitesvara merupakan tempat ibadah bagi umat yang beragama Buddha. Vihara Avalokitesvara sekarang telah menjadi tempat wisata. Pariwisata terdapat beberapa macam jenis wisata, diantaranya adalah wisata budaya, wisata alam, wisata religi. Vihara Avalokitesvara merupakan tempat wisata religi. Mengapa dikatakan wisata religi, karena saya melihat tempat ibadah ini tidak hanya tempat beribadah, melainkan juga tempat wisata, karena terdapat objek yang menjadikan Vihara Avalokitesvara tersebut menjadi tempat wisata religi. Yang saya lihat dari tempat ini adalah bahwa setelah Vihara Avalokitesvara ini menjadi tempat wisata, Universitas Sumatera Utara 103 yang berkunjung bukan hanya yang beragama Buddha saja, tetapi dari agama lain juga berkunjung ke Vihara Avalokitesvara ini seperti, agama Islam dan agama Kristen. Disini dapat dilihat bahwasanya meskipun bukan agama Buddha saja yang datang ke Vihara Avalokitesvara, umat Buddha yang beribadah di Vihara Avalokitesvara menerima baik pengunjung yang non Buddha untuk datang ke tempat ibadah mereka. Ini karena mereka memiliki toleransi agama yang tinggi. Selain itu masyarakat yang berkunjung bukan hanya dari kota Pematangsiantar saja, tetapi dari luar kota juga berkunjung ke Vihara Avalokitesvara ini, seperti dari Kisaran, Perdagangan, Medan, Jakarta, dan Palembang. Universitas Sumatera Utara 104 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan