sangat berkaitan dengan kondisi-kondisi di Labuhan Bilik yaitu sebelum dan setelah perkembangan atau perluasan wilayah perkebunan. Perkembangan atau perluasan
perkebunan diperkirakan bermula pada awal 1910-an. Hal ini disebabkan oleh perkembangan permintaan, produksi dan harga karet dunia yang meningkat sejak periode ini. Kedua adalah
wilayah kerajaan tetangga yang berkaitan dengan perkembangan Labuhan Bilik. Kerajaan tetangga itu adalah Kerajaan Kota Pinang, Bilah dan Kualuh. Dari segi pemerintahan ketiga
kerajaan ini bersama kerajaan Panai digabungkan oleh Belanda menjadi satu wilayah administratif yaitu Labuhan Batu. Dari segi lain misalkan perdagangan, sarana infrastruktur,
peradilan dan lainnya, tiga wilayah kerajaan yaitu Panai, Kota Pinang dan Bilah saling berkaitan dan tidak dapat dilepaskan secara satu per satu. Jadi, di satu sisi membahas
Labuhan Bilik juga harus membahas ketiga dan atau keempat wilayah kerajaan tersebut. Dengan kata lain, di beberapa kondisi membahas wilayah kerajaan Panai juga membahas
wilayah Labuhan Batu secara keseluruhan.
3.1. Pemerintahan
Pemerintah Kolonial Belanda mengikat kerajaan-kerajaan dengan dua sistem kontrak yaitu Politik Kontrak dan Pernyataan Pendek Korte Velklaring. Politik Kontrak
ditandatangani dengan kerajaan-kerajaan besar. Di Sumatera Timur Politik Kontrak dibuat dengan Kerajaan Siak, Langkat, Deli, Asahan, Kualuh, Palalawan Kampar dan Riau Lingga
pada tahun 1907. Perjanjiang Pendek dibuat dengan kerajaan yang lebih kecil yang dilaksanakan sejak 1898. Di Sumatera Timur, kerajaan yang terikat dengan pernyataan
pendek adalah Barusjahe, Bilah, Dolok Silau, Gunung Sahilan, Indrapura, Kuntodarussalam, Silima Kuta, Kuta Buluh, Kota Pinang, Kapanuhan, Rambah, IV Kota Rokan Hilir, Lingga,
Universitas Sumatera Utara
Suka, Sarinembah, Tanah Jawa, Siantar, Pane, Raya, Purba, Panai, Lima Puluh, Pesisir, Boga, Lima Laras, Tanah Datar dan Suku Dua. Jadi, Kerajaan Panai merupakan kerajaan
yang terikat dengan pernyataan pendek. Pernyataan pendek itu pada umumnya berisi:
1. Pengakuan takluk kepada Belanda
2. Negerinya menjadi bahagian dari Hindia Belanda
3. Tidak berhubungan politik dengan negeri asing
4. Melaksanakan semua perintah yang diberikan oleh Hindia Belanda melalui
Binnenlandsche Bestuursambtenaren Pamongpraja Belanda seperti kontelir dan residen
27
Kalaulah pada Politik Kontrak merupakan suatu perjanjian di antara kedua belah pihak yang kira-kira sejajar, maka pada pernyataan pendek lebih merupakan suatu akte tanda takluk.
.
Dalam menjalankan pemerintahan kerajaan-kerajaan yang terikat dengan pernyataan pendek, Pemerintah Kolonial Belanda membuat sebuah peraturan yang dikenal dengan
Zelfbestuursregelen tahun 1938. Peraturan ini memuat 22 pasal dalam 21 permasalahan. Peraturan ini secara luas mengatur kekuasaan kerajaan di mana campur tangan Belanda dapat
dikatakan tidak terbatas
28
Untuk memudahkan dalam mengelola wilayah kekuasaanya Pemerintah Kolonial Belanda kemudian menjadikan empat kerajaan Panai, Bilah, Kota Pinang dan Kualuh
menjadi satu wilayah administratif dengan nama Labuhan Batu. .
29
27
T. Luckman Sinar, Bangun Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur, Medan: tanpa penerbit, t. t., hlm. 273
28
Ibid
29
Labuhan Batu di sini baik sebagai Afdeeling maupun sebagai Onderafdeeling.
Selain itu, Pemerintah
Universitas Sumatera Utara
Kolonial Belanda juga menempatkan wakilnya di daerah ini sebagai pengemban pelaksanaan roda pemerintahan sejak tahun 1864. Sebagai tempat pusat pemerintahan di wilayah ini,
Pemerintah Kolonial Belanda pertama menempatkannya di Kampung Labuhan Batu. Pada tahun 1894, Pemerintah Kolonial Belanda kemudian memindahkan pusat pemerintahannya
ke Labuhan Bilik sampai tahun 1931. Selanjutnya sejak tahun 1931 sampai akhir kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda di Hindia Belanda, pusat pemerintahan wilayah ini
dipindahkan ke Rantau Prapat. Sebagaimana diungkap di atas, secara administratif Kolonial Belanda
menggabungkan empat kerajaan yaitu Kerajaan Panai, Bilah, Kota Pinang dan Kerajaan Kualuh menjadi satu wilayah yang disebut Labuhan Batu. Wilayah Labuhan Batu dalam
perkembangannya mengalami beberapa kali perubahan status. Pada tahun 1864 daerah Siak dan taklukannya termasuk Labuhan Batu dijadikan satu afdeeling dari Keresidenan Riouw
yang berpusat di Siak.
30
Status ini kemudian berubah pada tahun 1873 di mana Siak dan daerah taklukannya dijadikan sebuah keresidenan yaitu Keresidenan Sumatera Timur yang
berpusat di Bengkalis yang terdiri dari beberapa afdeeling salah satunya Afdeeling Labuhan Batu
31
yang berpusat di Kampung Labuhan Batu. Kemudian pada tahun 1887, pusat dari keresidenan Sumatera Timur dipindahkan dari Siak ke Medan
32
30
Staatsblad van Nederlandsch-Indie, 1864, No. 48
31
Staatsblad van Nederlandsch-Indie, 1873, No. 84
32
Staatsblad van Nederlandsch-Indie, 1887, No. 21
. Perpindahan pusat keresidenan ini tidak mempengaruhi status Labuhan Batu sebagai sebuah afdeeling dari
Keresidenan Sumatera Timur yang berpusat di Kampung Labuhan Batu. Pada tahun 1894, pemerintah kolonial kemudian memindahkan pusat pemerintahan Afdeeling Labuhan Batu
Universitas Sumatera Utara
dari Kampung Labuhan Batu ke Labuhan Bilik. Selanjutnya pada tahun 1915 terjadi perubahan struktur Keresidenan Sumatera Timur yang dibagi atas lima afdeeling yaitu Deli
en serdang, Asahan, Langkat, Simalungun en Karo Landen dan Siak. Sementara itu Labuhan Batu diturunkan statusnya dari afdeeling menjadi onderafdeeling dari Afdeeling Asahan
33
Labuhan Batu baik sebagai afdeeling maupun onderafdeeling dibagi atas empat landschap yang terdiri dari beberapa distrik. Empat landschap itu ialah Landschap Panai,
Bilah, Kota Pinang dan Kualuh. Landschap Panai terdiri atas tiga distrik yaitu distrik Panai Tengah Labuhan Bilik, Panai Hulu Labuhan Batu dan Panai Hilir Sungai Berombang.
Landschap Bilah terdiri dari empat distrik yaitu Bilah Hilir Negeri Lama, Bilah Hulu Rantau Prapat, Marbau Marbau dan Raja Na IX-X Aek Kota Batu. Landschap Kota
Pinang terdiri dari tiga distrik yaitu Kota Pinang Kota Pinang, Kampung Raja Kampung Raja dan Sungai Kanan Langga Payung. Terakhir Landschap Kualuh terdiri dari tiga
distrik yaitu Aer Natas Bandar Durian, Kualuh Hulu Tanjung Pasir dan Kualuh Hilir Kampung Mesjid
.
34
Roda pemerintahan dijalankan oleh pihak Kolonial Belanda melalui wakilnya yaitu seorang controleur di pusat pemerintahan. Controleur kemudian dibantu oleh Raja dari
masing-masing landschap dan kepala distrik dari masing-masing distrik. Kepala distrik ini pada umumnya diangkat dari keturunan Orang Besar yang kedudukannya sebagai Orang
Besar dihapuskan .
35
33
Gubernemen Besluit, 16 Agustus 1915, No. 3
34
ANRI, MvO Controleur Labuhan Batu M. Boon, 1931, hlm. 9
35
Penghapusan Dewan Orang Besar mulai di lakukan oleh Belanda sejak 1915 guna mengurangi kekuasaan yang terlalu banyak. Dengan menghapuskan Dewan Orang Besar yang beranggotakan Orang Kaya
atau Orang Besar dari masing-masing yang mengepalai suatu suku dan atau daerah, kekuasaaan suatu kerajaan hanya tinggal di tangan raja yang dapat dengan mudah dikuasai oleh Belanda. Dewan Orang Besar kemudian
digantikan oleh Kepala Distrik, pamongpraja biasa. T. Luckman Sinar, op. cit., hlm. 254.
. Jadi, keberadaan Raja di sini hanya sebagai pembantu yang berada di
Universitas Sumatera Utara
bawah perintah dari controleur. Untuk masalah pajak dan pendapatan negara juga di kelola oleh controleur melalui masing-masing departemen yang dibentuk.
3.2. Penduduk